CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Senin, 21 April 2008

Sabtu, 19 April dan Siluet


Jatinangor: Sabtu – malam Minggu, 19 April 2008.

Duit cekak sama sekali, rokok cuma punya sebatang, kawan tak ada (pada malem mingguan kali), pulsa di HP udah kosong masuk waktu tenggang… komplitlah sudah!!

Setelah nge-bango sendiri di gerbang, maka gerimis di Jatinangor mengantarkan aku ke Imago. You know Imago? Itu warnet punya seorang kawan di jalan Sayang gak jauh dari pertigaan setelah pangdam (pangkalan damri) kalau dari arah Bandung. Ternyata beberapa kawan senior sedang pada ngumpul disana. Ya udah.. aku ikutan aja nimbrung ngobrol segala rupa. Ada hanes, pudin, wira, kiting, toge (bukan to.et gede lo he..he..he..), babe (udah tidur ama bininya), ino, dLL aja pokoknya..

Menjelang tengah malam, warnet mulai sepi (sepi maksudnya orang2 yang ngerental warnet udah mulai pada cabut. Udah pada ngantuk kali, atau apa yang mereka cari udah pada dapet). Ya udah.. aku coba2 numpang berselancar disana.

Nge-cek email.. buka bebrapa situs.. nge-tes friendster (kali aja ada kawan yang lagi online) sepi juga he..he..he.. suck, aku browsing iseng dan ngacak di google eh ada yag ke-detech. Hoooooo..ho..ho.. ngeliat blog friendster yang menarik. Punya siapa ya???? Tertarik juga pengin tau… bukan apa2, melototin blog friendster itu tiba2 aku jadi inget seseorang di Bandung. Anak SMA cuy ha..ha..ha.. orangnya baik dan cantik, luculah.. Setelah bulan Desember 2007 kemaren aku udah gak pernah ketemu dia lagi. Apa dia ya???? Tapi gak ada sama sekali nih alamat emailnya, bingung nih cara ngopreknya gimana hhaaaa..haaa…haaa.. kacau juga, macam betul!! Menjelang subuh ada Arif Botak dan beberapa kawan datang. Gak bisa tidur juga kayaknya. Mereka gak lama kemudian, abis basa basi dikit, langsung tenggelam dalam 'lautan maya'.

Me???? Sampe subuh gak ke-oprek juga nih bLog friendster, dame.. cabut ah! Ngantuk.. beberapa kawan juga udah pada molor tuh.. marangga atuh, wilujeng bobo.. seeee uuuu en hatur nuhun Bung Arif (yang punya warnet)!!

------00000-----



Siluet

Kepada: pinggul yang bergoyang


Inilah perjalanan

Yang tercatat saat kita masih berbentuk sperma

Inilah perjalanan

Lalu kita mendesah mengumpul tenaga

Inilah perjalanan

Seperti siluet saja garis berjejak

Membuat mata kita memicing

Untuk bisa jelas melihat arah


Yang silau akan rubuh

Dijalan..

(Jatinangor, 20 April 2008)

Jumat, 11 April 2008

Beternak Bintang


Kenapa Kita Tidak Buat Jadi Lelucon Saja?

Dengan Begitu Kita Menjadi Senang .. Ah!



Sudahlah kawan ..

Mari tanganmu sini kita bicara dengan mata saja

Terlalu rumit kata-kata untuk dapat kita cerna


Disini saja kawan ..

Jangan begitu cepat kau memasung cerita

Bukankah waktu kita masihlah panjang?


Mari .. Mari sini!!

Give me five ..

Lalu biarkan kita tertawa

Keras dan terbahak ..


Gerbang Unpad, 9 April 2008

ketika Jatinangor malam hari mati lampu, 3 hari sebelum pilkada Jawa Barat


*******


Beternak bintang saja!!”, ide cemerlang itu terlontar begitu saja dari mulut kawan saya yang cerdas itu. Ia adalah seorang lulusan D3 Periklanan Fikom Unpad angkatan 2002 yang ahli dalam bidang menggambar atau melukis. Sepertinya malam yang sempit sehabis hujan telah memberikannya sebuah inspirasi yang aneh. Saya terperangah sesaat. Tapi kemudian ada sebuah gerbang imajinasi terbuka disitu. Ha..ha..ha.. saya mengerti. Keanehan memang kadang-kadang bermanfaat.

Malam itu kami berdiskusi rada alot, yang selintas orang lain berlalu lalang lihat akan menyangka kami sedang berdebat hebat. Kami disini adalah saya dan beberapa kawan yang berpikiran maju (termasuk juga kawan penggambar atau pelukis tersebut). Mengemas sebuah bahan obrolan (walaupun itu sebenarnya biasa saja) agar jadi menarik memang merupakan hobi kami. Dan setelah agak lama kami kemudian sepakat. Semua orang harusnya mulai belajar beternak bintang. Tujuannya agar malam tidak menjadi begitu gelap. Sehingga ketika ada kawan yang mulai salah arah (baca; bingung), maka dia boleh mengambil cahaya-cahayanya. Tanpa izin pun tak apa. Sebab dasar dari dibuatnya peternakan bintang ini memang punya misi sosial (social respons; begitu istilah kawan-kawan saya dari kelompok jaket merah maroon).

Tapi agar dia bisa mandiri, disarankan agar semua juga belajar beternak. Saya pribadi sangat sepakat. Kenapa? Saya melihat beberapa kawan sepertinya banyak yang mulai kehilangan ‘arah penyesalan’ (istilah saya seperti itu). Niat ingin ke Bogor, tapi stres berat ketika tidak bisa mampir di Sukabumi. Padahal nanti saja kita ke Sukabumi, setelah selesai urusan di Bogor. Hooo..ho..ho.. jadi pusing juga saya. Kehilangan arah? Ah.. Macam betul saja ..


----oooo-----

Kamis, 10 April 2008

Tentang Kawan Sastra Yang Idiot

Kisah Cinta Sendiri si Pemuda ‘idiot’

(Tragisme Mengharu Biru Kuliah di Fak. Sastra Angkatan 2006)



Laki–laki memberikan cinta untuk mendapatkan seks dan wanita memberikan seks untuk mendapatkan cinta .. ah, ungkapan itu saya dapat di sebuah buku atau disebuah koran saya lupa lagi. Namun beberapa kali saya mengeluarkan kata–kata itu untuk melengkapi obrolan dengan beberapa orang kawan yang kebetulan temanya sedang membahas tentang itu. Tidak jauh dari curhat .. memang! Tapi, posisi saya sebagai orang yang dimintai pendapat membuat saya harus terlihat bijak dalam memberikan statement .. oalah, ada–ada ajah!

Sementara ini orang terakhir yang saya jejali (kembali) dengan kalimat suci itu adalah seorang kawan 2006 D3 Sastra Inggris berinisial L (Lingga; memang nama sebenarnya). Entah apa yang ada dalam pikiran si kawan ini. Tiba–tiba saja dikamar kostan yang sumpek itu ia menjadikan saya sebagai pendengar untuk berkeluh kesah tentang sebuah kisah percintaannya yang pilu. Saya menduga-duga ada kemungkinan ia melihat saya seperti sosok ‘Dr.Boyke’ untuk urusannya. Walaupun Dr.Boyke itu adalah seorang ahli kandungan dan (katanya) seks, tapi sama-sama ahli (begitu mungkin pikirnya) dan gratis (tentunya). Sialan juga kawan yang satu ini. Tapi hal yang lebih ekstrim lagi menurut saya adalah kawan ini sudah sangat menghakimi dengan mengkategorikan saya sebagai orang yang selalu kecewa. Jadi, cerita yang akan dia dongengkan lebih pas audiensnya. Cepat dapat tanggapan. Begitu mungkin pikirnya. Ah.. biarlah itu, hitung-hitung berbuat baik bisa berempati sama ’penderitaan’ orang.

Bang.. gua bener-bener suka sama tu anak. Cantik sih nggak, tapi sikap sama kepribadiannya yang gua demen banget. Anjir.. gue pengin jadi cowoknya dia..”, Entah kepribadian apa yang dia maksud, tapi sangat berapi-api kawan 2006 ini membuka obrolan. Setelah mukadimah yang ekstrim itu, kawan sastra yang mabuk kepayang itupun melanjutkan keluh kesahnya yang ternyata sangat panjang dan sungguh amat memakan waktu. Luar biasa untuk ukuran seorang pemuda ‘idiot cinta’ macam dia. Namun dari seluruh dongengnya hari itu saya kemudian bisa menangkap beberapa kesimpulan, diantaranya:

  1. Perempuan ‘goblog’ yang diimpi-impikannya berinisial M (mungkin Melati; bukan nama sebenarnya) teman sekelasnya sendiri dan saat ini ngekost di Pondok S (Syukron.. mungkin).

  2. Perempuan ‘goblog’ yang berasal dari Kota C penghasil Terasi Udang itu udah punya cowok (tentu saja orangnya bukan kawan sastra saya yang ‘idiot cinta’ itu).

  3. Kawan sastra 2006 ini belum menyatakan hasrat ‘seksualnya’ kepada ‘mempelai’ wanita itu (disimpan aja sendiri sampai bucat sendiri juga.. bego).

  4. Pernah ada selentingan kabar si perempuan ‘goblog’ itu udah tau kalau si pemuda ‘idiot cinta’ suka sama dia. Agar terlihat seperti sinetron di RCTI maka si perempuan ‘goblog’ mencoba mengetes si pemuda ‘idiot cinta’ dengan mencuekkannya sampai sekarang dan jadian sama orang lain (ini sih bukan ngetes, tolol..).

  5. Kawan saya 2006 ini punya hasrat yang amat sangat tinggi untuk mendapatkan perempuan ‘goblog’ itu dan apabila dibandingkan niatnya sampai mengalahkan keinginan Hitler untuk menguasai dunia.

  6. Jika memungkinkan, kawan sastra ini mau menjadi jalan untuk menutupi lumpur biar kalau si perempuan ‘goblog’ itu lewat sepatunya nggak kotor (uueeedaaaaann; dibaca dengan logat bencong yang sedang menggoda kakek-kakek).

  7. Kawan sastra ini nggak tahu kapan semua ini akan berakhir (saya sepakat.. hanya Tuhan Yang Maha Tahu..).

  8. Dan lain-lain yang rujit dan terlalu banyak (seperti jumlah pasir dipantai Pangandaran dan buih dilautan Pasifik jika saya masih terus saja nekat untuk menuliskannya), hingga kadang-kadang terlihat kawan sastra 2006 ini melakukan suatu strategi hiperbola yang sudah melampaui ambang batas kewajaran dalam interaksi sosial kehidupan manusia di muka bumi ini dari zaman Nabi Adam sampai dengan era 500 tahun kedepan. Walaupun kemudian saya membenarkan juga, jika untuk perihal cinta hal-hal seperti itu memang memungkinkan.

Ending-nya? Tidak (belum) ada, walaupun kalimat terakhir telah keluat dari mulutnya yang berbusa (saking bersemangat dan sedih). Untuk itu saya memberikan sedikit saran, “Teruslah berjuang.. kawanku yang hebat..!! Sampai tetes keringat terakhir (sampai iLFiL maksudnya), do’a para karuhun yang bersemayam di Gunung Manglayang akan selalu menyertaimu.. semoga sukses..”.

Setelah itu saya pun keluar dari kamar kostan yang pengap itu dan mulai mengetik tulisan ini.


Pondok Nadin - Jatinangor, Pebruari 2008


----------0000000-----------