CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Senin, 27 Desember 2010

RESOLUSI DAN EVALUASI : Catatan Akhir Tahun 2010

" Pagi Di Balik Ilalang "
ilustrasi oleh: nemu di google aja



SUGESTI


Tahun yang lalu adalah guruku dan Tahun yang akan datang adalah asaku .. (anonymous)

BULAN di akhir tahun 2010, Desember dan anda pasti tahu itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, maka pergantian tahun kali ini juga akan berlangsung pada pukul 00.00 waktu setempat. Ah, kalau untuk hal itu anda jelas akan mentertawakan saya. Baiklah, kita hentikan ‘polemik’ tentang itu, karena tidak penting dan konyol.

Hari ini saya masih di kota ini, masih berjibaku dengan ‘hutang piutang sekolah’ saya sama ibu dirumah. Selain itu tentu saja hutang janji lainnya yang tidak bisa saya sebutkan disini. Yah, semuanya paling tidak merupakan gambaran bahwa sekolah saya mesti cepat kelar agar ibu merasa bangga bisa melihat anaknya akhirnya lulus sekolah lagi walau dengan cara dan metode yang terseok-seok. Tak mengapa, proses mengajarkan arti perjuangan dan perjuangan menentukan rasa ketika meraih hasil. Apapun itu tentunya .. hehee ..

.....................
Angkasa timur memerah
Embun pagi mulai berguguran

Tak terasa, ini laju makin kencang
.....................
(Singgih Wiku Yuwono)

Semua orang pasti punya punya semacam resolusi ataupun evaluasi diri. Sangat subjektif dan itu sama sekali tidak masalah, toh itu bukan untuk dijadikan RUU atau pun di-LPJ-kan. Jadi santai saja mau seperti apapun isi dan bentuknya. Maka seperti orang lain itu, saya sendiri juga tentunya punya resolusi dan evaluasi terhadap diri sendiri. Namun tak semua harus di evaluasi dan tak banyak juga yang mesti diresolusikan, sebab kondisi yang ada memang harus disesuaikan.

Tahun ini musim hujan berlangsung sepanjang waktu. Bukan masalah apakah hujan turun atau tidak, tapi ini (seperti) mempunyai korelasi dengan langkah-langkah kaki. Jalanan becek dan air menggenang. Banyak kejadian-kejadian ‘aneh’ pada 2010 yang berlalu, seperti hujan yang turun maka itu terkadang jadi anugerah dan terkadang pula bikin banjir dan becek.

.....................
Malam pergi
Saat Tuhan menyalakan lampu jagad
Mentari semakin angkuh
Dengan sombongnya menyala vertikal di ubun-ubun
Dan memang yang angkuh tak pernah menang
Waktu yang perlahan tapi pasti
Membunuh sang raja siang
Dipaksanya dia tenggelam di samudera
Senja yang mulai menua
Ubannya memerah
Terurai di awang-awang dunia
Senja yang mati muda
Tertidur dalam pelukan malam tanpa suara
.....................
(Singgih Wiku Yuwono)

Di kota ini badai masih tak pernah berhenti, proses pencarian seperti pelaut masa lampau menemukan Tanjung Pengharapan masihlah terasa panjang. Oke .. tak banyak yang harus dicorat coretkan disini, tidak penting juga terlalu lama mengheningkan cipta untuk hal itu .. hahaa ..

Akhir 2010, sepak bola Piala AFF, sekolah, aktifitas (bukan pekerjaan seperti yang kawan-kawan kira), dan lain sebagainya adalah cerita penutup tahun ini. Tapi ia tetaplah menjadi kisah berjalan pada tahun nanti, sebab yang ditutup hanya waktu tahun menurut kalender manusia saja. Sedangkan ceritanya masihlah terus bergerak sesuai dengan garis hidup. Jadi sebenarnya tidak ada yang lama dan tidak ada yang baru, semuanya hanyalah sebutan untuk menandai saja. Menjadi sugesti diri jika kita kemudian menjiwainya. Sugesti untuk apa? Pilihannya cuma dua, optimis dan pesimis. Jika tidak merasa tersugesti sama sekali, maka itu bukan hal yang menjadi evaluasi dan resolusi. Sederhana saja kita mengira-ngira, jangan terlalu rumit biar tidak bikin pusing.

Baiklah, tak ada tulisan panjang disini. Sebab yang ada hanyalah pandangan yang jauh dan rencana yang panjang. Sebenarnya saya juga bingung mau menulis apa, saya hanya sedang ingin memaksakan diri sebab sudah terlalu lama beranda ini tidak disentuh dengan sesuatu yang baru. Maka dengan bantuan seorang kawan yang pandai bersyair, saya kemudian ‘nekat’ meminjam puisinya sebagai pemberi warna atas corat coret ini. Bukan apa-apa, sebab tanpa itu mungkin ‘editorial’ ini mungkin akan lebih mirip Surat Pembaca pada sebuah koran tanpa pembaca .. hehee ..

Selamat Tahun Baru 2010 buat semua dimana saja berada. Jangan pernah berhenti dengan cerita yang kemarin, sebab itulah alasan kita untuk terus bergerak. Melaju dan menjadi apa yang kita inginkan. Setidaknya itulah sugesti untuk diri kita. Jika hari ini kita masih berdiri disini, maka esok kita akan berlari. Lalu pada suatu hari nanti, kita akan kembali membawa matahari. Insya Allah, amin ..



Bandung, 27 Desember 2010




* Terima kasih untuk bung Singgih di Tasikmalaya dan Majenang atas puisinya. Sukses untuk anda, bung ..







-------ooOoo-------

Selasa, 30 November 2010

HUJAN BULAN NOVEMBER : Catatan Sebuah Syair Dari GnR

" Tangan Dalam Hujan "
ilustrasi oleh: ambil di google (seperti biasa), entah punya siapa




NOVEMBER 2010 .. Harusnya saya bisa menyelesaikan sebuah tulisan saja untuk bulan ini, namun semua hilang. Inspirasi tak pernah datang atau saya yang malas? Entahlah .. Padahal bulan ini adalah bulan ‘keramat’, hujan masih saja menguyur dan bercengkerama dengan bumi. Saya terjebak dalam lamunan gerimis pada malam-malam yang fana. Geliat ketikan di keyboard komputer akhirnya memberi sebuah jalan keluar. Yah .. daripada tidak ada sama sekali, maka syair dari Guns ‘n Roses ini mungkin bisa kita nikmati ..


NOVEMBER RAIN

(Guns 'n Roses)

When I look into your eyes
I can see a love restrained
But darlin' when I hold you
Don't you know I feel the same
'Cause nothin' lasts forever
And we both know hearts can change
And it's hard to hold a candle
In the cold November rain
We've been through this such a long long time
Just tryin' to kill the pain
But lovers always come and lovers always go
An no one's really sure who's lettin' go today
Walking away
If we could take the time to lay it on the line
I could rest my head
Just knowin' that you were mine
All mine
So if you want to love me
then darlin' don't refrain
Or I'll just end up walkin'
In the cold November rain

Do you need some time .. on your own
Do you need some time .. all alone
Everybody needs some time .. on their own
Don't you know you need some time .. all alone
I know it's hard to keep an open heart
When even friends seem out to harm you
But if you could heal a broken heart
Wouldn't time be out to charm you

Sometimes I need some time .. on my
own Sometimes I need some time .. all alone
Everybody needs some time .. on their own
Don't you know you need some time .. all alone

And when your fears subside
And shadows still remain, ohhh yeahhh
I know that you can love me
When there's no one left to blame
So never mind the darkness
We still can find a way
'Cause nothin' lasts forever
Even cold November rain


Don't ya think that you need somebody
Don't ya think that you need someone
Everybody needs somebody
You're not the only one
You're not the only one ..





-------ooOoo-------

Kamis, 28 Oktober 2010

HARI SUMPAH PEMUDA : Catatan Dari http://tribunjabar.co.id

" Merapi "
ilustrasi oleh: nemu di google.com / kompasiana.com



* Sumpah Lansia, "Bertanah Air Satu, Tanah Air Airmata .."


MARI kita menangis, SBY. Usia kita sudah lanjut. Biarkan airmata lansia ini menjadi Indonesia. Tapi tunggu dulu, lihat saya, SBY. Kita perlu kacamata hitam. Kenapa? Pasalnya, mata lansia itu jendela batin yang jujur. Receptor yang sering diteror rangsangan macam-macam. Lihat cermin, SBY! Mata kita bisa ditipu ilusi ketika rangsangan melecut lewat sinyalsinyal munafik. Mata kita bisa dikecoh halusinasi. Bahkan siapa bilang hanya olok-olok, saat mata kita diteror sinaetesi juga garis-garis perspektif yang pedih Ini semua kerap melahirkan keanehan-keanehan osilasi.

Mari kita menangis, SBY. Lihatlah ada nestapa Indonesia di belantara kesunyian kemiskinan. Bisa jadi ini kutukan kultural ketika kita bersembunyi di ketiak peradaban yang tidak lagi mempunyai jenis kelamin. Lihatlah 35 juta penduduk miskin tahun 2010, konon menurut BPS bertebaran di persada tanah air. Manusia miskin itu bagi laron-laron muram mengejar cahaya Jakarta untuk sebuah kematian yang pedih. Benar, ayo tetep menangis, SBY. Simak, 35 juta manusia Indonesia yang miskin itu cuma bisa jongkok di tepian belantara nestapa, memandangi kolam Nusantara dengan bibir kering. Indonesia bagai tembok gelap ketika surga forestrasi di republik ini menjadi bancakan para korporasi. Petani gurem cuma dapat 0,25 ha sementara petani kakap ngangkang di atas 56,3 juta hektar.

Oh, biarlah kita tetap menangis, SBY! Ini airmata dari mataair kolbu terjernih yang masih kita miliki. Lihatlah, pada 1998, sebanyak 10 konglomerat di Indonesia telah menguasai lahan seluas 65 ribu hektar. Lantas 10 tahun kemudian, mereka kuasai areal kerja 10,04 juta hektar. Ini tentu angka raksasa tiwikrama.

Siapa mencuri airmata kinasih kita, SBY? Lupakan itu dulu. Mari kita buka kacamata hitam kita. Kita ziarahi sejarah 79 tahun yang lalu. Saat itu ada airmata merah putih di setiap bola mata pemuda. Sebut saja Soekarno! Soekarno di Gedung Nasional Surabaya, awal Januari 1932 baru saja keluar dari penjara Sukamiskin Bandung.

"Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindahkan Gunung Semeru," tutur Soekarno di depan Kongres Pertama Indonesia." Tetapi apabila saya diberi sepuluh pemuda bersemangat dan berapi-api kecintaanya terhadap bangsa dan tanah air tumpah darahnya, saya akan dapat menggemparkan dunia."

Benar, SBY! Pemuda bermata telanjang itu, bagi Gubernur Jenderal Jonkheer Mr BCD De Jonge adalah matahari agitator politik yang kotor. Mata telanjang begini perlu diendapkan di pulau-pulau pengasingan. Soekarno tanpa diadili diasingkan tanpa diadili di Endeh, Flores. Sementara Hatta, Sjahrir, Burhanuddin, Maskun, Suka, Bondan dan Marwoto digiring di Boven Digul.

Mari menangis, SBY. Kali ini untuk airmata WR Supratman. Pemuda belia itu sadar makna sebuah perlambang. Jendela batin sesungguhnya mesti akrab dengan indera pendengar. Maka dengarlah suara biola dan gitar yang mengumandangkan Indonesia Raya dari Indonesisch Clubgebouw jalan Keramat 106 Batavia. Benar, kongres Pemuda Indonesia ke II bagai menyatu dalam satu nada bernama Indonesia! Ada tepuk tangan, ada keharuan, ada kemandirian bertanah air berbangsa dan berbahasa. Ini suatu penyembahhan kolektif terhadap nada dan perlambang.

Maka tak aneh bila saat ulang tahun kelompok Studi Indonesia, 27-28 Juli 1929, ternyata ketika masih ada pejabat-pejabat negeri yang tetap duduk sewaktu Indonesia Raya dinyanyikan, Sutomo pun berteriak "Mereka yang tetap duduk adalah kerbau!" Juga ucapan Maskun dalam sebuah rapat PNI di Bandung,September 1929. "Hadirin yang mempunyai semangat kebangsaan dan berbudaya, akan berdiri menghormati lagu Indonesia Raya. Hanya mereka yang berjiwa kerbau akan tetap duduk!"

Ah, tentu kita bukan kerbau, SBY! Sebab kita tahu mata batin yang telanjang, tentu itu sang kekuatan. Sebab dalam kejernihan bola mata itu terpancar kesungguhan menjadi Indonesia. Mereka penggerak lokomotif perjuangan. Mata pemuda tanpa kacamata itu tentu saja sangat cepat menyerap patriotisme. Dan ini perlu, "Ide nasional harus sadar politik," ucap Soekarno dalam sebuah rapat umum PNI cabang Bandung di Gedung Bioskop Oranye Groote Postweg Cikakak, September 1829. "Meskipun suatu negara punya 10 ribu meriam, negara itu tetap lemah selama rakyatnya tetap seperti kecoak. Sebaliknya rakyat yang tidak bersenjata, tetapi mempunyai watak dan kesadaran berpolitik, tidak akan kalah sekalipun harus berhadapan dengan tentara bersenjata."

Oh, tentu-tentu, SBY. Tentu kita bisa beda dengan Soekarni. Agitasi berlebihan adalah langkah kalah yang melelahkan. "Demonstrasi dan agitasi saja adalah mudah karena tidak berkehendak akan kerja dan usaha terus menerus," tulis Hatta di Daulat Rajat 20 september 1932. Bagi Hatta, agitasi hanya melahirkan kegembiraan hati bersifat sementara. Sesaat dan terhenyak. Persis sama seperti dituturkan Lukman Al Hakim,: "Anakku, jadilah kau bagian garam yang akan membuat ikan-ikan berenang dengan tenang. Andai tidak bisa, janganlah kau menjadi lalat. Sebab lalat itu hanya akan membuat ulat menjadi raja di sekitar ikan." Juga persis yang dituturkan Gajah Mada tahun 1362. Mahapatih Gajah Mada dalam peseradaan agung, sambil membungkuk di hadapan Seri Nata berkata: "Seri Baginda adalah memikul kewajiban yang menurut timbangan orang yang sungguh-sungguh tidak boleh diabaikan."

Tapi itu dulu, SBY. Hari ini, ayo, jangan malu, mari kita menangis, SBY. Pakai kembali kacamata hitam. Kita sudah lanjut usia. Ujung emas monas tidak lagi semanis sejarah masa lalu. Indonesia bisa jadi hanya sebuah fiksi yang kita paksakan untuk ada di sebuah peradaban yang lalim. Lantas, tiap kali kita menangis maka akan lahir cerita bagus tentang penyediaan lapangan usaha (pro-growth), penyediaan lapangan kerja (projob), pengentasan kemiskinan (pro-poor) dan perbaikan kualitas lingkungan hidup (pro-environment).

Mari kita menangis, SBY. Kita duduk di pojok Masjid Al Ukhuwwah, Panyileukan. Tengadahkan wajah. Heneng, hening dan Eling. Dan ikrarkan sumpah lansia: "Bertanah air satu, tanah air: airmata. Berbahasa satu: bahasa airmata basah. Berbangsa satu: bangsa yang digerogoti para bangsat!"


Tuesday, 26 October 2010





* Tandi Skober, Pengarang dan Anggota Dewan Penasihat Indonesia Police Watch

Catatan ini diambil oleh airbening21 dari http://tribunjabar.co.id, diposting kembali disini tidak untuk kepentingan komersil .. sekedar berbagi, semoga mendapat hikmah dan inspirasi ..




-----ooOoo-----

Jumat, 10 September 2010

PUISI : Kepada Sebuah Bedug

" Sang Penabuh Bedug "
ilustrasi oleh: airbening21 dan model oleh: Atang


BEDUG



Dung .. Dung .. Dung ..
Suara bedug seperti sudah di pinggir telinga
Dung .. Dung .. Dung ..
Dan aku harus bersiap berlomba dengan hujan
Dung .. Dung .. Dung ..
Ternyata hanya degup jantung saja

Tapi, oh .. Rupanya ada ribuan bintang sujud hari ini
Bulan matahari mengemas doa senja kala
Lalu aku pun mengemas segala dosa
Dalam kata-kata maaf pujangga lara yang fana
Lebaran .. Bedug .. Takbir dan Tahmid ..
Dan aku merasa tak pernah jadi pemenang

Bedug dikaki matahari
Aku mendengarnya seperti tetesan gerimis,


Lebaran Di Bandung, 10 September 2010 - 1 Syawal 1431 H.






-------ooOoo-------

Kamis, 09 September 2010

MEMINTA MAAF : Catatan Lebaran 2010

" Tangan Dijabat "
ilustrasi oleh: hasil nemu dari google.com


CUCI TANGAN
Minal Aidin Wal Faidzin .. Mohon Maaf Lahir dan Bathin


- “.. sebab kita adalah makhluk yang bernama manusia, maka cukup manusiawi ketika kita agak susah untuk bercerita tentang hari ini dengan begitu ‘putih’ tanpa kita tidak teringat dengan hari kemarin, sebab masa lalu terkadang selalu menjadi bayangan setia kita menuju hari esok dan kita merasa perlu untuk belajar dari peristiwa itu ..” -

MANUSIA adalah makhluk yang ‘cerdas’, akhirnya saya harus berkata seperti itu. Ia akan senantiasa mencoba untuk mengambil keuntungan dari setiap apa yang terjadi dengan motif tertentunya. “Momen yang tepat ..”, manusia menyebutnya. Banyak hari-hari yang bisa dijadikan ‘kambing hitam’ sebagai momen subjektifnya. Tidak peduli itu adalah momen apapun akan ia gunakan sebaik mungkin. Bila perlu ia akan menunggu, walaupun sebenarnya ‘pekerjaan’ tersebut bisa ia lakukan saat itu juga, tapi karena ia perlu pembenaran dan alasan maka ia rela menunggu datangnya hari tersebut. Mungkin menurutnya itu lebih penting daripada esensi ‘pekerjaannya’, termasuk untuk urusan meminta maaf.

Meminta maaf (dan mungkin juga memberi maaf) adalah sesuatu yang sangat gampang. “gratis, gak perlu bayar .. mau ribuan kali juga gak apa-apa ..”, seorang kawan senior saya dulu yang anggota Wanadri pernah mengatakan itu. Disini kita bisa membayangkan bahwa berkata maaf itu memang sangat mudah dan murah. Tentu saja manusia sangat menyukai sesuatu yang mudah dan murah. Di Indonesia, hari raya Iedul Fitri alias lebaran adalah saat yang ditunggu-tunggu untuk mengobral kata maaf. Kekeliruan yang disengaja (terlebih yang tidak disengaja) selama satu tahun kebelakang ingin dihapus hari itu juga. Terlepas dari entah apakah esensi dari kesalahan itu sudah diluruskan dan diselesaikan atau belum. Yang penting minta maaf di hari lebaran dan putih bersihlah semuanya seperti bayi baru lahir. Enak sekali ..

Lalu saya mulai berpikir, “apakah memang segitu mudahnya?”. Pertanyaan ‘nakal’ saya mencoba menggugat banyak hal, tentang perilaku dan kecenderungan manusia untuk memanfaatkan momen demi sesuatu yang dirasa sangat sarat muatan kepentingan dirinya. Suatu pola untuk menjadikan dirinya kembali ‘tampak bersih putih’ dan bebas dari segala kesalahan, baik kepada sesama manusia maupun terhadap Tuhan. Perilaku ini saya sebut dengan gerakan “AGENDA CUCI TANGAN GRATIS”.

Anda tahu arti cuci tangan? Iya, kita biasanya melakukan itu sebelum dan sesudah makan serta saat kita merasa tangan kita kotor. Cuci tangan yang saya maksud pada catatan ini tentunya tidaklah benar-benar seperti itu, sebab cuci tangan itu adalah kata kiasan. Biasanya berhubungan dengan kalimat-kalimat kiasan lainnya seperti ‘lempar batu sembunyi tangan’ atau ‘kura-kura dalam perahu’ tentang masa lalu. Sebuah ‘ritual‘ dimana manusia ingin manusia lainnya tempat ia mempunyai kesalahan bisa akan memaafkan kesalahannya diwaktu lampau pada satu tahun kemarin. Jika ‘kasusnya’ dulu cukup berat (berat disini relatif subjektif), maka disini biasanya ada semacam kondisi serba salah pada individu yang akan memberi maaf. Dan kondisi ini betul-betul dimanfaatkan oleh sang peminta maaf untuk ‘menekan’ pemberi maaf agar memaafkan ‘kasus’ itu secara lahir bathin. Tentu saja penekanan itu dengan embel-embel ini adalah hari lebaran, dimana kita semua mestinya kembali ‘menjadi bayi tanpa dosa’. Luar biasa ..

“.. sebab kita adalah makhluk yang bernama manusia, maka cukup manusiawi ketika kita agak susah untuk bercerita tentang hari ini dengan begitu ‘putih’ tanpa kita tidak teringat dengan hari kemarin, sebab masa lalu terkadang selalu menjadi bayangan setia kita menuju hari esok dan kita merasa perlu untuk belajar dari peristiwa itu ..”, kurang lebih saya menulis itu di wall facebook saya. Bukan tanpa maksud, sebab saya ingin mencoba mengingatkan kepada para peminta maaf untuk sedikit ‘beretika’ saat minta maaf. Terlepas apakah itu di hari raya Iedul Fitri, hari proklamasi kemerdekaan, maupun hari-hari atau momen apapun. Memang betul, kita sangat dianjurkan untuk menjadi insan yang pemaaf. Tapi tidak kemudian anjuran itu seolah-olah menjadi pembenaran buat kita untuk berbuat salah sesuka hati kepada manusia lain. Tuhan memang Maha Pemaaf dan Pengampun, namun etika berkehidupan sosial telah mengajarkan kepada kita untuk mempunyai cara dan aturan menyelesaikan masalah. Memberi maaf itu gampang, cuma harus jelas dulu bahwa duduk perkara pada suatu masalah. Jangan sampai kemudian ‘perilaku tidak baik’ pada masa lalu seolah-olah menjadi bukan sesuatu yang keliru. Jika seperti itu, maka kita telah mengajarkan dan membenarkan sesuatu yang salah atau keliru. Duduk perkara belum lurus, tapi sudah dianggap tidak ada masalah alias clear putih bersih seperti bayi baru lahir.

Beberapa saat lalu seseorang telah begitu saja menuduh saya sebagai seorang pendendam. Saya santai saja sebab saya tidak pernah memelihara sebuah dendam untuk jangka waktu yang lama. Tidak ada untungnya. Tapi saya bisa memaklumi ‘tuduhan’ tersebut dialamatkan kepada saya. Si penuduh mungkin kecewa saat saya tidak serta merta ingin melupakan peristiwa pada masa lalu itu walaupun ia memanfaatkan momen Ramadhan dan Iedul Fitri untuk ‘mencuci tangannya’. Posisi yang berbeda dan harusnya si penuduh tidak begitu saja egois hanya ingin masalahnya beres dan menjadi sejarah yang terkubur, tapi ia harus belajar mengerti bahwa saya ingin mengingatkan sesuatu kepadanya. Bahwa kita harus menjadi manusia beradab yang berani mengakui kesalahan dan bertanggung jawab dengan menjelaskan secara jujur berbagai hal yang menjadi pokok dari masalah tersebut sehingga menjadi gamblang dan terang. Dengan begitu maka kita bisa mengambil hikmah dari masalah tersebut. Seandainya saya begitu saja melupakan dan memaafkan, maka si penuduh akan merasa bahwa ternyata gampang untuk melakukan hal yang sama. Toh, nanti kita bisa maaf dan semua beres tanpa harus merasa bersalah. Begitu naif ..

Salah satu yang berat dimuka bumi ini bukanlah gunung, tapi mengakui suatu kesalahan. Kalimat, “iya .. saya salah ..” sepertinya tidak pernah berani dilanjutkan dengan penjelasan, “.. karena .. bla .. bla .. bla ..”. Terlalu gengsi atau dengan alasan yang lain manusia seperti tidak ingin benar-benar menjadi salah, meskipun kesalahan itu berpeluang 95 persen ada pada dirinya. Selalu saja ada kecenderungan lebih untuk mencari 'kambing hitam' atau mencari alasan lain agar ‘si korban’ memberi maaf dan dengan begitu ia menjadi puas. Dengan kata lain, manusia selalu ingin mencuci tangan dengan benar-benar bersih seolah-olah ia tidak pernah ‘membuat kotor’, walaupun memang benar ia telah ikut membuat kotor.

Yah.. masyarakat Indonesia adalah bangsa pemaaf. Oleh sebab itu ia (mungkin oleh para pelaku) dihimbau untuk memaafkan banyak hal dimasa lalu tanpa ia berhak tahu tentang apa yang terjadi pada masa itu. Berbagai rezim yang telah berkuasa selalu ingin menjadi ‘bersih’ kembali dengan memanfaatkan waktu yang berlalu untuk mengarahkan kita melupakan sejarah (kelam) tanpa pernah mereka berani untuk mempertanggungjawabkannya. Kondisi yang sedemikian itu sudah menjadi ‘kebiasaan’ masyarakat kita dan kita pun mengikutinya, sebab itu memang ternyata menguntungkan bagi si peminta maaf. Pemberi maaf hanya bisa memaafkan dan misteri sesuatu akan tetaplah menjadi misteri.

Suara bedug menyambut Iedul Fitri 1431 Hijriyah atau 2010 Masehi telah digendang telinga. Dan saya merasa tidak pernah memaafkan siapa-siapa, bukan tidak ingin merayakan Iedul Fitri ini dengan bermaaf-maafan, tapi saya tidak tahu dan tidak mengerti atas dasar apa saya harus memberi maaf. Siapa yang salah dan kenapa harus salah? Jangan-jangan peminta maaf tidak bersalah dan yang keliru sebenarnya saya. Itu tidak bisa terjawab, kecuali sang peminta maaf mau bercerita terlebih dulu .. dengan jujur tentunya dan inilah kemudian yang paling berat buat manusia.



Bandung, 30 Ramadhan 1431 Hijriyah / 09 September 2010




TERIMA KASIH : untuk semua yang telah menginpirasi saya membuat tulisan ini, paling tidak saya akhirnya bisa memposting sesuatu untuk meng-update tulisan terbaru saya diblog ini .. salam hangat dan selamat berlebaran .. ingat, jangan terlalu minta maap kepada saya apabila tidak merasa bersalah .. sip ..





-------ooOoo-------

Selasa, 17 Agustus 2010

MEREBUT APA? : Catatan Di Hari Kemerdekaan RI ke 65th

" Wayang Nusantara "
ilustrasi oleh: maok tina google.com



REFLEKSI KEMERDEKAAN
- sebuah epilog merebut kembali -


SIANG yang panas menggoda, hari Selasa pada 17 Agustus 2010 dibulan Ramadhan 1431 H. Saya ingat, sayang .. sedari dulu waktu dengan tanggal tersebut adalah hari jadi Republik Indonesia atau biasa disebut hari kemerdekaan. Kebetulan pula dulu katanya proklamasi kemerdekaan itu juga dilaksanakan pada bulan puasa, hari Jum'at 17 Agustus 1945. Ah.. banyak kebetulan kalau akhirnya saya juga teringat dengan SMS seorang kawan yang mengatakan bahwa, " hakikat merdeka adalah merebut .. merebut kembali apa yang pernah kita miliki .." (dari 08562154xxx).

Baiklah, kemerdekaan negeri kita dulu adalah nyata dan dimiliki oleh tanah air kita sejak zaman purba. Lalu datanglah bangsa asing yang buku-buku sejarah menyebutnya sebagai penjajah. Mereka merampas kemerdekaan bangsa kita yang berdaulat. Ada yang menjajah selama 350 tahun atau 3,5 tahun dan ada juga yang saya lupa berapa tahunnya (Portugis). Kemudian bangsa kita merebut kembali kemerdekaan itu dengan revolusi bersenjata dan revolusi diplomasi, hingga akhirnya kemerdekaan itu bisa diambil kembali.

Baiklah, sayang .. itu adalah hakikat merdeka dalam konteks mengambil kembali apa yang pernah kita miliki dan dirampas oleh orang lain untuk kemudiaan kita rebut lagi agar kembali kepada kita bagai sebelumnya. Tetapi saya ada pertanyaan 'penting' yang kemudian saya lempar kembali ke beberapa kawan kerabat dan handai taulan. Mereka yang saya pilih itu berdasarkan dari pengalaman, kompetensi, keterwakilan gender, kondisi terakhir, maupun 'latar belakang sejarahnya' yang dikomparasi dengan sudut pandang atau penilaian subjektif saya terhadap mereka.

Pertanyaan kecil itu tergumam, " Jika hakikat merdeka adalah merebut, yaitu merebut kembali apa yang pernah kita miliki .. maka jika merebut sesuatu yang belum pernah kita miliki atau tidak pernah benar-benar kita miliki apa itu disebut penjajahan? ..". Saya disini tertarik untuk menggunakan sejenis 'teori' berbanding terbalik.

Catatan kecil ini akan menampilkan beberapa tanggapan atas pertanyaan tersebut. Ada juga yang tidak memberikan tanggapan atau jawaban sama sekali (walau hanya dengan balasan berbentuk miscall private number sekalipun). Saya ber-positive thinking mereka sedang tidak ada pulsa atau mungkin SMS saya tidak sampai padanya (terlalu banyak hal yang akhirnya tidak pernah sampai .. semacam tidak kesampaian .. heu ..). Biarlah, untuk mempersingkat waktu (maap.. bahasanya mirip kalimat pidato) maka inilah tanggapan-tanggapan tersebut ..
  1. Daniel: ".. perebutan piala dunia pun diikuti oleh negara-negara yang sebelumnya tidak pernah meraih (memiliki) gelar atau piala itu .. dan akhirnya memboyong piala itu (Spanyol 2010) ..". (saya setuju sekali dengan bung Daniel.. dan aku tak sanggup berkata-kata.. hahaa ..).
  2. Dedi Rahman: ".. harus direbut sebab masa muda itu masa berapi-api .." (Om kita ini terinspirasi bung Rhoma Irama sepertinya .. sebab Raja Dangdut itu memang tipe pejuang, merebut banyak wanita untuk dikawinin .. hehee ..).
  3. Dimu: ".. Tergantung perspektifnya, tapi menurutku itu adalah termasuk dalam jihad fisabilillah .." (mantap.. begitu Subhanallah sekali, sebab saya memang suka berjihad .. hahaa :D ..).
  4. Diky 'rhoma': ".. apapun caranya harus direbut .. sekali wanita tetap wanita .." (wow .. sangat tegas, tapi saya curiga si Mang yang satu ini pernah suka dengan sesama jenis :D jadi ingat tragedi Rara .. haaa ..).
  5. Adi Gimbal: ".. mari bung, rebut kembali!!" (tipe pejuang tak kenal lelah .. singkat jelas tegas dan saya menyukai tipikal bung Adi ..hahaa ..)

Oh ya .. disini juga saya melibatkan beberapa wanita agar keterwakilan mereka bisa sesuai dengan ketentuan undang-undang, yaitu 20 – 25 persen. Saya adil sekali bukan terhadap wanita .. hahahaa ..
  1. Naneu: ".. merdeka .. merdeka .. merdeka :) .." (entahlah, apakah ini jawaban diplomatis atau tidak.. tapi yang pasti saya menduga neng Neu sedang mengatakan bahwa hal-hal seperti itu adalah sah-sah saja .. meureun .. hehee ..).
  2. Bine: ".. asal jangan merebut kekasih atau istri orang ..kalau merebut perasaannya sih boleh-boleh aja .. hahahaa .. MERDEKA :p .." (ada yang bisa menterjemahkan maksud si Valencia ini? Jika yang boleh direbut hanya perasaannya aja, maka apa itu artinya cinta tak berarti harus memiliki? Hhuufftt .. hhhaasseeeuuuumm atuh, neng ..).

Nah.. itulah sekilas tentang arti dari merdeka sebagai bagian dari tujuan merebut dan 'merebut kembali'. Sebab tidak ada yang sempurna kecuali Dia dan 'dia', maka lebih kurangnya catatan ini saya serahkan kepada kawan-kawan semua dan kepada takdir-Nya semata. Disini juga saya mencatat sebuah doa kiriman dari bung Ajat Sudrajat. Kawan kita Sang Maestro Kehidupan ini sepertinya lebih suka untuk menanggapi pertanyaan saya dengan sebuah doa saja. Yah .. sebuah doa yang luar biasa, boleh anda simpan juga sebab doa ini tidak akan pernah anda dapatkan dalam buku-buku doa yang biasa dijual di Perpustakaan Sekolah, Palasari Buku Bekas, atau Gramedia maupun TB. Gunung Agung.

Izinkan dihari 'titik balik' ini saya berdoa untuk kawan-kawan se-bangsa dan se-tanah air, ".. semoga yang lemah dikuatkan, yang lupa diingatkan, yang jauh segera didekatkan, yang salah memilih semoga semakin bijak (menentukan pilihannya) .. dan untuk yang tersesat semoga segera menemukan jalan untuk kembali pulang .. amin .." (Ajat Sudrajat di hari kemerdekaan RI).

Dirgahayu 65th Republik Indonesia untuk kaum buruh dan tani serta nelayan, kaum miskin kota, kaum tertindas, elemen penindas, dan segenap anak negeri ini .. Terima kasih untuk para pahlawan kami, baik yang telah gugur maupun yang masih hidup menyaksikan negeri yang dulu dipertaruhkan dengan nyawa dan darah serta harta bendanya .. Maapkan kami duhai, Ibu Pertiwi .. Biarlah dan biarkan kami saat ini merdeka dengan cara kami sendiri .. sekali merdeka tetap merdeka .. ".. atau mati kesepian ..", kata kawan Dimu saat malam hening.



Keterangan (bukan cuci tangan): Sebenarnya tema ini boleh melebar ke hal apa saja .. jadi mohon maap kalau ada yang bingung .. maklumilah :D .. toh ini cuma sekedar catatan kecil untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa kita dan juga sambil iseng-iseng menunggu bedug atau sahur .. kalau dirasa tidak bermanfaat ya jadikan saja media untuk tertawa .. namun jika memberi inpirasi dan pencerahan ya Alhamdulillah .. sip :)

Terima kasih: Untuk semua yang saya sebut namanya diatas .. bila ada yang merasa tidak tersebut saya minta maap .. dan bila ada yang merasa tidak ikhlas saya sebut saya minta maap juga ..





Jatinangor, 17 Agustus 2010







-------ooOoo-------

Kamis, 29 Juli 2010

PUISI : Dua Karya Soe Hok Gie

" Mahameru "
ilustrasi oleh: nemu lewat google.com aja


Puisi Gie (1)


SEBUAH TANYA

“ Akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku .. ”

(Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, Lembah Mendala Wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“ Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat .. ”

(Lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita)

“ Apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu, kita begitu berbeda dalam semua .. kecuali dalam cinta? ”

(Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. Wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. Seperti kabut pagi itu)

“ Manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru .. ”



Puisi Gie (2)

Tanpa judul ..

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku ..

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di Lembah Mendala Wangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

Tapi aku ingin mati di sisimu, sayangku ..
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegakklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa ..





-------ooOoo-------



* diposting kembali oleh airbening21 dan tidak untuk komersil ..



---------------------------------

Sabtu, 03 Juli 2010

SPIRIT KEKALAHAN : Catatan Saat Merasa Takluk

" Brazilian Flag "
ilustrasi oleh: dari www.duniagrafis.com


KALAH, EUY .. HEU ..


- Jika diantara kedua tim itu ada yang menjadi juara, maka saya akan kalah dengan komplit dan saya MENYUKAI ITU .. Piala Dunia kali ini adalah sesuatu yang berbeda buat saya .. -

TAK pernah ada manusia terlahir ingin menjadi pecundang, semua pasti ingin menjadi pemenang. Termasuk saya dan anda tentunya. Saat catatan ini saya tulis, Brasil baru saja kalah 2 – 1 oleh Belanda di babak 16 besar Piala Dunia 2010. Saya selama ini adalah pendukung kesebelasan Tim Nasional Brasil. Sungguh sangat tidak enak rasanya kalah. Selera menonton pertandingan Piala Dunia sampai ke babak final menjadi turun begitu drastis. Bagai orang sakit, tidak ada selera makan.

Sebenarnya saya adalah manusia yang terbiasa kalah. Kenapa saya sebut terbiasa, sebab posisi ‘kalah’ telah menjadi ‘makanan’ bagi hidup saya. Harusnya saya kebal dan tahan, tapi ini permainan sepak bola dan saya ingin menang hanya dalam permainan ini. Sungguh tidak adil rasanya jika setiap sisi adalah nafas kekalahan, tapi ini realita dan mau tidak mau atau suka tidak suka saya mesti menerimanya. Dengan lapang dada dan hati yang ikhlas, “Ya udah mau gimana lagi, terima aja .. heu ...

Pada permainan ini tidak ada yang saya pertaruhkan, selain dari kebanggaan sendiri saja bahwa apa yang saya inginkan bisa MENANG. Itu saja sebenarnya, tidak lebih. Namun apa daya, manusia berencana tapi Tuhan dan wasit yang menentukan semuanya .. heuheu .. Baiklah, kawan .. Piala Dunia 2010 dibulan Juni – Juli ini ada sesuatu yang harus saya pelajari, yaitu spirit untuk realistis bersahabat dengan kekalahan dalam bentuk yang (sebenarnya) tidak prinsip.

Saya tidak akan berpanjang lebar, sebab saya harus menikmati semuanya sampai peluit penyerahan trophy dibunyikan. Tahukan kalian tim mana yang akan saya dukung setelah Brasil tersingkir? Dengan sebuah alasan yang (mungkin) hanya Tuhan, saya dan ‘malam yang jernih’ saja yang tahu, maka saya mantap akan mendukung Jerman atau Argentina. Jika diantara kedua tim itu ada yang menjadi juara, maka saya akan kalah dengan komplit dan saya MENYUKAI ITU .. Piala Dunia kali ini adalah sesuatu yang berbeda buat saya.

Selamat berjuang Jerman dan Argentina, saya punya alasan sendiri untuk senang melihat salah satu diantara kalian yang jadi juaranya dan menggenggam trophy itu nanti usai final dimainkan. Seperti itu juga halnya, saya juga punya alasan untuk kembali merasa ‘kalah’ jika kalian harus menyusul Brasil menjadi bagian dari yang kalah.

"Tanpa sadar, saya seperti telah ‘memainkan’ permainan ini selayaknya sisi hidup yang sebenarnya. Tidak apa-apa, sebab dengan itu saya bisa menikmati sebuah pembelajaran dari sisi-sisi tragis tanpa saya harus merasa benar-benar menjadi seorang pecundang ..".




Bandung, 2 Juli 2010
Setelah Brasil kalah 2 – 1 dari Belanda di 16 besar PD 2010







-------ooOoo-------

Kamis, 01 Juli 2010

PUISI : Dari BJ. Habiebie Untuk Istri (Alm)

" BJ. Habiebie Bersama Istri (Alm) "
ilustrasi oleh: dari www.reportase.com




Sekedar pengantar ..

SEBUAH puisi menggambarkan banyak hal, tentang hidup dan cinta yang terpatri sebagai sesuatu yang berharga. Puisi yang saya posting ini adalah sebuah puisi yang bagus, menurut saya. Sebuah curahan hati seorang mantan presiden kita; BJ. Habiebie kepada sang istri Ainun Habiebie yang meninggal dunia. Saya posting kembali untuk anda sebagai bahan inspirasi dan refleksi saja, semoga kita semua bisa memahaminya sebagai sesuatu yang baik .. Selamat membaca ..



PUISI BAPAK BJ. HABIEBIE UNTUK IBU AINUN HABIEBE (Alm)


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ..
Karena aku tahu
Bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya

Dan kematian adalah sesuatu yang pasti
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi
Aku sangat tahu itu

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang
Sekejap saja
Lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati
Hatiku seperti tak di tempatnya
Dan tubuhku serasa kosong melompong
Hilang isi

Kau tahu, sayang ..
Rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang

Pada airmata yang jatuh kali ini
Aku selipkan salam perpisahan panjang
Pada kesetiaan yang telah kau ukir
Pada kenangan pahit manis selama kau ada
Aku bukan hendak mengeluh
Tapi rasanya terlalu sebentar kau disini

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu, sayang ..
Tanpa mereka sadari
Bahwa kau lah yang menjadikan aku kekasih yang baik

Mana mungkin aku setia
Padahal memang kecenderunganku adalah mendua

Tapi kau ajarkan aku kesetiaan .. sehingga aku setia ..
Kau ajarkan aku arti cinta
Sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini

Selamat jalan
Kau dari-NYA dan kembali pada-NYA
Kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada

Selamat jalan, sayang ..
Cahaya mataku
Penyejuk jiwaku

Selamat jalan
Calon bidadari surgaku ..


(BJ HABIBIE : 2010)




*Diposting kembali oleh Jati Wirachmat dan bukan untuk komersil, hanya sekedar bentuk kekaguman untuk puisi yang indah ini ..






-------ooOoo-------

Kamis, 24 Juni 2010

OBROLAN REUNI : Catatan Tentang Pertanyaan

" Bandung Di Waktu Malam "
ilustrasi oleh: sendiri aja



TEKA TEKI AJAIB



- Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja .. (Albert Einstein) -

KAWAN saya menikah. Mendengar itu tentu anda akan berkata, “So what? Semoga langgeng sakinah mawaddah ajalah ..”. Sebuah doa yang sudah bisa saya tebak. Saya beda dengan anda, kenapa? Karena anda mungkin tidak mengenal kawan saya, jadi anda tidak punya alasan untuk ikut bergembira mendengar kabar itu. Hal sebaliknya juga akan terjadi jika kawan anda yang menikah dan saya tidak mengenalnya. Memang betul, bahwa menikah atau kematian serta kelahiran itu adalah sesuatu yang biasa. Jadi pemaknaan akan terjadi kemudian diukur dari apakah anda kenal atau tidak dengan ‘subjek’. Lalu sejauh mana anda akrab dan seterusnya secara lebih detail. Itulah kenapa tingkat nuansa yang dibangun akan terasa seperti apa.

Bertemu kembali bersama kawan-kawan yang lama tidak bersua sungguh menyenangkan. Obrolan biasanya akan berkisar dimasalah masa lalu dan candaan 'klasik'. Semua reunian (formal atau tidak) rata-rata seperti itu. Tidak percaya? Sering-seringlah anda ikut reunian, maka insya Allah anda akan mengamini kata-kata saya. Namun media reunian juga mempengaruhi obrolan, termasuk apakah pertemuan itu disebuah pesta perkawinan yang lokasinya hampir 5 (lima) jam dari kota Bandung (Siswanto wedding on Rango Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat).

Semua orang yang meyakini adanya Tuhan dan segala rahasia-Nya akan setuju sekali bahwa rezeki, jodoh, dan kematian itu adalah ‘catatan pribadi-Nya’ saja. No body knows, termasuk malaikat sekalipun. Tapi banyak orang tahu cuma lupa dan ‘lupa’, termasuk kawan-kawan saya yang reunian itu. Kalau sudah begitu maka saling lempar pertanyaan kapan menyusul atau, "sama siapa nanti ya .." kemudian mengalir. Lalu semua seperti akan tahu jawabannya, padahal itu adalah pertanyaan yang teknologi apapun tak akan mampu menemukan jawabannya. Jadi diskusi itu kemudian menjadi obrolan pengingat saja. Tidak ada 'kesimpulan' tentunya, sebab temanya adalah teka teki rahasia Ilahi.

*******

Saat saya mengetik tulisan ini sungguh saya sedang bingung. Seorang kawan saya sedang mengalami kesusahan keuangan yang berkaitan dengan kuliahnya. Posisinya sungguh sedang injury time dan saya menyesal jadi orang yang tidak punya banyak uang. Kawan saya sedang butuh bantuan dan saya gelagapan bingung, bagaimana cara membantunya. Saya tahu hidup penuh keajaiban yang mematahkan teori-teori ilmiah tentang usaha dan materialitas proses. Untuk itu saya mengatakan, “Persetan dengan teori-teori ilmiah itu..”. Saya saat ini sedang berharap datangnya sebuah keajaiban Tuhan untuk kawan saya. Keajaiban .. yah, keajaiban .. Bukan proses bertele-tele, tapi yang mudah semudah kantong Doraemon atau simsalabim ala pesulap. Kawan saya butuh keluar dari lubang jarum secara cepat dengan ‘mukjizat’. Jika jodoh dan kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja tanpa kita tahu, maka saya harap kebutuhan kawan saya bisa terpenuhi malam ini. Amin ..



Jatinangor, 23 Juni 2010






-------ooOoo-------

Selasa, 01 Juni 2010

MARI BERPANTUN, KAWAN ..

" Berbalas Pantun "
ilustrasi oleh: nemu di google.com entah punya siapa




Sekedar pengantar semata ..

MEMBUAT pantun? Hhmmm .. kenapa tidak .. Ide ini muncul begitu saja dan saya langsung merealisasikannya sebagai karya pantun pertama saya. Pantun bukanlah sesuatu yang aneh di negeri ini, setiap orang tentu tahu apa itu bait-bait berbalas yang disebut Sesenggak buat masyarakat Lombok ini walau tidak semua orang (dengan alasannya masing-masing atau berkelompok) akan bisa menyukai pantun sebagai sesuatu yang menghibur. Pantun adalah nama Indonesia-nya dengan begitu banyak nama lain untuk masing-masing daerah. Semuanya bermakna sama, kalimat-kalimat perparagraf yang disusun mengandung arti dengan konsonan yang serupa untuk tiap hurup terakhir pada kata terakhir di tiap kalimat.

Pantun banyak jenis dan peruntukan maupun kegunaannya. Dari pantun nasehat atau pantun religi, pantun perantauan, pantun lelucon, dan pantun muda-mudi atau percintaan. Setiap orang pasti bisa membuat pantun dan saya mencoba menghadirkan karya saya untuk anda. Saya menyebutnya sebagai Pantun Musim Peralihan dengan 2 (dua) sesi, yaitu Sesi Setangkai Kembang dan Sesi Segayung Air. Tidak ada sesuatu yang luar biasa pada judulnya itu. Cuma karena kebetulan saya membuat pantun-pantun ini saat musim hujan tahun 2010 ini mau berakhir dan masuk ke musim kemarau, makanya saya sebut sebagai musim peralihan. Sebagai media atau gaya komunikasi yang variatif dengan ide retorisnya, maka mudah-mudahan pantun-pantun ini bisa dinikmati selayaknya cemilan ringan dengan harapan akan berguna paling tidak sebagai inspirasi yang menghibur untuk kita semua. Semoga saja .. “Petani di Tasikmalaya memanen padi, selamat membaca semoga bisa dinikmati ..” .. hehee ..sip brow ..



PANTUN MUSIM PERALIHAN


(1) Sesi Setangkai Kembang

Beli komputer di Kandaga
Makan tahu di Cikutra
Siapa adik berilah nama
Agar bisa memanggil mesra

Memotong bawang dimalam hari
Hati-hati tangan bisa terkelupas
Jika malam minggu selalu sendiri
Kirimlah SMS tentu akan dibalas

Buah semangka tak mirip buah pisang
Buah durian merupakan buah musiman
Bila anda ingin selalu disayang
Jangan lupa untuk mengajaknya jalan-jalan

Kalau ada beras di Karawang
Kenapa harus membeli ke Purwodadi?
Kalaulah ada harapan yang panjang
Bolehlah kita telpon-telponan lagi

* Bani Hudaya sekarang menjadi pelukis
Menggambar bola kenapa jadi buah manggis?
Aduhai adik sayang janganlah menangis
Tanpa airmata kamu terlihat lebih geulis

Empat tambah empat sama dengan delapan
Kali bagi tambah kurang adalah cara penghitungan
Bila kamu dan orang tuamu mengizinkan
Habis panen aku akan mengirimkan lamaran

Sehabis musim hujan akan datang musim kemarau
Petani merana pada musim pancaroba
Wahai kawan janganlah engkau selalu galau
Sebab cinta yang hilang mari kita cari gantinya

Gelombang dilaut suaranya berdebur
Pelangi munculnya sehabis gerimis
Kenapa susah mata ini tertidur
Selalu teringat wajahmu yang tersenyum manis

Di Majalaya tentu banyak kain beludru
Naik kereta ke Jogja turunnya di Stasiun Tugu
Jangan terlalu lama dirimu menunggu
Tunggulah aku setiap malam minggu

Bintang dan rembulan terangnya dimalam hari
Mencari belut dipinggir kali
Mengejar damri pun kaki ini tak kan sanggup berlari
Jika dirimu selalu saja menghantui

* Ajat Sudrajat dan Gilar Nurzaman bukan tokoh pewayangan
Anggur Merah dan Intisari adalah nama-nama minuman
Hidup ini memang berliku-liku penuh perjuangan
Janganlah terjebak bayangan kenangan tanpa kepastian


(2) Sesi Segayung Air

Jalan-jalan sendiri dikeramaian
Mungkin beruntung bisa berjumpa kecengan
Beginilah nasib orang rantauan
Selalu rindu kawan dan kampung halaman

Pergi ke Cililin lewat Batujajar
Awas tersesat di sekitar Cimahi
Mari kita selalu banyak belajar
Agar menjadi orang berguna dikelak hari

Pergi ke Saung Udjo menonton angklung
Dekat dengan Cicaheum namanya Padasuka
Mencari wanita janganlah bingung-bingung
Dapatkan ia yang bisa mengaji dan paham agama

Memetik mawar awas banyak duri
Bunga semerbak harumnya setaman
Usah tersinggung pantun ini hanya hiburan hati
Pengisi luang saja sekedar penghilang kesedihan



Bandung, 23 Mei 2010
Diposting pada Hari Kelahiran Pancasila 2010




Ucapan terima kasih:
Kepada kawan-kawan dari persada Andalas alias Sumatera yang telah menginspirasi saya untuk membuat pantun dan karena alasan privacy, maka namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

* Adalah nama-nama kawan kerabat saya.







-------ooOoo-------

Sabtu, 22 Mei 2010

SAMBUNGIN AJA : Catatan Akhir Bulan Yang (masih) Basah

" Tiga Arah Tidak Sama "
ilustrasi oleh: saya sendiri dibantu oleh adobephotosop CS2



THREE IN ONE TIDAK NYAMBUNG



- Sungguh, saya kemudian sadar jika saat itu saya sedang tidak menempatkan posisi dengan siapa dan dalam suasana apa saya ngobrol. Akibatnya? Saya ‘ditelanjangi’ oleh sebuah teka teki bocah kecil yang begitu polos .. hehee .. -

SEJUJURNYA saya sedang mendengarkan lagu Manusia Setengah Dewa-nya Iwan Fals saat saya menulis coretan ini. Terinspirasi? Ya, mungkin .. walau tidak seluruhnya berasal dari lagu itu dan yang terpenting adalah tulisan ini isinya antara satu sama lain serasa nggak nyambung, jadi siap-siap aja untuk ketawa miris hehee .. Tapi tidak apa-apa, sebab paling tidak saya bisa menemukan key word untuk dapat masuk di alinea pertama. Lagu itu bercerita tentang kegundahan seorang Iwan Fals (dan mungkin kegelisahan sebagian besar anak bangsa ini) tentang kondisi sebuah negeri yang megap-megap. Semua orang kemudian bermimpi akan munculnya manusia setengah dewa atau semacam ratu adil yang akan memberi kemaslahatan buat rakyatnya.

Tentunya saya tidak akan menulis tentang politik disini. Saya bukanlah pengamat politik ataupun pelaku politik (kalau korban politik sih iya, namanya juga rakyat kecil .. selalu menjadi tumbal politik orang-orang pintar .. heu ..). Kalaupun saya dulu sampai sekarang saya terkadang sok berperilaku politikus kacangan dan sekali-sekali ikut bergerak dijalanan sebagai seorang demonstran, bukan berarti saya seorang politikus. Saya tetaplah seorang yang berperilaku biasa-biasa dan tidak begitu paham politik dengan segala diskusinya yang hebat. Saya sampai saat ini masihlah seorang manusia yang mencari sebuah jalan kehidupan yang bisa membuat saya sebagai seorang manusia yang berguna buat orang lain.

*******

Mengunjungi seorang kawan senior saya di Tanjungsari (sebuah daerah kearah Sumedang), obrolan kami masih banyak bernostalgia dengan kejadian-kejadian masa lalu. Kawan senior saya ini sudah menikah dan punya dua orang anak. Ia saya kenal sebelum saya masuk kuliah di Universitas Padjadjaran. Sambil minum kopi dan merokok kami ngalor ngidul saja, sampai kemudian anak kawan saya yang berumur kurang lebih 6 tahun tiba-tiba datang nimbrung dan bertanya, “Om .. mau jawab teka teki nggak .. Apa bedanya kucing sama ikan?”.

Saya tertawa, “Ikan tidak bisa makan kucing tapi kucing bisa makan ikan .. hayoo ..”.

Salah, Om .. kucing bisa aja dimakan sama ikan, kan ada ikan hiu .. sekali caplok 3 kucing juga bisa kemakan sama ikan hiu .. hehee ..”, cerdas juga anak kecil ini. Lalu sambil tersenyum polos bocah itu melanjutkan, “Yang bener itu, kalo ikan hidupnya di air dan kucing itu di darat ..”.

Gubrak …!! Hahahaaa .. saya garuk-garuk kepala berhasil dipecundangi sama anak umur 6 tahun. Saya tidak berpikir sampai kesana ketika akhirnya saya sadar bahwa saya terlalu jauh menganggap serius sebuah teka teki anak kecil yang iseng-iseng (mungkin) ingin bercanda dengan saya .. heheee .. Sungguh, saya kemudian sadar jika saat itu saya sedang tidak menempatkan posisi dengan siapa dan dalam suasana apa saya ngobrol. Akibatnya? Saya ‘ditelanjangi’ oleh sebuah teka teki bocah kecil yang begitu polos .. hehee ..

*******

Hari yang cukup hangat untuk ukuran sebuah pagi, Jumat tanggal 21 Mei 2010. Harusnya hari ini saya beranjak kedaerah tengah kota karena ada hal yang mesti saya kerjakan. Tapi janji saya dengan seorang kawan membuat saya menunda perjalanan hari ini. kawan yang saya tunggu belum juga memberi kabar, maka bisa dibayangkan jika saya kemudian ngebango tanpa alasan yang pasti. Entah sudah berapa kali saya mengalami hal yang sama dengan berbagai macam orang. Tapi sudahlah, yang pasti saya berusaha untuk tetap belajar komitmen dengan janji.

Membaca berbagai macam info di koran ataupun berita online di internet sekarang-sekarang ini penuh dengan berita yang berbau politik. Kisah pertarungan Susno Duadji dengan kawan-kawan sekantornya, kemudian tentang karir Sri Mulyani Indrawati yang terus melejit. Lalu berita teroris yang sepertinya tidak habis-habis dan mengenai maneuver-manuver para calon ketua umum Partai Demokrat menjelang kongresnya di Kota Baru Parahyangan Kabupaten Bandung. Semua itu cukuplah untuk membuat koran-koran dan para stasiun televisi tidak kehabisan bahan untuk terus cetak dan mengudara. Disamping tentunya berbagai macam berita lain yang pastinya akan sangat panjang kalau saya jabarkan satu persatu disini.

*******

Ah .. kawan, lama sekali kamu membalas SMS-ku. Kalau nggak jadi saya mau tidur aja, ngantuk euy .. heuheu .. Tidak banyak komentar untuk kondisi segala hal pada saat ini, saya hanya ingin bersenang-senang saja. Terlalu dzalim rasanya saya terus membiarkan diri saya berpikir berat. Untuk beberapa saat kedepan saya ingin fresh dan refresh, sebelum pada akhirnya berjibaku kembali dengan berbagai macam dinamika dan dialektika hidup. Memang sih, manusia hidup itu perlu dan harus untuk berpikir dan berbuat. Tapi jangan lupa, ia juga terkadang butuh bersantai-santai bagai raja .. hehee .. sip ..



Jatinangor, 21 Mei 2010







-------ooOoo-------

Rabu, 19 Mei 2010

KARYA DAN BERKARYA : Catatan Saat Dikejar Deadline Sendiri

" Dari Alam Oleh Alam Untuk Manusia "
ilustrasi oleh: arsip majalah Kable - mas Imamase di Temanggung



PRODUKTIFITAS



- Seorang aktifis buruh akan mengkaitkan itu dengan pekerjaan pabrik. Begitu juga dengan petani akan mengingat padi disawah, tapi beda dengan dokter kandungan sebab dia akan mengkorelasikannya dengan rahim perempuan. Demikian pula dengan berbagai bidang dan hal lainnya. Produksi dan reproduksi pada hakikatnya adalah sebuah proses produktifitas subjek .. -

SUNGGUH, kawan .. Saya menulis kali ini hanya untuk mengejar target. Layaknya seorang wartawan yang dikejar deadline, maka ia harus berjuang keras mencari sesuatu yang bisa ditulis dan nanti akan diceritakan kembali sebagai sebuah berita. Saya saat ini merasa dikejar ‘deadline’ itu, memang tidak ada yang menekan tapi kesepakatan saya dengan diri saya sendiri untuk posting diblog ini minimal 3 (tiga) tulisan dalam sebulan adalah sebuah deadline tidak resmi saya dengan diri saya sendiri. So.. saya pun puyeng sendiri ketika tidak ada ide dan saya mencoba kreatif. Entah sampai dimana kesepakatan ini bisa saya jalankan, sekali-sekali nanti mungkin saya mesti ‘berkhianat’.. hehee..

Sebuah pekerjaan (melakukan sesuatu) memerlukan apa yang disebut dengan daya upaya. Disini faktor sumber daya atau SDM yang dimiliki oleh subjek pekerja sangat dominan sekali. Disamping berbagai alat bantu tentunya, tapi tetaplah yang paling banyak ‘bermain’ adalah kemampuan diri sendiri dari orang yang melakukan pekerjaan itu. Maap, disini saya seperti mengulang-ngulang makna. Harap dimaklumi, saya sama sekali bukan menganggap anda bodoh sehingga saya mesti menjelaskan maksud saya dengan berbagai kalimat. Saya hanya ingin memperjelas maksud dan tujuan saja. Tidak lebih dari itu.

Saat mendengar kata produksi, setiap orang akan bermacam-macam pikirannya. Seorang aktifis dunia buruh akan mengkaitkan itu dengan pekerjaan pabrik. Begitu juga dengan petani akan mengingat padi disawah, tapi beda dengan dokter kandungan sebab dia akan mengkorelasikannya dengan rahim perempuan. Demikian pula dengan berbagai bidang dan hal lainnya. Produksi dan reproduksi pada hakikatnya adalah sebuah proses produktifitas subjek. Produk artinya sesuatu yang dihasilkan, produksi adalah proses untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan produktif merupakan kata sifat dalam menggambarkan tingkat kekuatan produksi. Lalu, produktifitas itu lebih kepada istilah untuk menandai tinggi rendahnya jumlah produksi. Nah.. Sebagai contoh, saya bukan orang yang begitu produktif dalam menghasilkan (memperoleh) sesuatu materi. Sampai saat tulisan ini ‘murudul’, saya masih menganggur yang dalam arti kata tidak punya pekerjaan tetap. Maka saya tidak bisa menghasilkan sesuatu yang berkesinambungan dan bisa diprediksi.

Baiklah, itu tentang produktifitas saya dalam urusan ‘rizki’. Pada hal lain sepertinya kadar produktifitas saya yang rendah tidak hanya dalam menghasilkan materi yang berbentuk uang itu, tapi juga merembet ke hal-hal yang merupakan hobi atau kegemaran. Seperti halnya menulis iseng, ternyata tingkat kemampuan saya pun sangat pas-pasan malah cenderung susah mencapai target. Lahirnya tulisan yang ini adalah salah satu contohnya, terjadi karena adanya ‘pemaksaan’ ide dalam diri saya. Sekedar mengejar target minimal 3 (tiga) tulisan dalam sebulan, entah itu puisi atau catatan nggak penting yang penting menulis. Hehee .. sangat sederhana sekali, tapi terkadang begitu susah merealisasikannya.

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan merdeka dan menjalani hidupnya secara merdeka yang bertanggung jawab (sebagai sebuah pilihan hidup). Koloni yang diciptakan Tuhan dengan asasi yang telah digariskan boleh melakukan apa saja dan ia akan bertanggung jawab sendiri pula. Saya pun (sekali lagi sampai saat ini) masih bebas, merdeka dalam berpikir dan berbuat apa saja tanpa ada tekanan serta intimidasi dari pihak manapun diluar saya. Tapi ternyata kadang-kadang manusia butuh ‘pemaksaan’, dimana ‘pemaksaan’ yang saya maksud itu adalah dari dirinya sendiri agar ia bisa produktif dalam menghasilkan sesuatu yang telah diikrarkannya sendiri. Kesadaran pribadi kemudian menjadi hal yang harus dipegang teguh, agar manusia bisa jujur dan setia terhadap komitmen yang telah dibuat kepada dirinya sendiri. Yah .. begitulah, let’s go .. mari kita belajar untuk produktif dalam apa saja (dan paling tidak) untuk diri kita sendiri ..




Jatinangor, 18 Mei 2010 : Pkl. 05.14 subuh







-------ooOoo-------