CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Kamis, 31 Desember 2009

SEDIKIT INSOMNIA : Catatan Sekedar Di Akhir Tahun

" Pelangi Senja "
ilustrasi oleh: dapet download dari internet saja



HARAPAN KALA INSOMNIA


- Hal itu mengarah kepada apa yang sering diucapkan oleh orang-orang saat tahun baru tiba. Mengucapkan banyak harapan, padahal itu adalah pengulangan dari harapan-harapan tahun sebelumnya dan setiap tahun selalu diucapkan ulang .. -

SAYA mengetik tulisan ini saat saya tidak bisa tidur. Bahasa ilmiahnya adalah insomnia, begitu orang-orang menyebutnya. Sebenarnya saya sedang malas menulis, tapi karena tidak ada yang dikerjakan ya saya menulis. Daripada bengong, tidurpun tak bisa. Ya sudahlah ..

Ketika ketikan pertama jari-jari saya mengalir dengan setengah hati, saya mengingat sesuatu. Bukan sesuatu, banyak hal yang saya ingat. Semuanya bagi saya adalah hal yang saya inginkan. Bisa diduga bahwa saat mengatakan, “ .. yang saya inginkan .. “, maka itu berarti saya sedang memikirkan harapan-harapan. Kenapa disebut harapan? Sebab belum tercapai atau belum dapat diraih sampai saat ini. Dengan berbagai sebab dan alasan tentunya, sebagai manusia maka kambing hitamnya tentu, “ .. belum ditakdirkan .. hehee .. “.

Semua manusia tentu punya harapan dalam hidupnya, itulah kenapa manusia diperintahkan oleh-Nya untuk berusaha dan berdoa. Bukan sesuatu yang kebetulan jika pagi ini adalah 2 (dua) hari sebelum pergantian tahun, dari tahun 2009 ke 2010. Mungkin nuansa tahun baru telah mempengaruhi segala sendi kehidupan, hingga reflek ide dan gerakan anggota tubuh pun mesti berkaitan dengan tahun baru. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak disengaja. Contohnya adalah ide dari tulisan ini, tanpa sadar menulis tentang harapan atau cita-cita. Hal itu mengarah kepada apa yang sering diucapkan oleh orang-orang saat tahun baru tiba. Mengucapkan banyak harapan, padahal itu adalah pengulangan dari harapan-harapan tahun sebelumnya dan setiap tahun selalu diucapkan ulang. Begitulah, manusia selalu terjebak pada momentum dan simbol untuk menggenapkan selebrasi atau seremonial. Padahal harapan itu bisa diucapkan setiap waktu, tidak perlu menunggu tahun baru tiba. Tapi begitulah ..

Saya saat ini malas menulis, itu sudah saya kemukakan diatas. Malas menulis maksudnya adalah menulis sesuatu yang serius dan memerlukan pemikiran panjang. Feature ini salah satunya. Jadi daripada melakukan sesuatu dengan terpaksa, mendingan saya menulis puisi saja.


INILAH WAKTU

Inilah waktu, duhai sayangku ..
Dimana kisahnya telah ditulis pada waktu yang begitu lampau
Inilah waktu, duhai kekasihku ..
Yang membuat manusia terjebak pada ribuan asumsi
Inilah waktu, duhai cintaku ..
Lalu kita mencari-cari wujud mimpi (yang terkadang tak pasti)
Inilah waktu, duhai bunga hatiku ..
Hingga doa-doa pun dibubungkan lewat puja-puji yang menari-nari

Inilah waktu untuk kau tahu dan mesti kita selami
Bahwa tidak ada alasan berhenti bagi manusia pemberani
Aku pun tak pernah sama sekali mengatakan “hanya sampai disini .. “
Inilah waktu dimana kugenggam tanganmu dibibir matahari
Dan disini .. diharapan ini ..
*Kupertaruhkan harga diri dan kehormatakanku sebagai laki-laki,




Bandung, 30 Desember 2009
Di kamarnya Okan, kawan saya yang nge-kost di Jalan BKR




*Dari kata-kata seorang kawan ..




-------ooOoo-------

Senin, 14 Desember 2009

PUISI : Tentang Dyah Pitaloka dan 'Dyah Pitaloka'

" Ilustrasi Saja "
ilustrasi oleh: sendiri aja pake adobephotosop CS2



PELANGI DARI SELATAN


Kepada: ‘Dyah Pitaloka’

Kata-kata ini adalah untaian gerimis yang memahat ujung kemarau
Aku telah larut jauh sebelum ujung jari menyentuh rambutmu
Kau adalah ikhtiar hujan dan matahari untuk menghadirkan pelangi
Nama yang kau tertawakan saat kuminta kau mengikatnya diujung harapan
Iya..iya, ada baiknya juga kita mengenang kembali sejarah tanah yang kita pijak
Alangkah jauh pengembaraan ingatan dan aku ingin mengajakmu berkelana

Mesin waktu akan kita ciptakan dari butir-butir air awan yang bernama hujan
Sungguh .. Jika kita biarkan rasa ini menghamba pada kejujuran
Maka aku mendamba hidup yang berakar pada bumi dan berkaca pada langit
Sebuah bentangan angkasa seperti hamparan kitab yang menyentuh lapisan ozon
Agar kau mengerti bahwa mimpi yang kusanjung
Telah ada jauh sebelum malaikat atas izin-Nya memberi kita jiwa

Senja luruh dan jingga terjebak dalam dekapan kelam
Mari kita berandai-andai akan seperti apa mentari esok pagi
Hhmmm.. Seperti kelopak bunga..”, kau tertawa renyah
Bisa..!! Subuh nanti aku akan menunggu ia terbit untukmu..”, aku begitu riang
Dan kau selalu saja mulai tidak percaya dengan simbol kata-kata
Aku tidak kecewa sebab waktu adalah pembuktian akan jawaban

Langit pekat bertabur bintang yang memasung rindu
Sejenaklah kita mengira-ngira hakikat hujan dan gerimis
Basah.. Dingin.. Segar.. hhmmm..”, kau sibuk menerka-nerka
Pelangi..!! Tolong ambilkan ia untukku..”, tersenyum aku meminta
Kembali kau tertawa dan mimpiku semakin liar menjadi setitik harapan
Gravitasi kekal yang akan membuatku selalu ingin kembali

Baiklah.. Mari kita terdiam sejenak sebab mesin waktu telah kembali
Sini tanganmu ini tanganku mari kita buka apa yang ia bawa
Oh.. Sebuah pesan dari masa lalu;
(1)……………………………
.. Tak salah lagi, ia memang lelaki yang sangat tampan. Sekilas
pikirannya mengembara, membayangkan setampan itulah Arjuna
yang tengah bersanding dengan tujuh bidadari Swargaloka
..

……………………………
Oh, kekasihku, apa yang terjadi? Bangunlah, kekasih, ini aku …
Mari kita bersanding. Bukankah kita sama-sama sudah siap?”
……………………………
Baru kali ini Sang Prabu melihat sesungging senyuman yang sangat
indah. Jauh lebih indah daripada sekadar lukisan karya Ki Juru Lukis.
Bahkan lebih indah daripada Pardnyaparamitha permaisuri Singasari ..
……………………………
Takdir telah bicara dan cerita itu mengikuti alurnya
(2)Rajasanagara dan Eulis Citraresmi pun menutup kisahnya sendiri

Ah, aku tiba-tiba terjebak pada doa-doa malam yang begitu nadir
Harapanku masih hidup bergejolak dan aku punya jutaan semangat
Pesan adalah kenyataan dan saat ini aku ingin kita merubah episode akhirnya
Sebab perjalanan ini adalah milik kita sendiri untuk legenda di masa depan
Dan izinkanlah aku untuk tetap memanggilmu ‘Dyah Pitaloka’ saja
Lalu biarkan takdir juga menjadi garis jalan kita yang tak terbantahkan

……………………………
(3)Oh, apakah kekasihku sudah menangkap isyarat dari Smaradhahana?
Pertanyaan itu kini tergantung pada lingkar pelangi di selatan
(dan aku tidak mau terjebak dalam fragmen (4)Wirayuda),




Bandung, 13 Desember 2009




Keterangan:

(1) Dari halaman 313-314 diakhir buku Dyah Pitaloka karya Hermawan Aksan, penggambaran suasana dan dialog yang terjadi saat Hayam Wuruk memeluk Dyah Pitaloka yang meregang nyawa dengan patremnya sendiri ketika perang Bubat berakhir ..
(2) Nama panggilan Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka
(3) Dikutip dari halaman 244 pada buku yang sama

(4) Tokoh ketiga dalam episode cinta Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka




-------ooOoo-------

Kamis, 03 Desember 2009

SEBUAH KABAR DARI SELATAN : Catatan Dua Hari Di Selatan Jawa Barat

" Peta Penunjuk Jalan "
ilustrasi oleh: sendiri aja dengan bantuan adobephotosop CS2




*HIDUP ADALAH PERBUATAN
(selatan Jawa Barat: sebuah ekspedisi panjang menembus batas)



- Membelah dingin ketika matahari pagi masih sangat malu-malu untuk bersinar. Cuaca pun sangat bersahabat dan kami melaju dengan penuh semangat. Keluar dari kota Garut kami melaju diatas jalan penghubung antara kota Garut dan kota Tasik ..-


Mukadimah ..

INGIN menikmati suasana khas Jawa Barat? Jika anda memulai perjalanan dari Bandung, maka salah satunya adalah ikutilah jalur ini; Bandung – Nagreg – Garut – Cilawu – Salawu – Singaparna – Tasikmalaya – Ciamis – Banjar – Banjarsari – Cimaragas. Kalau anda memutuskan untuk mengakhiri petualangan di Cimaragas, maka kembali ke Bandung lewat rute Cimaragas – Banjar – Ciamis – Tasikmalaya – Rajapolah – Ciawi – Manonjaya – Malangbong - Limbangan – Nagreg dan meluncurlah pulang ke Bandung.

Saya akhirnya menulis rute dengan melewati tempat-tempat itu karena saya pernah berkesempatan untuk melakukan semacam long trip di daerah Jawa Barat bagian selatan melalui daerah-daerah yang telah saya sebutkan diatas. Jadi ini mah informasi data fakta (subjektif saya tentunya), bukan merupakan cerita-cerita semu dan hampa. Upsss .. hehee .. Mari kita menjelajah dalam sebuah tuturan ..

Sekuel hari pertama, 30 November 2009 ..

Ciri khas daerah Jawa Barat adalah daerah pegunungan. Hampir 10 (sepuluh) tahun sudah saya berdiam di bumi Dyah Pitaloka ini dengan 3 (tiga) tempat yang sudah saya anggap ‘kampung sendiri’, yaitu Bogor, Bandung, dan (kota) Jatinangor (sekarang saya ingin menggenapkannya menjadi empat, insya Allah.. doakan saja, amin..). Pengalaman bolak balik Bandung – Bogor sebenarnya telah mewakili persepsi saya akan kondisi Jawa Barat sebenarnya. Pegunungan dan persawahan dengan iklim yang relatif tidak terlalu panas. Di beberapa daerah sampai Indonesia bagian tengah sebenarnya iklim seperti itu bukan sesuatu yang ‘aneh’. Ada banyak daerah dengan suasana dan iklim seperti itu, tapi sepertinya kita harus mengakui bahwa pencitraan Jawa Barat sebagai provinsi ‘perbukitan hijau dan air mengalir’ memang satu-satunya di Indonesia. Bali atau Lombok misalnya, dengan alam yang cenderung sama pada beberapa tempatnya tapi lebih memilih pantai sebagai ikonnya. Ya nggak apa-apa, sesama Indonesia harus berbagi. Itulah kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan, sepakat..?! Disamping itu, Jawa Barat memiliki bentangan kebun teh yang luas dan banyak. Ini juga semakin mengukuhkan image persepsinya itu.

Pagi yang dingin dan masih cukup menggelutuk saat saya menunggu jemputan di Jatinangor. Tujuan perjalanan kali ini sebenarnya lebih dalam rangka tugas. Adalah koran terbesar di Jawa Barat yang akan melakukan pendataan lanjutan terhadap bangunan sekolah dan tempat ibadah yang rusak akibat gempa beberapa waktu lalu. Hasil pendataan ini rencananya nanti akan diaplikasikan kemudian dalam bentuk sumbangan sosial. Dimana dana sumbangan ini merupakan titipan dari para pembaca Pikiran Rakyat melalui “Dompet Amal Untuk Korban Gempa”, sungguh sangat mulia sekali. Saya yang kebetulan sering di freelancer-kan kemudian mendapat kepercayaan untuk ikut bersama dengan tim dari PR alias Pikiran Rakyat (hatur nuhun pak Haji..). Tugas saya sederhana sekali dan sama seperti tugas-tugas pada banyak kegiatan PR sebelumnya; dokumentasi photo (dalam hal ini gambar kondisi bangunan) dan sesekali notulensi saat audiensi dengan pihak sekolah atau pengurus masjid yang dikunjungi. Berhubung kepala Humas Pikiran Rakyat yang menjadi leader team adalah bekas orang redaksi maka beliau langsung saja mencatatnya sendiri, jadi tugas yang saya sebut terakhir malah tidak pernah jadinya saya lakukan. Sepertinya beliau lupa atau mungkin beliau lebih nyaman dengan gaya dan cara seperti itu, maklumlah wartawan .. hehe ..

Dari Bandung tim kami ini hanya berjumah 3 (tiga) orang yaitu bapak haji Humas, bapak haji Markom dan saya sendiri. Menjadi 4 (empat) karena ditambah kemudian dengan seorang wartawan di Tasik sebagai guide. Awal perjalanan kami di hari pertama itu melalui kota dodol; Garut. Membelah dingin ketika matahari pagi masih sangat malu-malu untuk bersinar. Cuaca pun sangat bersahabat dan kami melaju dengan penuh semangat. Keluar dari kota Garut kami melaju diatas jalan penghubung antara kota Garut dan kota Tasik. Sebuah jalan yang tidak terlalu lebar dan berkelok-kelok menyajikan pemandangan berbukit, rerimbunan pepohonan yang cukup, sungai dan hamparan persawahan yang sedang mulai di garap. Disini mohon untuk tidak terlalu mengebut, dengan kecepatan rata-rata saja. Agar aman dan anda juga bisa menikmati pemandangannya.

Cilawu adalah nama daerah yang kami lalui. Namun tujuan kami adalah sebuah SD di daerah Salawu; SDN 3 Salawu. Kondisi yang kami jumpai adalah para siswa belajar di 3 (tiga) buah tenda bantuan Departemen Sosial dan lembaga internasional UNICEF, sisanya belajar di masjid desa. Ada 1 (satu) kelas masih tersisa dan bisa digunakan. Kelas yang lain? AMBRUK bin JEBOL! Verifikasi di mulai dan saya pun jeprat jepret dari berbagai sudut dan posisi dengan kamera yang masih cukup baru. Setelah dirasa cukup, maka perjalanan kami lanjutkan kembali menuju kota Tasikmalaya melalui Singaparna. Namun sebelumnya kami berhenti dulu di sebuah masjid yang juga mejadi ‘korban’ gempa. Proses yang dilakukan lebih kurang sama. Habis itu, wuuussss .. meluncur kembali ..

Kota Tasik tidak kami singgahi sebab tujuan verifikasi data selanjutnya adalah daerah Ciamis, jadi disini kami cuma menumpang lewat saja. Tapi saat pulang nanti kami sempat berhenti di kota yang resik ini untuk membeli oleh-oleh. Perjalanan ke kota Ciamis sampai sudah. Istirahat sholat dan makan siang di kantor perwakilan PR, setelah itu mengunjungi SDN 2 Ciamis dan SDN 5 Ciamis. Kedua SD ini menyatu di satu lokasi, bertetangga habislah. Photo-photo segera dilakukan dan bapak Humas melakukan interview dengan kedua kepala sekolah SD tersebut. Sehabis itu kami menuju Desa Baregbeg untuk melihat sebuah masjid. Sore sudah cukup jatuh saat verifikasi di masjid Baregbeg ini selesai. Tinggal daerah Banjar dan itu akan kami lakukan keesokan harinya. Malam itu kami menginap di salah satu hotel (entah berbintang atau tidak, saya kurang tahu) di kota Ciamis. Cukup nyaman walau sempat mati lampu sampai 4 (empat) kali. Tapi menurut saya tidak cukup mengganggu meskipun sebelumnya sempat kaget. Tumben menginap di hotel yang listriknya bisa mati .. hehe .. aneh heueu ..

Sekuel hari kedua, 01 Desember 2009 ..

Begitu nyenyak kami terlelap hingga tidak terasa kami malah terbangun pukul sekitar 05.00 pagi. Sebenarnya saya sendiri ingin bangun pada subuh buta biar bisa menikmati sunrise di tanah Galuh ini, namun apa daya tidur terlalu nyaman.. maklumlah hehe .. Sholat, mandi, dan sarapan kemudian kami berkemas check out. Bersiap-siap meluncur ke Banjar, di lobi hotel telah menunggu seorang wartawan yang akan menemani perjalanan hari kedua ini.

Melintasi jalan raya antara kota Ciamis dan kota Banjar treknya sedikit berkelok-kelok dengan lebar jalan sedang-sedang saja. Lalu lintas ramai, maklumlah ini adalah rute utama menuju Jawa Tengah lewat selatan dan ke kawasan wisata pantai Pangandaran. Namun pemandangan kiri dan kanan jalan tetaplah menarik untuk dinikmati. Tujuan kami adalah kecamatan Purwodadi, sebuah daerah pebatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut akang wartawan, daerah ini penduduknya banyak suku Jawa juga. Dari namanya juga sangat Jawa sekali; Purwodadi. Suasana Jawa Barat sudah mulai hilang disini, udaranya agak panas dan kita seperti masuk ke perkampungan Jawa. Namun yang tetap adalah kearifan lokal penduduknya, begitu ramah dan bersahabat memberikan kepada kami senyum bersahaja di sepanjang jalan.

Sehabis gempa kondisi masjid di daerah tapal batas ini cukup mengkhawatirkan. Masjid ini merupakan (sepertinya) satu-satunya di kampung ini. Bersebelahan dengan sebuah madrasah yang bangunannya sudah usang, khas madrasah di kampung pelosok. Tidak banyak menunggu saya membidikkan ‘senjata’ untuk mengambil dokumentasi yang diperlukan. Sikat kiri kanan depan belakang dan didalam. Wawancara usai dan kami berpamitan. Perjalanan dilanjutkan melewati jalan-jalan desa yang kecil dan sedikit berlubang. Banyak yang saya lupa rute yang kami lalui sebab keluar masuk kampung dan jalan yang panjang berkelok membuat saya bingung. Tapi akhirnya kami keluar di Banjarsari dan diteruskan ke Cimaragas untuk istirahat di sebuah balong ikan milik akang wartawan. Disini suasana Jawa Barat kembali muncul, namun suasana panas masih ada. Tidak apa-apa karena semuanya bisa dilupakan oleh (sekali lagi) pemandangan yag aduhai. Tuhan memang Maha Besar menciptakan alam raya ini.

Ekspedisi ini berakhir di Cimaragas, sholat dzuhur dan makan siang kami lakukan disini. Setelah itu kami beranjak kembali ke Ciamis melewati daerah (saya lupa namanya) yang merupakan salah satu sentra penghasil rambutan di Jabar selatan. Daerah ini dibelah oleh sungai Citanduy yang perkasa. Menghadirkan suasana yang sungguh luar biasa. Sepertinya sayang kami harus terlalu cepat untuk pergi begitu saja, namun apalah daya waktu tidak mengizinkan. Akhirnya kami bertemu kembali dengan jalan raya dan kami meluncur menuju Banjar terus ke Ciamis. Dikantor perwakilan PR Ciamis kami berkemas sejenak untuk selanjutnya bersiap-siap pulang ke Bandung.

Di Tasikmalaya kami sempat berhenti untuk membeli oleh-oleh khas bumi resik ini; Renginang. Saat sore telah menyisakan hangat kuku, kami telah berada di jalan raya menuju Bandung. Perjalanan pulang kami lewat Rajapolah. Disinilah kami bertemu dengan pelangi yang begitu luar biasa. Saat itu gerimis baru mulai berderai menyentuh bumi. Sayang untuk melewatkan momen itu, kami pun mengabadikannya lewat beberapa jepretan. Daerah yang kami lalui dalam perjalanan pulang setelah Rajapolah adalah Ciawi, Manonjaya, dan Limbangan. Maghrib telah meluruh saat daerah Nagreg kami masuki. Setelah tanjakan Nagreg yang terkenal itu, disebuah pom bensin kami pun sholat mahrib.

Akhirnya ..

Mungkin corat coret ini tidak bisa menggambarkan dengan begitu utuh apa yang saya lihat dan saya rasakan. Keterbatasan saya dalam kemampuan mengolah kata mungkin adalah salah satu penyebabnya. Jadi saya menyarankan, jika berminat anda bisa melakukan perjalanan sendiri dengan rute tersebut diatas. Disini begitu banyak hal yang saya pribadi dapatkan dan rasakan di sepanjang aktifitas selama 2 (dua) hari itu. Sebuah pengalaman mahal dan luar biasa yang kami peroleh dan khususnya buat diri saya sendiri. Sebuah perjalanan menembus batas .. Sebuah ekspedisi membawa cahaya lentera yang menyentuh sisi-sisi terdalam seorang manusia yang mempunyai banyak keterbatasan. Tentang pendewasaan dan kekuatan diri .. Tentang kebersamaan dan profesionalitas. Akan pelajaran dan pengajaran diri, hingga akhirnya pelangi di Rajapolah itu (mungkin) adalah sebuah isyarat akan hadirnya banyak pelangi di semua tempat dan (tentu saja) di hati kami. Semoga ..



Bandung, 03 Desember 2009




Terima kasih kepada: Allah SWT Sang Pemilik Segala Kekuatan dan Takdir, Pikiran Rakyat untuk kesempatan dan kepercayaannya, ‘pelangi dan gerimis’ di Rancabango - Tarogong, akang pulsa di sebelah perwakilan kantor PR Ciamis beserta ibu warungnya, dan semua yang telah membuat perjalanan ini kemudian menjadi sungguh berarti .. Hatur nuhun pisan ..



*meminjam tagline Sutrisno Bachir dalam iklan kampanye citra dirinya




-------ooOoo-------

Senin, 09 November 2009

TIPS UNTUK JALAN-JALAN : Catatan Ketika Tidak Ada Inspirasi

" Ingin Terlihat Lucu "
ilustrasi oleh: sendiri aja dan di edit pake adobephotosop CS2



WALKING – WALKING
(ini artinya jalan-jalan..)


- Terkadang saya sedikit bingung (walau bahasa Inggris saya buruk), bukankah traveling dan tracking itu artinya jalan-jalan juga? Atau mungkin sebenarnya jalan-jalan itu berarti walking-walking? Ah .. saya bingung dan mumet, hingga akhirnya saya mengambil keputusan untuk bersikap masa bodoh untuk hal-hal itu. Saya mah tetap, jalan-jalan saja .. -

ONANI saya kali ini tanpa napsu sedikitpun. Saya hanya memaksakan diri karena seorang kawan di daerah Jawa Tengah sana selalu bertanya, “Mana tulisannya toh? Blog-nya kok ndak pernah di-update toh ..” (kenapa ya kawan saya itu selalu mengakhiri setiap kalimatnya dengan kata TOH, entahlah ..). Saya merasa risih juga ditanya terus hingga akhirnya saya memaksakan diri ber-onani dengan tanpa rasa. Yah .. mungkin saja ada yang bisa dimuncratkan. Jadi ketika anda membaca tulisan ini rasanya seperti minum kopi tanpa gula, ya maklumlah heuheu .. dan kali ini saya ingin mengajak anda untuk jalan-jalan.

Hampir semua orang sangat menyukai jalan-jalan. Maksud saya adalah mereka menyenangi sesuatu yang bersifat keluar dari rumah dan pergi ke suatu tempat dengan sebuah tujuan. Saya sering membaca Curriculum Vitae aka. Data Pribadi seseorang. Di koran, majalah, bungkus kacang rebus maupun pamplet eksis dipinggir-pinggir gang. Hampir semua mengatakan bahwa mereka hobi melaksanakan aktifitas luar rumah. Seperti contoh:

Nama : Bunga (bukan nama sebenarnya)
Hobi : Shooping, Berenang, Traveling, dengar Lagu, Nonton Film


Nama : Mawar (juga bukan nama sebenarnya)

Hobi : Shooping, Menyanyi, Berenang, Traveling, Nongkrongin Salon


Nama : Arjuna (nama disamarkan)

Hobi : Mancing, Tracking, Nonton Bola, Reading www.17tahun.com


Itulah sekedar beberapa contoh yang penah saya lihat. Sebenarnya ada juga yang suka menambahkan “jalan-jalan” dideretan hobinya itu. Terkadang saya sedikit bingung (walau bahasa Inggris saya buruk), bukankah traveling dan tracking itu artinya jalan-jalan juga? Atau mungkin sebenarnya jalan-jalan itu berarti walking-walking? Ah .. saya bingung dan mumet, hingga akhirnya saya mengambil keputusan untuk bersikap masa bodoh untuk hal-hal itu. Saya mah tetap, jalan-jalan saja ..

Corat coret saya kali ini akan mengajak anda untuk bisa mengingat apa saja yang harus anda lakukan dan persiapkan jika anda ingin walking-walking, uuppsss.. maksud saya jalan-jalan. Beberapa diantaranya adalah:
  1. Berniatlah bahwa anda ingin jalan-jalan. Jangan sampai niat anda ingin beres-beres rumah tapi anda malah ngeloyor kemana-kemana.
  2. Pastikan bahwa anda sehat jasmani dan rohani untuk melakukan jalan-jalan. Bila perlu cek dulu kondisi anda di dokter dan psikiater.
  3. Cari dan bawalah bekal (disarankan berupa uang yang sah sebagai alat pembayaran yang resmi) agar anda tidak merepotkan orang lain nanti diperjalanan maupun di tempat tujuan anda. Apalagi sampai melakukan barter indomie rebus dengan celana anda, ini jelas dilarang kecuali darurat sipil alias kepepet banget. Kenapa? Sebab sekarang bukan zaman prasejarah gitchu loch, pakai acara barter-barteran segala .. Contoh lainnya adalah saat anda nanti lapar maka belilah makanan, jangan minta-minta sama tukang warung. Tidak disarankan pula untuk anda sampai menjual barang-barang pribadi (apalagi milik orang lain) hanya sebagai bekal untuk anda jalan-jalan saja.
  4. Berceritalah kepada keluarga, tetangga atau teman anda bahwa anda akan jalan-jalan (tidak perlu semua, cukup beberapa orang saja.. kecuali anda akan pergi jalan-jalan ke Mekah untuk naik haji). Ini penting, agar anda tidak disangka hilang atau kabur aka. melarikan diri dari rumah tanpa alasan.
  5. Bila anda berencana jalan-jalan lebih dari 1 (satu) hari, maka selain KTP atau SIM bawalah juga surat pengantar dari RT / RW / Lurah / Kepala Desa / Ketua DKM / Ketua Karang Taruna dan Kepolisian. Ini untuk menjaga-jaga agar anda tidak disangka teroris atau imigran gelap.
  6. Jika anda merasa tidak aman, janganlah membawa senjata api atau senjata tajam. Tapi siapkan mantera-mantera atau ajian yang bisa melindungi anda dari kejahatan (hati-hati jadi musyrik, brow..).
  7. Berdoa kepada Allah SWT aka. Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa agar senantiasa di beri kekuatan, perlindungan dan keselamatan selama anda melakukan aktifitas jalan-jalan.
  8. Bawa peralatan mandi dan selimut.
  9. Bawa baju ganti biar anda tidak bau sehingga membuat orang lain jadi sebal.
  10. Bawa celana dalam sebanyak yang anda punya, jika kurang belilah ..
  11. Tentukan tujuan. Jangan sampai anda jalan-jalan tanpa tujuan jelas. Ini akan membuat anda disangka gelandangan dan bisa merepotkan Satpol PP setempat.
  12. Kenali dan (bila perlu) pelajari budaya tujuan (setempat) agar anda bisa terlihat menghargai dan menghormati. Ingatlah Indonesia itu kaya dengan ragam budaya dan bahasa. Jangan berpikir bahwa semua daerah di Indonesia itu budaya dan bahasanya akan sama seperti di daerah anda. Jangan juga untuk sok jadi turis bule aka. orang asing dengan baju dibuka dan kemana-mana pakai cawat / BH saja, sebab (saya cenderung yakin) anda malah akan disangka orang gila.
  13. Bawa alat komunikasi semisal Handphone, pager, burung merpati pos, handytalkie, atau alamat rumah anda. Jika ada apa-apa anda bisa berkabar secepatnya.
  14. Senantiasa bersikap sopan santun, ramah, dan tidak celingak celinguk yang mencurigakan serta mata tidak jelalatan.
  15. Jangan lupa ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan anda.
  16. Saat dalam perjalanan atau setelah sampai di tujuan, sekali-sekali kirimlah SMS kepada teman, pacar, atau kecengan anda. Ini cukup penting, agar orang-orang menjadi kagum dengan anda (karena bisa jalan-jalan) sekaligus juga anda akan terlihat hebat.
  17. Jika memungkinkan, bawalah alat dokumentasi semacam HP berkamera atau kamera beneran. Terkadang orang butuh bukti otentik bahwa anda pernah jalan-jalan ketempat itu, jangan cuma cerita yang hiperbola saja sebab anda akan berpeluang untuk menambah-nambahkan sendiri cerita dan pengalaman anda itu sehingga terdengar hebat atau fantastis padahal tidak sebegitunya. Dosa euy ..
  18. Ingatlah untuk pulang. Akan terdengar aneh, jika tujuan anda hanya jalan-jalan tapi malah menetap lalu menikah dan tinggal sampai tua didaerah tujuan jalan-jalan anda itu.
  19. Dan lain sebagainya, pikirlah sendiri ..
Demikianlah beberapa saran dan tips jika anda ingin jalan-jalan. Ingat, ini hanya untuk jalan-jalan di dalam negeri. Kalau ke luar negeri mah beda lagi. Sip bos




Jatinangor, 03 November 2009






-------oooOOooo-------

Rabu, 04 November 2009

SAAT GAMBAR BICARA : Dokumentasi Malam Lebaran Di Kampung

ONE NIGHT WITH ART


SEBENARNYA saya tidak ingin bercerita tentang lebaran yang baru lalu. Bukan apa-apa, saya bingung hendak menceritakannya seperti apa. Hingga seorang atau dua orang kawan di kostan banyak bertanya tentang beberapa buah photo yang saya bawa kemarin dari kampung. Gambar-gambar dokumentasi kegiatan kami menikmati malam lebaran di kampung; saya dan kawan-kawan. Walaupun tidak berbentuk tulisan, namun mudah-mudahan 6 (enam) buah photo ini bisa sedikit menceritakan suasana dan kegembiraan kami disana waktu itu. Photo-photo ini sebenarnya secara kualitas gambar sangat jelek sekali, maklumlah akibat pengaruh tuak aka. minuman tradisional saya menjadi tidak fokus memotretnya. Tapi berkat ‘bantuan’ adobephotosop CS2, akhirnya gambar-gambar ini bisa juga diperbaiki walau dengan kemampuan ala kadarnya ..


Sekilas mirip Gendang Beleq, tapi sebenarnya ini adalah gendang biasa pada alat musik Kelenang atau Rebana Sasak



Bedug jika sudah dikompilasikan dengan alat musik Cilokaq, maka seperti inilah jadinya



Ngebedug aja santai .. sambil menarik perhatian orang-orang yang lewat



Nah inilah dia, setiap malam lebaran selalu tidak pernah lepas dari ‘ritual’ yang ini. Minuman khas tradisional, Tuaq dengan cemilan ikan nila bakar .. hati-hati brow, kebanyakan minum tentu antum bisa kobam juga hehe ..



Seperti sebuah kelompok musik, maka Cilokaq pun punya 'SEKAHE' .. semacam leader yang menjadi soul of music-nya


Tidak perlu ahli untuk memainkan bedug ini .. Cukup keinginan dan hati yang gembira saja ..




Yah .. begitulah ..





-------oooOooo-------

Selasa, 03 November 2009

SANG BINATANG JALANG : Beberapa Puisi Chairil Anwar

" Sok Bergaya Mirip Chairil Anwar "
ilustrasi oleh: sendiri aja dan di edit pake adobephotosop CS2




Prolog ..

KETIKA sedang tidak bisa tidur, saya membolak-balik beberapa buku yang salah satunya merupakan buku puisinya Chairil Anwar dalam kumpulan “Aku Ini Binatang Jalang”. Buku terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama ini saya beli di Bandung Supermall dulu tanggal 27 Oktober 2004. “Hhmmm.. sudah lebih dari 5 tahun rupanya..”. Berhubung saya sedang tidak ada inspirasi untuk membikin puisi, maka beberapa di antara puisi Bung Chairil Anwar di buku ini saya posting kembali untuk anda. Apa yang tertulis disini (termasuk segala tanda baca, huruf kapital maupun kosakatanya) adalah seperti yang tertulis dibuku tersebut tanpa saya rubah sedikitpun. Selamat menikmati karya dari 60-an tahun yang lalu ini ..


SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat; Sri Ayati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tiada bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

1946


DARI DIA
Buat; K.

Jangan salahkan aku, kau kudekap
bukan karena setia, lalu pergi gemerincing ketawa!
Sebab perempuan susah mengatasi
keterharuan penghidupan yang ‘kan dibawakan
padanya …

Sebut namaku! ‘ku datang kembali ke kamar
Yang kau tandai lampu merah, kaktus di jendela,
Tidak tahu buat berapa lama, tapi pasti di senja samar
Rambutku ikal menyinar, kau senapsu dulu kuhela

Sementara biarkan ‘ku hidup yang sudah
dijalinkan dalam rahsia …

Cirebon, 1946


MALAM DI PEGUNUNGAN


Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

1947


DERAI – DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949






-------oooOooo-------

Rabu, 14 Oktober 2009

AH .. JADI BINGUNG NIH .. : Catatan Ketika Ngaco

" Belajar Terbang atau Sok Kayak Titanic? "
ilustrasi oleh : sendiri aja dibantu adobephotosop




ORANG ANEH


- .. Baiklah, itu pertanyaan tabu. Tapi bagi saya itu bukanlah hal yang tabu. Dengan begitu saya bisa tahu (mungkin bisa membantu) kalau tiba-tiba nanti dia datang bulan waktu sedang makan bakso sama saya, jadi saya bisa tahu pembalut seperti apa yang harus saya belikan cepat-cepat. Sederhana saja kan .. Dan apa salahnya juga kita tahu ukuran dada seseorang..?! -

KETIKA seorang kawan mengabarkan bahwa tidak lama lagi akan diadakan Parade Seniman Gadungan (PSG) yang ke-2, barulah saya teringat dengan suatu hal yang dulu. Pada PSG yang pertama saya berpartisipasi juga sebagai salah seorang pengisi acara. Tentu saja dengan kegemaran saya, membaca puisi dan sedikit dialog-dialog alias celetukan ringan. Tidak ada yang mengherankan atau membuat heran di arena semacam ini, sebab rata-rata yang hadir adalah kawan-kawan yang memang tidak perlu diherankan. Namanya juga seniman gadungan, seniman beneran justru akan kehilangan identitasya kalau ikut gabung disini hehe .. Tapi sebenarnya disini saya tidak akan membicarakan tentang sebuah event seni atau kehidupan para seniman. Khawatir malah jadi nge-gunjing. Saya hanya ingin bercerita tentang diri saya sendiri saja.

Beberapa waktu yang lampau saya telah dekat dengan seorang perempuan. Sebut saja namanya Melati (bukan nama sebenarnya). Seperti laki-laki lain pada umumnya, maka gairah insting laki-laki normal saya telah menggiring saya untuk menyukai perempuan. Tentu saja tidak semua perempuan, sebab unsur kesukaan itu akan relatif subjektif (demikian saya menyebutnya). Kecuali cuma syahwat saja mah itu beda lagi, unsur relatif subjektif-nya tentu akan sangat rendah sekali. Tapi untuk kondisi seperti gairah saya terhadap perempuan Melati itu orang-orang menyebutnya sebagai Cinta bin Kasih Sayang binti Rindu Selalu dengan unsur syahwat sekitar 25 – 30 persen saja. Begitulah, waktu itu saya sedang melakukan pedekate atau ‘pendekatan’ agar bisa menjadi pacarnya. Disini tentu saja saya banyak melakukan hal-hal ‘penting’ agar nanti kiranya cinta saya bisa tersambut. Sebuah keinginan manusiawi yang standar dan umum berlaku di semua orang (yang normal).

Dilihat dari apa yang saya rasakan dan saya lakukan, maka ini adalah keinginan yang normal-normal saja bagi seorang manusia. Walaupun pada praktiknya saya malah terlihat seperti tidak normal. Namun hal ini juga berlaku pada semua orang yang sedang jatuh cinta. Susah tidur makanpun tak enak karena selalu terbayang senyumannya .. hahaha lebay banget .. Tapi di sisi normal dan ‘tidak normal’ itu ada hal lain yang membuat kecengan saya itu merasa aneh, dia malah menyebut saya sebagai Orang Aneh. Saya tidak tersinggung disebut orang aneh sebab saya juga menyadari jika apa yang saya lakukan itu memang tidak biasa dilakukan oleh orang lain pada umumnya. Dikarenakan tidak dilakukan oleh orang lain maka ini dianggap tidak wajar, maka disebutlah ia aneh. Bagi saya sendiri, ini bukan hal yang luar biasa. Apa yang saya kerjakan itu sebenarnya untuk tujuan yang sama dengan orang lain inginkan juga. Tapi saya melakukannya (dengan proses) yang tidak biasa alias aneh.

Suatu kali saya bertanya, “Ukuran BRA kamu berapa sih? Kalo lagi ‘dapet’ suka banyak gak keluarnya?”.

Kamu nanya apaan sih? Aneh banget, kayak gak ada pertanyaan lain aja..”. Dengan pandangan yang saya rasa (justru) aneh dia menatap saya. Baiklah, itu pertanyaan tabu. Tapi bagi saya itu bukanlah hal yang tabu. Dengan begitu saya bisa tahu (mungkin bisa membantu) kalau tiba-tiba nanti dia datang bulan waktu sedang makan bakso sama saya, jadi saya bisa tahu pembalut seperti apa yang harus saya belikan cepat-cepat. Sederhana saja kan .. Dan apa salahnya juga kita tahu ukuran dada seseorang..?!

Dilain kesempatan dalam suasana yang (menurut saya) romantis, “Eh.. boleh minta cium gak? Sekali doang gak apa-apa kan..”. Saya tertawa kecil rada genit dan dia melotot, “Enak aja.. emangnya kita udah pacaran apa?! Baru deket aja udah minta cium, gak mau ah!”.

Saya tertawa (lagi), “Hehee.. emang apa bedanya ciuman waktu pacaran sama sebelum pacaran? Toh orang pacaran juga gak pake surat-surat dari RT/RW hahaha..”. Saya kemudian nyerocos sedikit berpanjang lebar dan sedikit berdebat juga sama dia tentang boleh tidaknya orang ciuman tanpa pacaran. Sampai akhirnya, “Hhmmm..Ya udah kalo gitu, kalo mau cium ya cium aja deh! Tapi jangan anggep aku murahan..”.

Beneran nih?

Ya beneran, sekali aja kan.. udah jangan banyak nanya.. mau gak? Nanti aku berubah pikiran loh..”, dia mulai terlihat sangat serius.

Hahahaha .. gak jadi ah, kapan-kapan aja..”.

Yeeee .. ya udah..”, dia terlihat seperti salah tingkah dan saya mulai merasa tidak enak hati. Sedikit kasihan karena aku seperti ngerjain dia. Tapi saya ingin ngaco sekali lagi, “Piisss .. hehe, aku penginnya ML aja.. gimana?”.

Hhhaaaaahhh!! Sialan, gak mau!! Kasih hati mau jantung, kalo itu mah nanti aja.. udah ah, kamu kok udah jadi aneh ini.. gilaaa…!!”. Dia betul-betul terlihat sangat sebal dan saya tertawa ngakak. Sempat terpikir bagaimana kalau dia mau, sebab saya pasti akan kabur terbirit-birit. Emangnya lo doang yang takut, jangan terlalu ge'er hehehe ..

Nah, itulah salah satu hal yang menurut orang-orang tertentu adalah bentuk dari keanehan saya. Sebenarnya bukan aneh, tapi gila. Cuma saya sendiri yang tahu tujuan saya itu apa, bertanya atau mengajak orang untuk ngaco seperti itu. Seperti ini; pernahkah terpikir untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu? Sudut pandangnya masih ortodok ataukah sudah terjebak dalam feminimisme atau ‘ideologi’ lain yang terkadang baik dan terkadang juga tolol? Pernahkah melihat orang lain bagaimana caranya berargumen dan mencoba mempertahankan argumennya (yang mungkin merupakan argumen tidak penting alias bego)? Pernahkah kita tahu seberapa banyak pasangan kita mengetahui kesehatannya sendiri dengan cara kita memberikan saran, “Kamu kalo tidur kalo bisa jangan pake daleman..”.

Terkadang hal yang sangat ingin saya ketahui adalah ‘wujud asli’ seseorang. Sebuah teori komunikasi (kalaupun salah tapi setidaknya pernah juga saya dengar waktu ikut mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi dan Psikologi Komunikasi) mengatakan bahwa semua manusia didunia ini seumur hidupnya menggunakan topeng. Itulah kemudian yang menjadi salah satu pemicu perceraian. Banyak hal yang kita tidak tahu akhirnya ‘terbongkar’ ketika kita telah menjadi pasangan yang mempunyai surat-surat resmi dari KUA dan kantor catatan sipil. Ah.. saya menjadi malas untuk mengobrolkan tentang keanehan ini hehe..

*******

Musim hujan sepertinya baru akan mulai di Bandung. Gerimis sedang turun di sore hari saat tulisan ini sudah mulai kehilangan kata-kata untuk diteruskan. Saya sedang tidak beraneh-aneh, sebab saya memang tidak peduli dengan keanehan yang nyeleneh dan tabu. Tulisan ini seharusnya agak panjang karena banyak hal yang harus saya ceritakan. Mungkin tentang pembenaran untuk keanehan atau mungkin juga tentang cerita-cerita saya tentang keanehan. Tapi saya tidak menganggap anda bodoh, tidak sama sekali .. Saya sangat percaya anda bisa mengerti dan akhirnya bisa melanjutkan tulisan saya ini, didalam pikiran dan pemahaman anda masing-masing tentunya.



Bandung, 12 Oktober 2009





Nb: Buat Melati (bukan nama sebenarnya), saya minta maaf dengan pertanyaan-pertanyaan dan ajakan-ajakan bodoh saya dimasa lalu. Sebab kamu jadi ikut terlihat bodoh.. Terus terang saja, kamu tidaklah bodoh tapi kamu pelit karena kamu tidak pernah mau membalas SMS-SMS saya. Mungkin kamu takut kehabisan pulsa atau mungkin juga karena kamu takut nanti akhirnya menjadi bodoh setelah dekat dengan saya. Tapi nggak apa-apa, sebab pada akhirnya kita tidak pernah pacaran kok ..








-------ooOoo-------

Minggu, 11 Oktober 2009

LAMUNAN DI ATAS REL : Catatan Perjalanan Jogja - Bandung

" Masuk Stasiun Tugu "
ilustrasi oleh : ngambil lewat browsing di google saja



KERETA API LODAYA


- Saya punya hobi tidur dilantai kereta diantara deretan kursi penumpang sebelah kiri dan kanan. Kursi saya ikhlaskan untuk teman sebangku sebab saya susah tidur dikursi kereta. Maklumlah, kursi kereta api agak berbeda dengan kursi bis yang relatif cukup nyaman buat tidur diperjalanan .. -

SEBENARNYA ini bukanlah kali pertama saya melintasi jarak ini. Dengan waktu tempuh yang berkisar diangka kurang lebih 8 jam (kondisi normal), maka bisalah diperkirakan jika jarak dua kota ini adalah sekitar 350-an kilometer. Setidaknya ini pernah juga saya lihat di sebuah plang penunjuk jarak lewat jalur selatan. Yah.. Bandung - Jogja atau Jogja - Bandung pulang pergi patutlah dicoba dengan kereta api atau bis. Tapi buat saya, dua kota ini lebih nyaman saya jelajahi dengan kereta api. Janganlah bertanya alasan, sebab saya akan begitu bingung untuk menjelaskannya. Ini adalah masalah perasaan saja. Sebuah penikmatan yang subjektif tentunya. Saya merasa nyaman.. itu saja alasan sederhana saya. Tidak bertele-tele dan penuh teori serta retorika.

Tanggal 8 Oktober 2009 pukul 21.27 adalah tanggal tiket yang saya dapatkan, lebih tepatnya jam pemberangkatan. Jika anda memilih waktu pagi maka waktu yang tersedia adalah pukul 09.27 dan sampai di Bandung sekitar pukul 17.41 menjelang maghrib. Yaph.. itu merupakan jadwal kereta api Lodaya jurusan Solo Balapan via Jogja - Bandung pulang pergi kelas bisnis. Dengan dua kali keberangkatan pagi dan malam hari. Biasanya saya memilih jadwal malam hari sebab pernah saya coba pagi hari dari Bandung, ternyata agak panas dan susah bisa tidur. Apalagi ketika si Lodaya ini masuk dan berhenti distasiun Tasikmalaya, sempat kesal juga akibat pedagang asongan ada yang masuk dan mulai teriak-teriak menawarkan dagangan. Tapi untunglah saya termasuk laki-laki yang sabar dan cukup bertanggung jawab (sedikit iklan diri hehe..).

Pada hari ini saya balik ke Bandung dengan mengambil waktu malam. Walau sempat terpikir untuk menggunakan bis malam, tapi tetaplah hati ini tak bisa menolak langkah kaki untuk memasuki Stasiun Tugu. Anda tahu Stasiun Tugu? Itu adalah nama stasiun kereta api (KA) di Jogjakarta khusus untuk KA kelas bisnis dan eksekutif. Semacam Stasiun Hall di Bandung. Untuk kelas ekonomi anda bisa naik dari Stasiun Lempuyangan yang suasananya mirip Stasiun Kiaracondong di Bandung. Untuk Stasiun Tugu ini tempatnya tepat di pusat kota, yaitu di sekitar Jalan Malioboro yang terkenal itu. Ini adalah stasiun yang bersejarah karena merupakan salah satu saksi bisu lika liku revolusi kemerdekaan di Jogjakarta. Untuk bagian ini mungkin sebaiknya anda mencari sendiri referensi sejarahnya di buku-buku sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

KA Lodaya berangkat dari Stasiun Solo Balapan di kota Solo sekitar pukul 08.30 (pagi dan malam). Setidaknya info ini saya dapatkan dari seorang teman duduk yang kebetulan berangkat dari kota itu. Berdasarkan pengalaman, selain cemilan aka. makanan ringan maka sebelum naik belilah koran. Selain bisa anda baca-baca selama menunggu kereta datang (biar anda terlihat intelek juga sih..), juga nanti bisa anda pergunakan sebagai alas tidur didalam kereta. Saya punya hobi tidur dilantai kereta diantara deretan kursi penumpang sebelah kiri dan kanan. Kursi saya ikhlaskan untuk teman sebangku sebab saya susah tidur dikursi kereta (sekalian cari pahala). Maklumlah, kursi kereta api agak berbeda dengan kursi bis yang relatif cukup nyaman buat tidur diperjalanan. Kursi KA kelas bisnis itu lebih kecil dan tidak ada sandaran kakinya. Jika anda tetap 'ngotot' ingin tidur di kursi maka anda mesti membeli 2 tiket sekaligus atau anda boleh berharap mudah-mudahan kursi disebelah anda nanti kosong. Dengan begitu anda bisa tidur selama perjalanan.

Namun semua itu tidak akan begitu saja bisa 'melumpuhkan' hobi saya menggunakan KA untuk perjalanan Bandung - Jogja atau sebaliknya. Ada semacam kegemaran yang tidak bisa saya ceritakan karena saya memang susah untuk mengungkapkannya, masalah perasaan saja seperti yang saya tulis diatas. Tapi tentu saja naik KA bukanlah melulu urusan tidur semata, sebab KA itu adalah rangkaian gerbong maka anda bisa jalan-jalan didalamnya. Suatu hal yang tidak bisa anda lakukan di dalam bis. Disamping itu harga tiketnya juga cukup murah untuk ukuran perjalanan dengan jarak tempuh Jogja - Bandung. Bukan promosi (karena saya bukanlah pegawai KA atau keluarganya), tapi itulah hal yang memang benar adanya yang saya rasakan.

Saat kereta mulai bergerak, tidak lama kemudian akan berselewiran beberapa oang dari petugas dapur KA menawarkan makanan (untuk anda beli tentunya). Rupa menu yang biasa mereka sebut adalah nasi goreng, mie rebus pakai telor, kopi, teh, dan beberapa jenis makanan lainnya. Buat anda yang belum sempat mengisi perut atau tidak sempat beli makanan sebelum naik tadi bisa memesan langsung. Harga tentunya diatas yang biasanya, sebuah hal yang biasa jadi anda jangan merasa heran. Tapi tenang saja, tidak akan semahal harga makanan dan minuman di Bandara kok hehe..

Biasanya setelah kereta berjalan sekitar 1 jam lebih, saya ingin tidur. Untuk itu sebelumnya saya telah menyewa bantal di petugas kereta. Mereka menawarkan sewa bantal juga. Ini cukup murah, hanya 3 ribu rupiah saja. Koran saya gelar persis di sebelah kursi di lorong kereta dengan posisi agak mepet ke arah kursi saya. Ini membuat saya bisa enak tidur selama perjalanan (walau tidak senyaman tidur dalam kamar sendiri, tapi untuk ukuran perjalanan KA ini sudah cukup nyaman kok..). Nanti beberapa saat sebelum masuk Stasiun Cicalengka di daerah Kabupaten Bandung bagian selatan saya akan terbangun. Setelah itu ambil minuman aka. air putih botol mineral, saya akan nongkrong dulu di pintu gerbong sambil menghisap rokok dan menikmati suasana dingin subuh dengan backsound suara roda dan rel kereta dan sesekali lengkingan peluit kereta.

Dalam perjalanan balik ke Bandung ini teman duduk saya adalah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Pos Indonesia. Pada basa basi sebagai seorang teman duduk dia bercerita bahwa dia berasal dari kota Solo dan selalu menggunakan KA untuk pulang pergi Solo - Bandung. Mungkin banyak cerita menarik akan lahir dalam perjalanan ini, tapi rasa kantuk dan keinginan untuk secepatnya bisa sampai di Bandung telah membuat saya mengeyampingkan itu. Saya lebih memilih untuk tidur saja ditempat dan dengan cara yang saya kisahkan diatas. Masih ada waktu lain, nanti kapan-kapan saya main lagi ke kota ini. Yah .. Jogjakarta..



Bandung, 11 Oktober 2009




Ket: Saat tulisan ini saya ketik, backsound-nya adalah lagu "Cinta Di Kereta Biru Malam"-nya Ebiet G. Ade dan lagu "Kereta Malam"-nya Franky and Jane ..



-------ooOoo-------

Jumat, 09 Oktober 2009

PUISI : Tentang Cerita Di Jogjakarta

" Satu Sudut "
ilustrasi oleh : dari browsing di google



PUISI TANPA JIWA

Kepada; perempuan berbibir kelu diujung malam


Aku melukisnya dengan pena dari akar tarian dosa
Menjadi paras resah wajah senjakala mencari cahaya
Diantara titik-titik dalam labirin hening dengan ruang yang patah
Seperti legenda Sangkuriang membendung rahim ibunya di tanah Sunda
Seperti sepinya kegilaan hati Laila dalam dongeng cinta orang Persia
Kau mengajakku menceritakan itu dan aku mengikuti alurnya

Kisahmu adalah roman setangkai bunga (itu katamu)
Ribuan episode tentang kemarau dan hujan
Tentang benih dan tunas yang bersemi
Tentang kelopak yang mekar dan kumbang yang nakal dipinggir daun
Tentang harapan yang berguguran dan tumbuh berulang
Kau selalu menceritakan itu dan aku meraba alurnya

Ketika malam bertandang dan mimpi menawarkan kesenyapan jiwa
Suaramu menjadi terpenggal hingga episode coba kau rubah menjadi khayalan
Aku malu (katamu dalam desah) dan aku mencoba mengerti
Yah .. Seperti gradasi kau selipkan fiksimu diantara catatan-catatanku
Lalu seolah-olah itu adalah episodeku dan kau menyebutnya kita
Kau paksakan cerita itu dan aku terjebak dialurnya

Ada siluet lampu di angin malam
Ada debu-debu menggigil beterbangan
Ada jalan-jalan risau dalam bising yang bejat
Ada kepenatan sudut-sudut kota berbudaya yang merana
Ada kesunyian panjang dirongga hati
Haruskah kita pasrah dialurnya?


(Jogjakarta, 8 Oktober 2009)



Dari sebuah penggalan coretan kecil yang terjepit rel ..
" .. Tidak pernah ada yang salah untuk sebuah keputusan, cuma terkadang kita tidak pernah berpikir akan konsekuensinya .. "
- ketika kereta mulai merangkak membelah malam menuju Bandung -





-------ooOoo-------

Rabu, 09 September 2009

PUISI : Bulan dan Kata - Kata

" Bulan Di Balik Daun "
ilustrasi oleh : hasil nyari di internet dan di edit pake adobephotosop



BERIKAN AKU KATA

Berikan aku kata untuk kunyalakan sebagai cahaya
Berikan aku kata untuk ku asah menjadi asa
Berikan aku kata untuk kusandingkan bersama doa
Berikan aku kata untuk ku sulam bagai sutra
Berikan aku kata untuk kujadikan pena melukismu jelita
Berikan aku kata untuk kupahami sebagai rasa
Berikan aku kata untuk kuturutkan mencari makna
Berikan aku kata untuk kuabadikan didalam masa
Berikan aku kata untuk ku pakai menggenggam dunia

Sudah terlalu lama aku kehilangan kata-kata
Hingga aku hanya bisa menerka-nerka saja
Sungguh ..
Berikanlah aku kata yang bisa kau artikan sebagai cinta ..


(Bandung, 8 September 2009)





BULAN MERAH JAMBU


BULAN merah jambu bukanlah nama buah. Mungkin saja penambahan kata jambu itu adalah sebuah kesalahan yang tidak disengaja dan tentu saja bisa dimaafkan. Bulan merah jambu adalah nama untuk warna bulan yang memantulkan cahaya matahari dengan refleksi yang sebenarnya lebih berupa warna jeruk yang sudah matang total. Bulan memang dekat dengan buah-buahan. Bagaimana tidak, bulan diibaratkan sebagai sosok perempuan. Kenapa perempuan? Sebab buah-buahan dengan perempuan juga berkerabat dekat. Perempuan mempunyai buah dada yang bergelayut manja sebanyak dua buah di kiri dan kanan.

Tidak semua bulan berwarna merah jambu. Kondisi sosial lingkungan angkasa raya menentukan kadar kemerahannya. Apakah mendung, cerah, gerimis, atau hujan lebat. Jadi tidaklah heran jika terkadang orang akan menyebutnya kuning, orange, atau juga keemas-emasan. Tapi tidak pernah ada yang melihatnya bercahaya merah maroon, sebab merah maroon cukup jauh dengan merah jambu.

Tanpa bulan, maka matahari akan kehilangan sebagian fungsinya. Bulan membantu matahari meneruskan kekuasaannya menerangi bumi dimalam hari. Orang-orang pintar mengatakan bahwa warna matahari adalah putih perak yang kuat. Saya orang bodoh, tapi terkadang saya tidak percaya bahwa matahari benar berwarna seperti yang orang-orang pintar itu katakan. Namun saya cukup pintar untuk tidak melakukan pembuktian terhadap ketidakpercayaan saya dengan cara mengobservasi warna matahari lewat mata telanjang. Saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukan itu. Cukup sudah saya bisa memandangi bulan saja.

Untuk mengatakan bahwa sayur sop ini enak, janganlah mencicipi daging ayamnya (sebab rasa daging ayam mah sama-sama aja). Tapi cukup cicipi kuahnya saja. Untuk bisa merasakan bahagia bisa bermain bersama’nya’, tidak perlu harus pergi tamasya berdua dengannya. Cukuplah dengan ngerumpi bersama teman-temannya. Seperti itulah, tidak perlu memandang matahari untuk mengetahui rupanya. Cukup nikmati bulan sebagai gantinya.

…………………………………………
Bulan merah jambu
Luruh di kotamu
Ku ayun sendiri
Langkah-langkah sepi
Menikmati angin
Menabuh daun-daun
Mencari gambaranmu
Di waktu lalu
…………………………………………………..

(Tak Bisa Ke Lain Hati – KLA Project)


Yah.. begitulah dan seperti itulah ..



Tanggal dan tempat yang sama dengan puisi di atas






-------ooOoo-------

Senin, 07 September 2009

NAIK PESAWAT : Persiapan Pulang Kampung Waktu Lebaran

" Warna Warni Mudik "
ilustrasi oleh : dari hasil browsing di internet saja




MUDIK LEBARAN 2009


- Merantau di jantung provinsi Jawa Barat ini, maka 2009 kemudian menjadi salah satu momen yang indah karena saya akhirnya bisa mudik juga. Langsung ke kampung halaman tempat saya dilahirkan dan dimana ibunda menunggu dengan cinta tiada tara ..

LEBARAN tahun ini insya Allah saya akan pulang. Berlebaran dikampung bersama keluarga, handai taulan dan kawan-kawan disana. Tentu banyak waktu untuk bisa pulang, tidak mesti lebaran saja. Tapi suasana lebaran akan berbeda, untuk itulah momen ini mendapat nama alias yaitu mudik. Ini sebenarnya acara khas untuk para perantau dari kampung. Bisa dilihat dari namanya, (m) udik yang berarti desa atau kampung. Mudik adalah pulang kampungnya seorang udik dari perantauan. Tapi entah kenapa, orang kota juga mudik. Padahal mereka bekerja atau sekolah di kota Jakarta atau London (mungkin juga New York) dan rumah asal mereka di kota Bandung atau Surabaya. Mungkin karena kosakata mudik sudah jadi bahasa baku Indonesia sehingga orang kota itupun harus ikhlas untuk disamakan dengan orang udik alias orang kampung. Tidak apa-apalah, sekali-kali orang kampung juga boleh menang .. hahaha!

Sudah empat tahun lebih saya tidak mudik. Biasanya saya pulang ke Bogor, berlebaran dengan keluarga sepupu yang tinggal di kota hujan itu. Bandung - Bogor via Puncak atau tol Cipularang via Jakarta tidaklah bisa disebut jauh. Cuma beberapa jam saja, jadi mudiknya tidak cukup berkesan seperti iklan-iklan lebaran di televisi. Merantau di jantung provinsi Jawa Barat ini, maka 2009 kemudian menjadi salah satu momen yang indah karena saya akhirnya bisa mudik juga. Langsung ke kampung halaman tempat saya dilahirkan dan dimana ibunda menunggu dengan cinta tiada tara.

Tiket sudah saya pesan jauh hari sebelumnya. Lebih tepatnya beberapa bulan sebelumnya. Ini saya lakukan agar bisa mendapat harga yang murah. Maklumlah, di negeri yang permai ini harga-harga selalu melonjak tinggi ketika lebaran. Mungkin mereka yang hobi menaikkan harga itu ingin juga mendapatkan untung yang fantastis dari peristiwa sekali setahun ini. Tujuannya (sekali lagi; mungkin) agar mereka mendapat banyak uang dan akhirnya bisa mudik juga seperti saya. Mudik memang dekat sekali dengan uang. Tak ada uang tak bisa (susah) mudik.

Tidak seperti kepulangan saya sebelum-sebelumnya, maka mudik kali ini agak spesial karena saya menggunakan pesawat terbang. Wow .. seperti cinta pertama pada umumnya (upss..), maka pengalaman pertama tentu juga menyenangkan dan mendebarkan. Begitu bosan rasanya mengingat jika harus pulang dengan bis yang akan menyeberangi dua selat dalam kapal feri. Untuk itulah, ketika tulisan ini saya ketik, perlengkapan mudik sudah 80 persen siap. Pakaian, sepatu, tas dan lain sebagainya telah dipisahkan termasuk sedikit oleh-oleh buat keluarga dan teman-teman. Pulsa siap untuk diisi, rambut harus dirapikan lagi. Mudik tentu beda dengan aktivitas sehari-hari. Tidak perlu saya jelaskan panjang lebar sebab semua tentu sudah sangat tahu.

Selain perlengkapan, saya juga sedikit banyak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pesawat terbang. Untuk info mengenai baling-baling, mesin pesawat hingga roda dan landasan pacunya bisa saya cari di internet. Tapi tentang ‘etika dan adat istiadat’ naik pesawat terbang dari bandara ke bandara? Alangkah baiknya bertanya langsung kepada mereka yang pernah menggunakan pesawat terbang. Naik bis, kereta api, kapal feri, dan angkot saya pernah dan sering. Naik pesawat terbang? Tentu tidak bisa disamakan dengan naik alat angkutan umum bin massal seperti itu. Agar ‘tidak tersesat dijalan’, maka saya ‘tidak malu untuk bertanya’. Ini penting, daripada saya nanti malu dan malu-maluin di bandara. Sok tahu kesampingkan dulu.

Saya mendapat tiket promo kelas ekonomi dengan harga yang (menurut mbak cantik penjual tiketnya) sudah cukup murah. Tapi tentu saja, si mbak itu tidak mengerti benar konsep murah untuk ukuran orang seperti saya. Ataukah saya yang tidak betul-betul paham aturan murah harga sebuah tiket pesawat? Entahlah, saya kali ini tidak begitu peduli. Yang penting mudik dan bisa secepatnya sampai dirumah.

Saya masih ingat betul, suasana ditempat penjualan tiket waktu itu. “Pesawatnya nanti berangkat jam 5-an sore. Mas sudah harus check in di bandara Soekarno Hatta satu jam sebelumnya, berarti mas dari Bandung sekitar jam 11 atau 12 siang. Oh ya, tiba di Mataram sekitar pukul 9-an malam. Via Surabaya ya .. Satu lagi, karena ini tiket promo jadi nggak bisa dikembalikan, di tukar, atau pindah nama. Tidak dipakai sama yang bersangkutan, tiket hangus..”.

Sangat manis si mbak penjual tiket menjelaskan segala sesuatunya dan saya (tentu saja) menikmatinya dengan cara mengangguk-angguk macam mahasiswa baru yang sedang registrasi daftar ulang. Dia memang cocok untuk melayani konsumen tiket, sudah cantik penjelasannya juga tajam akurat dan cerdas. Dengan cara pelayanan dan penyampaian yang begitu seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tidak lama saya bisa asyik masyuk menikmati si mbak tiket berceloteh. Saya harus segera keluar karena calon penumpang lain dibelakang yang antri sudah ingin segera dilayani juga. Mungkin ada yang kesal sambil ngedumel dalam hati karena saya cukup lama juga dilayani, maklumlah pelanggan baru. “Hhmmm, ketauan banget ni orang baru pertama kali naik kapal terbang.. huhh..”. Saya bergegas ngeloyor, “Ah.. bodo amat, bukan kamu juga yang ngebayarain tiketnya.. hehe..”.

…………………………………………
Rinduku pada Dewi Anjani 1) adalah alunan seruling batang padi
yang membelah lembah
Rinduku pada Putri Mandalike 2) adalah hembusan angin laut
yang menderu-deru
…………………………………………
(Pada Suatu Musim)

Didalam kamar kost, sambil membolak balik tiket pesawat tertanggal 11 September 2009, saya tiba-tiba sudah membayangkan seolah-olah saat ini saya sudah duduk-duduk didepan rumah saya di kampung. Menunggu kawan, sebab malamnya kami akan memukul bedug sambil takbiran bersama di masjid desa. Hhmmm.. Lalu saya tersenyum, lebih manis dari senyum si mbak cantik penjual tiket pesawat terbang itu.




Jatinangor, 7 September 2009







-------oooOooo-------