CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Minggu, 29 Maret 2009

MEMANCING : Catatan Sebuah Hobi

" Memancing Di Laut "
ilustrasi oleh: dari internet via google saja


MEMANCING
(Tidak Di Air Keruh)


- Tidak hanya banyak dan besar ikan yang diperoleh Agus, tapi sekali-sekali juga dia mendapat ikan yang langka dan tidak pada tempatnya (menurut akal sehat manusia). Ya itu.. mancing dikolam belakang rumah bisa dapat ikan laut. Mancing dilaut dapatnya ikan air tawar. Sungguh aneh.. tapi itulah kelebihannya ..

SUBUH ini tepat pukul 04.42 ketika ketikan pertama untuk tulisan ini terlahir. Tidak ada suara meraung-raung layaknya khas suara bayi yang mbrojol ke dunia fana. Tanpa erangan dan rintihan seorang perempuan yang kemaluannya melebar beberapa sentimeter karena tak sanggup menahan besar benda yang keluar, hingga akhirnya nanti harus dijahit kembali oleh sang bidan. Tapi disini hanya suara, “tik tak tik tak..” saja. Sesekali memang terdengar seruputan air yang sepertinya panas atau hembusan angin dengan visualisasi kepulan asap. Yaph, ini sebab yang lahir itu adalah tulisan .. bodoh ..!! Gemericik kopi hitam panas mengepul membasahi tenggorokan dan hembusan asap rokok adalah senyawa yang begitu berafiliasi dengan suara ketikan di keyboard komputer. Kalau ini adalah grup musik, mungkin sebutan yang pas adalah AB Three (dibaca; abe tri, buat yang tidak mengenal bahasa Inggris).

Namun ada yang satu aktifitas lagi yang mengiringi kesibukan saya menulis pada subuh yang menusuk tulang ini. Kawan saya Agus (bukan Agus Rakasiwi; seorang kawan saya yang hebat) tengah terlelap dengan mimpinya yang damai, tepat disebelah saya. Bukan masalah orang tidur yang membuat saya agak terganggu. Tapi posisi tangan kanannya yang masuk kedalam celana bagian depan (mungkin sambil menggenggam sesuatu) yang membuat saya sebal. Pemuda asal Cisalak Subang ini memang terlihat sangat menikmatinya, tapi saya jadi kesal. Walaupun tidak ada aktifitas lebih yang dilakukannya (seperti menggerak-gerakkan tangannya maju mundur dengan irama yang teratur), sebab tangannya cuma diam saja. Tentu saja, dia kan tengah tidur lelap. Kalau dia dalam kondisi sadar itu beda ceritanya. Mungkin sudah saya lempar asbak.

*******

Semua manusia (sepertinya) sudah mahfum, bahwa bagian yang paling cepat menerima reaksi suhu dingin adalah tangan dan kaki. Lihatlah betapa orang sampai menggosok-gosokkan kedua tangannya kalau dia sedang kedinginan atau sambil melipatnya yang erat didada. Perhatikanlah betapa orang tidak bisa tidur dengan cukup nyaman hanya karena bagian kakinya (sampai pergelangan) masih belum ditutupi. Jika sudah seperti itu, maka kaus kaki beraroma segala sumpah serapah pun akan rela dikenakan. Itulah seninya.. Kenapa seni? Saya tidak tahu, sebab saya hanya menyebut saja istilah itu asal-asalan. Biar terlihat intelek sedikit, tak mengapa.. hehe..

Kawan saya Agus ini (bagian lainnya bisa dilihat pada tulisan saya terdahulu: airbening21 DALAM CHAPTER / Pemilik Kamar) adalah seorang laki-laki dengan skill memancing yang luar biasa. Saking jagonya memancing, jangankan dilaut atau samudera luas, mancing di selokan pun mungkin dia akan dapat kepiting atau gurita. Lempar kail di bak mandi atau kolam renang bisa dapat ikan mujair atau ikan lumba-lumba. Tidak perlu pancing yang mahal untuk seorang Agus. Cukup kasih ranting dan benang dengan kail peniti saja, maka bisa dijamin ikan yang didapat besar-besar.

Tidak hanya banyak dan besar ikan yang diperoleh Agus, tapi sekali-sekali juga dia mendapat ikan yang langka dan tidak pada tempatnya (menurut akal sehat manusia). Ya itu.. mancing dikolam belakang rumah bisa dapat ikan laut. Mancing dilaut dapatnya ikan air tawar. Sungguh aneh.. tapi itulah kelebihannya. Sayang sekali, MURI belum bisa dihubungi. Mungkin suatu saat nanti. Kalau Jaya Suprana sudah kita dapat nomer HP-nya.

Beberapa kawan yang saya kenal memang punya hobi memancing yang cukup ekstrim. Tapi bagi Agus, memancing tidaklah sekedar hobi semata. Memancing adalah persoalan nilai hidup. Tanpa memancing dunia terasa hambar. Entahlah jika negara Republik Indonesia ini akan mengeluarkan undang-undang pelarangan orang untuk memancing. Sepertinya kawan saya Agus akan jadi orang pertama yang akan melakukan gerilya pemberontakan atau kudeta perlawanan terhadap pemerintah. Tidak heran, sebab mancing adalah Way of Life atau mungkin seperti Main Kamf bagi Agus; sang pemuda ‘edun’.

Sekali waktu Agus memancing didanau yang memang jelas-jelas tidak ada ikannya sama sekali (mungkin bakteri pun tidak ada disana). Keyakinan mengatakan lain. Lalu apa yang didapat? Sepasang celana Jeans buatan Bandung (cukup baru), sepatu merek Converse, termos es, sebungkus rokok, dan sehelai pakaian dalam wanita. Luar biasa sekali kan..

Yah.. kawan saya Agus memang manusia hebat. Disaat orang-orang senang memancing masalah dan keributan, ia malah asyik dengan berbagai temuannya di danau dan kolam. Saya sedikit bersyukur, skill-nya itu terbatas hanya untuk memancing dalam arti kata yang sebenarnya. Sebab jika tidak, saya khawatir Indonesia akan terjadi peperangan terus menerus karena Agus akan sangat mudah untuk memancing dan meletupkan segala bentuk masalah yang menimbulkan polemik yang berat.

Begitulah sekilas tentang kawan saya Agus Taryudin, lelaki asal Subang Jawa Barat. Saat tulisan ini sudah akan saya akhiri sekitar pukul 05.53 pagi, Agus telah merubah posisi tidurnya. Mungkin dia tengah bermimpi mancing dan mendapatkan ikan sebesar kapal Titanic. Terlihat tangannya telah memeluk guling. Baguslah.. daripada saya malah jadi tidak bisa tidur juga.

Selamat memancing, Gus..


Pondok Nadin – Jatinangor, 26 Maret 2009



-------ooOoo-------

Senin, 23 Maret 2009

HIBURAN : Video Klip

" Mari berpoligami .." katanya.



KLIK .. DENGAR .. dan NIKMATI ..




-------ooOoo-------

Kamis, 19 Maret 2009

SURAT DARI KAMPUNG : Nama - Nama Kawan SD

" Lamunan Hening "
ilustrasi oleh: sendiri aja dikomputer seorang kawan yang baik


SEBUAH BUKU LAMA
(absen kelas yang tertinggal)

- Kelas saya isinya para preman kecil semua. Jauh berbeda dengan kelas dibawah saya ..

MEMBUKA kenangan masa kecil; salah satunya adalah mereka-reka kembali tentang siapa orang-orang yang masih bisa kita ingat. Saya kemudian jadi terinspirasi untuk mencatat kembali nama kawan-kawan saya semasa sekolah di SDN 2 Batunyala beserta alamat kampungnya masing-masing dulu. Mungkin dengan sedikit tambahan aktifitasnya sekarang yang kebetulan saya tahu saja. Spontan dan saya tidak ingin berpikir panjang untuk membuka lembaran masa lalu. Mereka yang terlintas dikepala detik ini juga yang akan saya tulis. Berikut diantaranya:

Fauzan Azima: Tetangga depan rumah, sekarang jadi wartawan di Koran Patroli Bali-Nusa Tenggara dan kontributor news TV One
Husnan: Bawakloam, sekarang jadi tentara di Kostrad – Jember Jawa Timur
L. Aripi: Majan, sekarang entah dimana
Mali’ah: Kabar terakhir sekarang tinggal di Praya
Hamdi aka. Daplak: Bawakloam juga
Sahdi: Montong Gong
Suparman: Montong Gong
Jamaludin: Penyambung dekat Montong Gong
Halil: Riris atau Penyambung??
Suriani (A): Tapon
Suriani (B): Tapon
L. Suparlan: Majan
L. Saipul: Majan, sepupu saya dan sekarang tinggal di Bogor
Sakdiah: Pepekat
Sahmin: Tapon
Bq. Mahyuni: Majan
Bq. Yanti: Majan
Ja’i aka. Gae: Tapon, tidak tamat katanya males sekolah
Murni: Gubuk Rejeng, tidak begitu jauh dari rumah saya
Siti Maryam: persis depan SD
Budi aka. Gabon: Gubuk Rejeng juga, pindah ke SDN 1 dan sekarang tinggal di Cimahi – Bandung
L. M. Hatim: Majan
(??): Sepertinya ada beberapa lagi tapi sumpah, saya lupa siapa..?!

Kelas saya isinya para preman kecil semua. Jauh berbeda dengan kelas dibawah saya. Adik kelas saya rata-rata lucu-lucu dan imut semua. Memang apes kelas saya, tapi tidak sampai masuk dalam kategori kelas yang kena kutukan.. hahahaha

Begitulah, terkadang saya merindukan mereka semua.. Semoga semua senantiasa baik-baik saja, amin..


Jatinangor, 18 Maret 2009



-------ooOoo-------



Sabtu, 07 Maret 2009

PERJALANAN KE BARAT : Catatan Tentang Banten

" Eksistensi Jalan-Jalan "
ilustrasi oleh: sendiri aja dikomputer seorang kawan yang baik


SATU KOTA TIGA CINTA
(saya jamin judulnya nggak nyambung sama isinya)

- Masjid tua sebagai saksi kejayaan Islam masa lalu di Banten masih cukup bagus terawat dan relatif ramai dikunjungi para peziarah. Namun kondisi bekas benteng dan area keraton hanya tersisa bangunan dasarnya saja. Seandainya dikelola dengan profesional saya rasa akan menjadi bagian dari sebuah tempat rekreasi sejarah dan rohani yang menarik ..

BANTEN adalah sebuah nama kuno. Sebutan untuk daerah paling barat di pulau Jawa itu memang bisa kita temukan pada banyak keterangan-keterangan masa lampau. Bahkan menurut catatan sejarah, dahulu Banten itu adalah sebuah negara yang berdiri sendiri. Hal yang mungkin membanggakan dari catatan itu adalah kunjungan duta besar Banten ke kerajaan Inggris. Yah .. Banten adalah daerah tua. Sejajar dengan daerah-daerah lain semisal Cirebon, Semarang atau Bogor. Namun terlalu sempit kalau kita menyamakan Banten sebagai sebuah provinsi dengan nama-nama diatas yang notabene merupakan kota tua di pulau Jawa.

Perjalanan saya menuju Banten pada akhir Januari 2009 kemarin itu hampir semuanya melewati jalan tol. Berangkat dari Bandung, selepas tol Jakarta akan sangat terasa beda saat melewati tol yang masuk wilayah Provinsi Banten. Daerah yang dulu merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat ini sangat terlihat memiliki infrastruktur yang jauh tertinggal di banding Jakarta dan saudara tuanya; Jawa Barat. Paling tidak, kesan pertama saya ketika melewati jalan tol memang seperti itu. Kalau diilustrasikan; kecil, bergelombang, rada tidak terurus.

Keluar dari tol Serang seperti masuk kekota Garut, tapi lebih ramai sedikit dan tentu saja jauh lebih panas. Serang sebagai ibukota provinsi amatlah menyedihkan. Seperti kurang pantas menjadi jantung Provinsi Banten. Dengan sumber daya alam dan berbagai sumber devisa lainnya, maka sangat tidak layak jika Banten sangat lambat pembangunannya. Sebutlah; Pabrik Baja Krakatau Steel, Bandara Internasional Cengkareng, Pelabuhan Merak, daerah wisata Anyer, kota industri Tangerang, Bumi Serpong Damai, daerah pertanian yang luas dan masih banyak lagi. Namun, entahlah .. Denger-denger sih, gubernurnya yang cantik itu rada kurang bener .. Ah biarlah, bukan urusan saya hehehe..

Kesan Banten sebagai daerah jawara memang terasa ketika saya dan rombongan (kami berangkat dari Bandung sejumlah satu bis kecil saja) yang ditemani wartawan salah satu surat kabar di provinsi ini, masuk kesalah satu pasar tradisional di kota Serang untuk sekedar belanja oleh-oleh dan makanan kecil. Tampang rada nyolot menyambut kami. Saya rasa, yang ramah itu cuma ibu-ibu aja. Kalau yang lainnya tidak begitu suka untuk saya ajak ngobrol. Mungkin saya salah karena sudut pandang saya subjektif (terbentuk oleh berbagai cerita tentang orang Banten), tapi entahlah.. Waktu itu perasaan saya rada tidak enak heuheu..

Namun sebenarnya kabar Banten sebagai daerah jawara baru saya dengar ketika saya tingal di Jawa Barat. Sebelumnya saya tidak pernah mendengar itu. Beda dengan kisah tentang orang Madura atau orang Indonesia bagian timur lainnya. Apakah berarti orang Banten itu hanya jago dikandang? Entahlah .. (sekali lagi) itu bukan urusan saya hehehe..

Setelah makan siang, agenda pertama didaerah sunda non priangan ini adalah mengunjungi bekas keraton Sultan Maulana Hasanudin. Situs kejayaan Banten masa lampau ini masih terlihat kekar. Walau pengelolaannya masih sangat sederhana, namun masih menawarkan sebuah rekam jejak sejarah yang cukup baik. Masjid tua sebagai saksi kejayaan Islam masa lalu di Banten masih cukup bagus terawat dan relatif ramai dikunjungi para peziarah. Namun kondisi bekas benteng dan area keraton hanya tersisa bangunan dasarnya saja. Seandainya dikelola dengan profesional saya rasa akan menjadi bagian dari sebuah tempat rekreasi sejarah dan rohani yang menarik. Sayang sekali, jalan yang menuju ke arah sana kecil dan kurang bagus. Perhatian pemerintah daerah (sekali lagi) terhadap wilayah yang dekat dengan rumah terpidana mati bom Bali Imam Samudra itu sepertinya memang masih kurang.

Menjelang sore kami melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Merak. Dermaga penyeberangan menuju pulau Sumatera ini cukup padat aktifitasnya. Tentu saja, konsekuensi dari sebuah daerah pelabuhan adalah maksiat juga cukup ramai. Ini paling tidak tergambar dari obrolan saya dengan seorang petugas parkir sebuah rumah makan padang yang menawarkan jasa penghubung layanan seks. Tarif bervariasi, antara 150 sampai 250 ribu saja. Tempat? Jangan khawatir katanya, banyak tempat murah atau malah bisa gratis. Hhmmmm… saya belum tertarik dan si akang petugas parkir itu tidak terlalu kecewa sebab konsumen lain nanti juga masih banyak. Saat anggota rombongan ngopi di rumah makan padang itu, saya dan akang parkir menghabiskan waktu sampai menjelang maghrib dengan bercerita banyak hal.

Menjelang maghrib perjalanan dilanjutkan ketujuan utama, yaitu pantai wisata Anyer. Jika anda mengingat Jenderal Daendles, maka anda pasti ingat juga dengan jalan sepanjang 1000 KM yang menghubungkan anatara bagian barat pulu Jawa kearah timur yang terkenal dengan nama jalan Anyer – Panarukan. Sebuah proyek penindasan zaman kolonial Belanda yang begitu banyak memakan korban. Namun jalan itu masih bisa dipakai sampai sekarang, cukup kuat untuk terus menantang zaman.

Anyer adalah sebuah kawasan wisata pantai yang cukup terkenal. Memang tidak seindah dan sehebat wisata pantai lainnya di Indonesia seperti pantai-pantai di Bali dan Lombok. Namun suasana yang ada lebih dari sekedar cukup untuk memuaskan hasrat kita bermain bersama pasir dan ombak. Dari pantai ini kita bisa melihat gunung Krakatau dan Anak Krakatau (masih aktif) dikejauhan ditengah laut. Banana boat atau sekedar berenang dipinggir pantai memang menyenangkan.

Agak disayangkan, tata letak ruang dan pembangunan tempat penginapan di Anyer ternyata tidak begitu memperhatikan garis pantai (lingkungan). Ini bisa dilihat dari banyaknya tempat penginapan (termasuk bungalow tempat kami menginap) itu berdiri pas dipinggir pantai. Jika anda ingin bermain dipantai maka anda harus masuk lewat gerbang hotel atau bungalow yang ada. Ini membuat seolah-olah pantai itu adalah bagian dari milik hotel atau bungalow itu. Padahal tidak, sebab pantai adalah area publik dan tidak bisa diperjualbelikan kepada umum. Batas jalan sebagai batas garis pantai dan area yang boleh dilakukan pembangunan menjadi seperti tidak berfungsi. Entahlah.. apakah Pemda Banten tidak mengerti atau ada praktik KKN ditempat itu, saya tidak tahu juga.

Namun yang pasti, anda sekali-sekali harus mengunjungi Banten. Syukur-syukur perjalanan anda bisa sampai Cagar Alam di Ujung Kulon. Banyak pengalaman menarik yang akan membuat kita semakin mencintai negeri ini. Ok..


Jatinangor, 7 Maret 2009



---------------0000------------