CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Minggu, 31 Agustus 2008

Sempat Resah Gelisah ..

Halaman ini didedikasikan kepada

“ KOSONG “

Tribute to: Bulan Agustus yang sempat ‘mendung’






































Mohon maaf ... Tidak ada maksud untuk mem-plagiat judul lagu “Kosong” dari salah satu albumnya Dewa. Saya sebenarnya ingin sekali menulis tentang banyak hal yang lahir dari derai-derai angin, guguran daun atau malam yang senyap. Tapi sungguh … Semua seperti tidak bisa terurai. Entah ..

Untuk kesekian malam susah tidur. Seorang kawan pernah mengatakan bahwa kesendirian akan memberikan inspirasi untuk sebuah karya. Mungkin kawan itu benar. Walau saya merasa karya saya dalam kesendirian itu saat ini adalah “ KOSONG “ saja. Kenapa harus kosong? Saya susah menjelaskan. Yang pasti kata itu membekap ketika saya merasa ada yang tiba-tiba saja pergi dan begitu saja meninggalkan. Dalam kesendirian kemudian saya mulai ragu dengan apa yang disebut janji .. Sang waktu mulai membuktikan iramanya. Yah begitulah, memang bukan akhir dari segalanya sebab kita harus percaya pada sebuah kesempatan. Terima kasih kepada bintang-bintang. Paling tidak ia masih memberikan saya cahaya. Untuk malam yang begitu pengap dan sunyi .. ah mata sudah begitu perih dan malam ini saya ingin sekali tidur. Nyenyak dan tanpa mimpi apapun. Untuk malam ini saya tidak berani dulu bermimpi. Namun saya percaya, setiap habis ‘mendung dan hujan’ maka suasana selalu jadi tambah cerah dan segar. Hari ini atau mungkin esok dan Tuhan pasti sangat mengerti .. Amin ..


Jatinangor, 26 Agustus 2008

Pukul: 03.32 menjelang subuh

Thanks to 27 Agustus 2008 sekitar pukul 2 siang. Saya merasa segar kembali. Mari kita bersama belajar untuk kembali mengalir dengan senyum, bukankah sunrise itu selalu indah..? Bukankah mimpi kita semalam akan membuat kita menjadi bersemangat..? Karena kita manusia yang hidup dan punya esok hari yang cerah.. Yaph :)




---------------000000--------------

Kamis, 14 Agustus 2008

EPILOG KEMARAU (Mari Kita Bicara Dengan Hati .. )


LUBANG JARUM


You know about lubang jarum? Saya dari kecil (waktu masih SD) sudah sangat hafal itu. Tidaklah aneh, sebab Ibu saya dirumah membuka usaha menjahit. Anda jangan berpikir tentang sebuah perusahaan konveksi yang hebat, tidak sama sekali.. Usaha Ibu saya adalah menjahit kecil-kecilan saja. Semisal kebaya atau pakaian wanita lainnya. Pelanggannya pun cuma para tetangga dan beberapa kenalan lainnya. Tidak heran sebab ibu saya juga aktif di perkumpulan PKK di desa saya dan kelompok pengajian tingkat desa. Lumayanlah, upah menjahit bisa buat uang saku saya sekolah dulu. Setiap mau lebaran, pesanan jahitan banyak. Saya sering terbangun tengah malam atau menjelang sahur dan melihat Ibu masih sibuk menjahit. Dengan hasil jahitan itu, saya bisa dibelikan baju baru setiap lebaran. Sekarang ini yang mengikuti jejak Ibu adalah seorang kakak perempuan saya. Ia membuka usaha menjahit juga dirumah. Lumayanlah sekedar menambah aktifitas rumah.

Kembali ke lubang jarum. Ibu saya kalau mau menjahit biasanya memakai kacamata dulu agar memudahkan beliau melihat lubang jarum guna memasukkan benang jahit. Memang, kadang-kadang bagi sebagian orang itu harus sedikit sabar. Tapi dari hal itu saya kemudian mengerti dengan sebuah ungkapan klasik (yang saya kenal ketika SMP) “Seperti Keluar Dari Lubang Jarum”. Wow .. Apalagi ini?!

Sebuah peribahasa atau ungkapan mempunyai makna yang luas. Oleh karena itu, saya pribadi sangat kagum kepada para pembuat atau pencetus peribahasa. Mereka pastilah orang-orang hebat sehingga bisa membuat ungkapan yang punya maksud dan nilai filosofi hidup yang dalam. Terus bagaimana dengan lubang jarum?

“Seperti Keluar Dari Lubang Jarum”, punya maksud menggambarkan orang, kita, atau siapapun yang berada dalam kondisi sulit dan akhirnya bisa keluar dari posisi sulit tersebut. Tentulah disitu ada proses yang disebut perjuangan atau usaha. Bukan berarti kita mesti lari dari ‘lubang jarum’, tapi lebih kepada bagaimana menyelesaikan masalah yang dirasa sulit tersebut sehingga semua bisa kembali baik-baik saja.

Begitulah.. sedikit ‘curhat’ saya tentang lubang jarum. Saya sendiri merasa bahwa sebagian besar hidup saya adalah ‘lubang jarum’. Tapi saya senantaiasa mencoba ber-positive thinking (seperti seseorang yang berbaik hati mengingatkan saya), bahwa Tuhan sangat sayang kepada saya. Ia memberikan banyak ‘lubang jarum’ untuk saya lewati agar saya akhirnya benar-benar menjadi manusia yang tangguh mengarungi hidup didunia ini. Amin ..

Walaupun ada juga ‘lubang jarum’ yang memang betul-betul sangat sulit untuk dilewati. Tapi itu kembali kepada kondisi dan situasi yang objektif yang ada. Oleh karena itu lewat kesempatan ini izinkan saya ‘menelurkan’ sebuah peribahasa baru : Lebih Mudah Meminta Maaf Kepada 10 Ekor Macan, Daripada Menunggu Maaf Dari Seorang Manusia ..

Entahlah .. Atau ada yang bisa memperbaiki peribahasa itu? Yang pasti, ‘lubang jarum’ bagi saya adalah ujian hidup. Pahit dan manis itu adalah konsekuensinya. Akhirnya, waktu yang bisa memberikan jawaban siapa yang salah atau benar, siapa yang terbaik, dan siapa yang sebenarnya tulus.

Tidak ada manusia yang sempurna, namun setiap manusia bisa terlihat sempurna.. Insya Allah! Saat ini saya kembali meneguhkan konsep diri bahwa terima kasih dan maaf adalah salah satu cara untuk bisa keluar dari ‘lubang jarum’. Jika takdir mempertemukan saya kembali (dengannya), maka saya akan kembali mengucapkan itu (entah untuk kesalahan apa yang membingungkan..). Sebab saya hanya ingin menjadi manusia yang baik. Saat yang tepat atau tepat waktu, hati nurani juga ikut menentukan. Wallahua’lam bish shawab..

----0000-----


“.. namun haruslah diingat, hati manakah yang selamanya kan sabar ..” (taken from song title). Wah.. susah juga ya jadi orang baik dan apa ada yang bisa membantu saya? Sungguh.. Saat ini tiba-tiba saya jadi ingat Ibu yang sekarang berada jauh di rumah ..


Jatinangor, 14 Agustus 2008


=============================================================



TITIK NOL dan EVALUASI DIRI


Segala sesuatu yang dijalani oleh manusia senantiasa dimulai dari titik NOL .. dan biasanya selalu kembali ke titik NOL juga (apapun sebabnya).

Jadi, jangan pernah protes .. Bukankah hakikat kebahagiaan manusia adalah dengan menjadikan segala yang hadir dalam hidup ini sebagai anugerah yang terindah? Jangan pamrih .. Belajarlah untuk ikhlas dan temukan hikmah dari pengalaman itu, jika ada nilai yang bisa kau ambil ..

Ucapkan maaf dan sampaikan rasa terimakasihmu, dengan nurani tulus seperti kemarau pada hujan dan gelap pada lilin ..

Mari lanjutkan perjalanan untuk terbang jauh mengikuti arus air dan angin berlari .. kosong .. dan sunyi .. Manusia lahir pun dari rahim yang sepi ..



Jatinangor, 15 Agustus 2008
Ketika aku berjuang menjadi orang yang menurutnya baik (entahlah) ..


------------000000000000000000000-------------------

Sabtu, 09 Agustus 2008

Cerita Dari Atas Bukit


Buat Neng saja ..
=================


Setelah gerimis terpotong sore yang syahdu. Pagi tadi aku melihat kabut. Lalu malam ini lagi aku berharap ada embun yang menetes lembut. Yang akhirnya akan jatuh mengalir direrumputan dan kemudian menjelma segala rindu yang hangat ..

(Jatinangor, 7 Agustus 2008)

----oooo-----


Dialog Senja

Ketika laut kembali tenang. Lalu Camar yang terbang diatas riak-riak senja itu pun menepi ke bibir pantai. Hinggap ia di Karang yang pasrah saat cakrawala melepas tirai jingga. Langit di garis pandangan pun menyisakan biru yang membisu.

Mari kita ngobrol..”, sambil tersenyum Camar membuka kata.
Obrolan apa..?”, Karang tersipu merah jambu. Tatapannya teduh dan tenang bersahaja walau seisi samudera pun tahu ia sekali-sekali bersenandung lirih tentang kesepian yang terkadang terasa begitu mendera.

Camar menatap tajam dengan rasa terdalam. “Siapakah kita..? Mengapa kita hanya bisa bertemu tiap pagi dan sore saja..? Ah.. aku lelah terbang terus..

Takdir kamu adalah terbang dan aku yang menunggu pantai ini. Walau terkadang gelisah sepanjang waktu. Takdir kita juga untuk bertemu dan bicara di senja yang wangi ini..”. Karang berkata manja.

Camar menghela nafas panjang. “Jika begitu, boleh aku istirahat dekat kamu..?”, sedikit mengeluh Camar merajuk.

Karang (lagi-lagi) tersenyum, “Yah.. tentu saja boleh. Kamu lelah dan aku juga letih. Mari kita istirahat, tidur berdekatan. Mudah-mudahan malam ini bintang-bintang dapat memberikan kita kehangatan dalam mimpi yang sama. Jika bintang-bintang itu tak muncul malam ini, jangan sedih. Mari kita ciptakan bintang-bintang itu di hati kita. Bersama-sama..”. Terdiam beberapa saat.

Pagi pun kemudian menanti. Dengan cerita lanjut yang mudah-mudahan tidak begitu susah untuk dimengerti.

(Jatinangor, 4 Agustus 2008)

----oooo-----


“ PADA SUATU KETIKA “ .. adalah judul sebuah lagu yang kebetulan saja aku ingat lagi. Waktu itu secara nggak sengaja aku membuka dokumen-dokumen lama. Nggak ngerti juga maksudnya. Lagu yang aneh, mungkin.. Di luar aku mendengar suara daun-daun berguguran. Tersapu angin di ujung musim.

(Jatinangor, Juli 2008)

----oooo-----


Daerah berbukit itu (??? :) ??) setiap malam bagai perawan yang tertidur. Begitu pulas dan lugu. Lalu ketika embun pertama jatuh diujung daun, kutitip setangkai harapan pada bintang-bintang yang menari.

Tolong taruhlah didekat jendela kamarnya saja. Selepas subuh ia akan mengambilnya. Dengan tangannya yang wangi aku senantiasa berharap ia akan menyimpannya di relung hati..

(Jatinangor, 8 Agustus 2008)

----oooo-----