CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Senin, 09 Januari 2012

SELAMAT BERTARUH : Catatan Seorang Penjudi

"Rhoma Irama"
ilustrasi oleh: asaljangan.com


PERTARUHAN DAN PERJUDIAN


- Tidak seperti orang lain yang sering menang maka saya sering kalah bertaruh dan berjudi, menangnya hanya sesekali saja. Jika bisa menang berturut-turut, maka itu besar kemungkinan saya sedang beruntung. Keberuntungan itu bisa karena lawan main saya ternyata lebih goblok dan tolol daripada saya ..-

HIDUP adalah pertaruhan, begitu saya pernah membaca atau setidaknya mendengar kalimat itu. Anda pernah bertaruh sesuatu? Apa sajalah, walau mungkin sekedar bertaruh dengan sebatang rokok tapi yang pasti itu adalah pertaruhan. Seorang kawan Majenang saya yang berkuliah di salah satu universitas terbesar di Tasikmalaya pernah mengatakan lewat reply komentarnya di facebook, “.. jangan bertaruh dengan wanita, sebab jika mereka kalah maka mereka akan selalu ada alasan untuk ngeles tidak membayar taruhan. Tapi jika mereka menang, maka mau tidak mau kita akan dan harus membayar taruhan itu ..”.

Hari minggu menjelang subuh saya mengetik tulisan ini. Hujan sudah lama berhenti dan sayup-sayup suara adzan pertama dari sebuah atau beberapa buah pengeras suara masjid terdengar. Sekilas suaranya terdengar ngantuk, namun saya menduga jika sang muadzin itu sebenarnya tidak ngantuk tapi dia hanya sudah terlalu tua sepertinya. Bukankah masjid pada waktu subuh itu biasanya hanya penuh dengan orang tua? Baiklah, saya mungkin ‘menuduh’, tapi ‘tuduhan’ saya itu berdasar pada hal yang pernah saya lihat. Jadi tidak ada salahnya jika saya kemudian mengatakan itu.

Dulu saya sering bertaruh, apa saja. Mulai dari judi dadu sampai bertaruh kapal-kapalan di selokan sehabis hujan. Karambol malah pernah membuat saya kecanduan, judi kartu? Walaupun kecil-kecilan tapi cukuplah membuat saya ‘sukses’ sebagai penjudi kecil yang sering kurang modal. Jual piring, kain batik ibu, hingga jual ayam pernah saya lakoni demi memuaskan dan memupuk ‘insting’ bertaruh saya. Sebenarnya saya tidak suka bertaruh, apalagi berjudi. Cuma karena pergaulan ‘alam bebas’ ditambah aktifitas sebagai pemuda desa ‘kacangan’ yang serabutan membuat saya dulu senang berjudi. Hhmmm .. baiklah, saya sedang mencari kambing hitam. Manusia (termasuk saya) memang tak pernah mau menyalahkan dirinya sendiri, setidaknya 25 atau 30 persen orang lain harus ikut salah jika dia salah. Hehee .. sori, brow ..

Semua manusia berjudi dan bertaruh. Saya apalagi, hampir semua hal bagi saya adalah pertaruhan dan perjudian. Bertaruh dan berjudi bagi saya memang agak beda. Bertaruh bisa dengan perhitungan yang begitu matang, namun berjudi? Spekulasi dalam bermain begitu kentara, ‘kita pasang’ maka kalah menang serahkan pada dadu yang bergulir atau kartu yang didapat. Saya bukanlah penjudi yang baik, saya juga bukan petaruh yang selalu beruntung. Disamping karena otak saya tidak bisa berpikir ‘brilian’ (terutama pada judi kartu yang harus bisa ‘membaca’ kartu lawan), juga karena saya terkadang memang malas berpikir. Tidak seperti orang lain yang sering menang maka saya sering kalah bertaruh dan berjudi, menangnya hanya sesekali saja. Jika bisa menang berturut-turut, maka itu besar kemungkinan saya sedang beruntung. Keberuntungan itu bisa karena lawan main saya ternyata lebih goblok dan tolol daripada saya.

Hidup adalah pertaruhan (dan perjudian), saya mengulangi kalimat itu. Sampai saat ini terkadang saya bingung tentang sebenarnya saya memainkan kartu apa dan menggulirkan dadu yang mana. Saya hanya bertaruh diri saya sendiri saja. Mungkin banyak orang lain juga yang seperti saya, tapi entahlah siapa saja yang seperti itu. Sebab saya tidak pernah bertanya kepada kawan-kawan atau orang lain dan mereka juga tidak pernah bercerita kepada saya.

Presiden bertaruh atas dasar nama besar dan orang-orang disekitarnya saat ia bertugas. Paspampres bertaruh nyawanya saat menjaga presiden. Demikian pula dengan menteri, manajer kantor, hingga tukang sapu. Semua bertaruh. Apa yang mereka pertaruhkan? Pekerjaan mereka tentunya. 'Hidup' mereka dan keluarganya ‘diperjudikan’ disana.

Saya pernah melihat tukang becak berjudi kode buntut. Anda tahu kode buntut? Jangan bayangkan itu adalah semacam sop buntut yang banyak dijual di rumah makan. Walau hasil dari kode buntut itu (kalau anda menang) bisa membayar sop buntut untuk satu RT atau satu kampung. Kasihan tukang becak itu, jika kalah maka itu artinya peluh dan keringat mereka seharian langsung musnah ditelan bandar buntut. Harusnya memang tukang becak tidak usah berjudi, sebab berjudi adalah ‘hiburan’ buat mereka yang banyak uang dan bukan jalan untuk mencari uang karena menjadi penjudi bukanlah sebuah pekerjaan. Tidak percaya? Tanyalah kepada semua orang di seluruh Indonesia, apakah ada yang berprofesi sebagai penjudi atau yang KTP-nya mencantumkan pekerjaan mereka sebagai penjudi? Mungkin hanya jika orang itu lagi mabuk maka dia akan menjawab, “.. iya ..”.

Semua hal adalah perjudian, sebab tak pernah ada sesuatu yang tidak kita pertaruhkan .. sekecil apapun itu. Kemarin, hari ini, dan esok saya akan terus ‘berjudi’ dan ‘bertaruh’. Entah apakah pertaruhan itu dalam pertandingan yang saya lakoni atau tidak, saya juga tidak tahu. Sebab perjudian terkadang tidak memerlukan terlalu banyak argumentasi. Namun bisa juga saya katakan bahwa look at our position, apakah kita harus jadi penonton yang baik atau pemain inti atau pemain cadangan atau wasit atau pelatih manajer atau komentator atau penonton radikal atau mungkin tidak menjadi apapun karena kita memang merasa bukan bagian dari pertandingan itu? Lihat jadwal & tiket, agar kita tidak keliru masuk stadion. Sebab jangan sampai kita babak belur pada pertandingan yang salah.

Saya juga tidak bisa menjanjikan jika perjudian dan pertaruhan itu akan selau dan sering saya menangkan, sebab dadunya bukan saya yang pegang dan kartunya terkadang penuh ‘misteri’. Namun yang pasti saya tidak akan bisa atau susah mengikuti pesan Rhoma Irama untuk tidak bertaruh dan berjudi, sebab kehidupan itu bukan di dalam gitarnya si raja dangdut. Tapi ia ada di meja dadu dan di dalam kartu. Setidaknya ia ada di dalam stadion, saat bola terus bergulir dan pemainnya pun terkadang tidak tahu kemana bola itu pada detik berikutnya akan berlari. Jika tidak mendapat piala, mungkin setidaknya kita bisa menjadi Man of The Match. Itu saja .. SELAMAT BERTARUH, kawan ..




Bandung, 8 Januari 2012







-------ooOoo-------