CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Rabu, 31 Desember 2008

CATATAN AKHIR TAHUN

" Jejak Matahari "
ilustrasi oleh : (dari) komputer seorang kawan yang baik


REFLEKSI



Jika anda penggemar ‘walking-walking’ didalam kota (seorang kawan saya dikampung yang sedang sangat bersemangat ngobrol dengan turis bule mengucapkannya seperti itu dengan penuh percaya diri), maka sepertinya anda akan sering mendengar kata REFLEKSI. Kosakata itu bertebaran dengan berbagai macam bonus menu. Untuk menghindari amukan Ormas yang kurang dapat japrem atau agar terlihat sedikit ‘sopan’, biasanya ditambahkan kata-kata tunanetra. Entahlah apanya yang tunanetra, mata hati atau mata kaki, saya kurang tahu juga.

Yaph.. Jika seperti itu adanya, berarti saya setali dengan anda. Sudah mengerti betul maksud kata refleksi tersebut. Namun untuk waktu kali ini, refleksi yang paling banyak disebut orang bukanlah diseputar masalah panti pijat dan sejenisnya. Akhir sebuah tahun adalah momentum setiap orang untuk (katanya) refleksi diri. Setiap orang akan kembali mengingat apa saja yang dilakukannya satu tahun kebelakang. Sejauh yang masih bisa diingat tentunya, sebab rata-rata orang Indonesia agak tidak begitu bagus dalam hal dokumentasi dan pengarsipan. Setelah itu mereka akan membikin sedikit gambaran rencana untuk satu tahun kedepan dan mulai berjanji (seperti tahun-tahun sebelumnya). Janji yang paling tidak terhadap dirinya sendiri saja. Seperti itulah setiap pergantian tahun.

Manusia Indonesia merupakan sebagian ras didunia fana ini yang sangat menyenangi sebuah proses seremonial. Formal-formalan gitulah, hehehe.. Ah, saya jadi ingat dengan seorang pejabat program PAKT di tempat saya kuliah dulu, ketika beliau saya tanya apakah mahasiswa itu jika lulus wajib atau tidak untuk ikut wisuda. Seremonial mungkin adalah alasan yang paling rasional dan relevan untuk saat ini. Tanpa seremonial, maka (sepertinya) tidak ada alasan untuk bersolek dan makan-makan mentraktir keluarga atau kawan kerabat. Kira-kira mungkin seperti itulah maksudnya, cukup cerdas juga.

**********

Estafet waktu dari tahun 2008 ke tahun 2009 kali ini akan berlangsung pada rabu malam atau lebih populer dengan malam kamis. Bisa dipastikan kalau jutaan refleksi akan mengalir kembali. Terlalu panjang jika disini saya harus ‘berkhutbah’ macam penyuluh kesehatan. Hanya saja menjadi menarik untuk sedikit dicermati kenapa sampai menjadi aneh. Ya anehlah saya rasa.. Kenapa untuk refleksi saja kita harus menunggu hari dan malam diakhir tahun. Untuk melakukan ‘pengakuan’ saja harus dibuntut bulan Desember. Untuk niat berubah menjadi lebih baik harus menunggu 1 Januari. Bukankah hari-hari yang lain itu banyak?

Pengagungan seremonial yang bagi saya cukup membingungkan. Artis, pelawak, penceramah, dan segala tukang ramal aliran hitam atau putih disewa sebagai bagian dari alur refleksi. Stasiun televisi dan radio sebagai bagian dari penyelenggara pun menyiarkannya secara cukup spektakuler. Pundi-pundi uang hasil jualan iklan tentunya menjadi alasan utama yang menggiurkan. Besoknya, para stasiun itu dengan ‘dibantu’ koran-koran akan berlomba memasang headline tentang berapa jumlah korban yang tewas dijalan, siapa saja yang tertangkap basah dengan narkoba dicelana, hingga berapa ton sampah yang membuat bingung petugas kebersihan untuk membuangnya.

Mereka (para penyelenggara terutama media massa) tidak akan peduli apapun hasil refleksi yang nanti bakal ‘konsumen’ terima karena pendidikan bukanlah tugas mereka dilapangan. Draft itu dibuat agar undang-undang terlihat keren dan hebat. Teori itu biarkan saja ‘bertelur’ dicatatan dosen dan riuh hanya didalam kelas. Macam betul saja..

Kalender atau penanggalan dahulu diciptakan bukanlah untuk ajang ‘berlamun-lamun’ dan ‘berhura-hura’. Ia dibuat untuk menjadi bagian dari perangkat manusia dalam memudahkan pekerjaannya. Sebuah pemerintahan akan menggunakan sistem kalender untuk mereka mengevaluasi pekerjannya mengurus negara. Demikian pula dengan instansi, organisasi, ataupun perusahaan dan lain sebagainya. Profit atau non profit. Itu merupakan sesuatu yang wajar dan memang harus diadakan sebagai sebuah sistem kerja yang baik. Namun untuk tiap diri pribadi manusia, sebuah pergantian kalender kini dijadikan tolak ukur waktu untuk (niat) berubah. (sekali lagi) Amatlah aneh..

Kalau anda ingin jadi orang baik, ya berubahlah saat ini dan detik ini juga. Itu sangat lebih baik daripada harus menunggu satu tahun dulu dalam acara yang membuang uang dan tenaga. Jika ingin tahu kita pernah ngapain aja, ya ingat dan renungkanlah sekarang mumpung masih hangat dikepala.. kemarin kita melakukan apa dan bersama siapa. Lalu yang paling (maaf) aneh adalah momen pergantian tahun dijadikan ajang untuk berjanji. Walah.. apalagi ini?! Kalau kemudian itu ditepati mungkin agak mendingan. Tapi yang terjadi, awal tahun berjanji jadi makhluk yang baik, malah sepanjang tahun kemudian dilanggar dan ujung-ujungnya menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Jika ingin berjanji, ya berjanjilah pada diri sendiri dan pada Tuhan (mu) saat ini juga. Saya amat sangat percaya dan yakin, Tuhan akan ‘menerima’ sebanyak mungkin janji atau doa dan harapan kapan saja manusia ikrarkan. Tuhan bukanlah sebuah instansi atau perusahaan yang punya hari libur, jam buka dan jam tutup. Luar biasa.. Kita betul-betul sangat rentan dengan ‘pengkultusan’ waktu yang tidak pada tempatnya.

**********

Refleksi.. Dari dulu saya ingin melakukannya. Tapi tanpa pijat plus. Hanya sekedar membikin badan saya jadi lebih enak saja. Seorang kawan pernah menawarkan traktir refleksi kepada saya. Tapi saya menjadi tidak bersemangat (baca; ragu-ragu) karena ia juga ingin nanti setelahnya kami akan meng-klik ‘folder menu tambahan’.
Bah.. Pijat refleksi macam apa, saya pikir ini nanti saja. Mau ngebaikin saya atau malah menjerumuskan nih?! Akhirnya pijat refleksi diurungkan (sampai batas waktu yang tidak ditentukan) dan kami hanya membeli beberapa botol ‘jamu sehat’ untuk ‘dieksekusi’ bersama dikamar kost dengan mengundang kawan-kawan yang lain.

Diujung keyboard sebelum tidur saya masih teringat dengan orang-orang yang akan refleksi. Biasanya setelah capek semalaman refleksi dengan acara yang meriah dan padat, maka mereka nanti akan beristirahat untuk meluruskan otot-ototnya ditempat refleksi juga. Saya berharap (tentunya) mereka tidak menggunakan menu plus-plus. Kasihan para pemijatnya..

Selamat tinggal 2008 dan selamat datang 2009. Terima kasih Tuhan, saya masih diberi izin untuk terus bernafas dengan sehat..



Jatinangor, 31 Desember 2008




------oooo-----

Rabu, 24 Desember 2008

SIAPA ONANI .. SIAPA MASTURBASI ..

" Meriam Modern Pada Zamannya "
ilustrasi oleh : sendiri aja lewat komputer seorang kawan yang baik


ONANI atau MASTURBASI?


Seorang kawan dunia maya saya dari Lampung pada suatu kesempatan –ketika chatting- menanyakan, kenapa saya nggak pernah posting tulisan di Bulletin Board Friendster (FS) lagi. Kawan Lampung saya ini (sebenarnya ia orang Padang, tapi sedang kuliah di Lampung) rupanya mengamati juga tiap tulisan iseng yang saya masukkan di FS.

Ia adalah orang yang cukup aktif mengisi salah satu menu layanan FS itu. Setidaknya bisa saya lihat dari intensitas tulisannya yang selalu muncul setiap kali saya membuka FS. Isi coretannya memang tidak jauh dari kebanyakan orang yang curhat disitu. Catatan harian atau puisi kegelisahan, keluh kesah, kemarahan, ataupun nasehat yang terkadang sok tua. Tapi biarlah, toh dengan itu mungkin ia bisa sedikit melepaskan bebannya (walau sesaat). Sekalian juga bisa (tanpa sadar) membuatnya terus terlatih untuk menulis.

Sedikit berbasa basi, saya kemudian menceritakan bahwa saya sekarang lebih banyak menulis di blog. Layanan Bulletin di FS menunya terbatas karena saya juga menyertakan gambar untuk setiap tulisan saya. Kawan Lampung ini rupanya juga sering membuka blog saya. Ini saya bisa pastikan karena ia pun kemudian mengomentari beberapa tulisan saya di blog. Hingga akhirnya terlontar sebuah pertanyaan, “Kamu membuat tulisan hampir setiap hari ya..?”.

Tentu tidak, sayang.. Saya bukanlah seorang penulis selayaknya orang-orang yang bekerja atau berprofesi sebagai penulis. Saya menulis hanya untuk iseng saja. Sekedar menyalurkan apa yang saya pikir, dengar, dan rasakan. Tidak untuk siapa-siapa dan untuk apa-apa atau tujuan apapun. Menulis bagi saya adalah masalah inspirasi dan mood. Inspirasi ada dan kondisi on fire maka saya bisa membuat beberapa tulisan sekaligus. Namun kalau ide sedang kosong dan saya sedang lesu darah, maka jangankan satu paragraf, untuk satu kalimat pun saya tidak bisa berbuat apa-apa. Entahlah kalau seorang penulis beneran, mungkin hal-hal seperti itu bukan masalah. Apapun kondisinya ia selalu produktif. Biarlah, itu urusan penulis. Sebab yang terpenting disini bahwa lewat coretan-coretan itu saya hanya sekedar onani saja. Tidak ada yang lebih.

Ah.. bahasa kamu ada-ada aja..”. Saya tertawa, onani adalah kata dalam bahasa seorang ahli seksualnologi (begitu kira-kira saya menyebutnya). Bagi kawan saya ini (berkelamin perempuan), kata onani tidak begitu enak untuk diobrolkan. Yaph.. saya mengerti. Tentunya saya kemudian sedikit menjelaskan apa yang saya maksud tersebut.

**********

Saat anda mengklik web blog; airbening21.blogspot.com, maka akan muncul ‘nama lain’; airbening21 l ONANI ONLINE. Janganlah langsung menghakimi. Kata onani sudah saya kenal sejak lama. Mungkin dari sejak saya masih di sekolah dasar atau sekolah menengah, saya sudah lupa. Dengan begitu banyak kata lain dalam masing-masing bahasa daerah dan kosakata gaulnya. Semacam kosakata prokem dilingkungan sosial kelompok manusia yang disepakati bersama sebagai sebuah kata ‘formal’.

Di bahasa resminya, bentuk lain dari onani adalah masturbasi. Mengandung makna yang sama seperti sebuah slogan negara demokrasi; Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat. Yang jadi pertanyaan buat saya sampai saat ini adalah kenapa ia mempunyai dua sebutan untuk satu pekerjaan yang 100 persen sama? Penjelasan singkat bahwa onani untuk laki-laki dan masturbasi untuk perempuan tidaklah membuat saya langsung puas. Bagi saya, argumen itu terlalu sempit. Hanya karena jenis kelamin manusia itu ada dua, maka kebetulan pula sebutan itu ada dua. Argumen ‘kebetulan’, bagi saya, bukanlah sesuatu yang mengasyikkan untuk dibedah. Tentu ada hal lain yang membedakan sehingga si pencipta kata itu membuat dua versi untuk satu arti. Lebih dari sekedar kebetulan. Tapi apa itu? Sampai tulisan ini dimuncratkan saya belum juga tahu.

Pada masa saya kuliah, definisi onani memberikan saya suatu pemahaman baru. Tidaklah aneh sebab kampus saya termasuk dalam kategori fakultas yang mahasiswanya cenderung nyeleneh atau (mungkin tepatnya) selalu ingin keluar dari ketentuan yang ada. Kawan-kawan pada masa saya dikampus adalah orang-orang hebat dan cerdas. Merekalah yang mengenalkan kosakata onani itu sebagai ‘terjemahan’ lain dari demokrasi. Pokoknya apapun yang kita lakukan -oleh kita dan untuk kita-, itu disebut masturbasi. Kampanye itulah yang dijejalkan dikepala saya ketika saya dimintai bantuan untuk menyumbang sebuah tulisan pada buletin independen yang mau diterbitkan. Tentu saya sepakat, sebab saya tidak punya argumen yang cukup cerdas untuk membantahnya.

Seorang kawan karib saya yang lain mengatakan bahwa didunia ini tidak ada manusia (individu atau kelompok) atau sesuatu apapun yang bebas nilai. Semua punya nilai yang berbentuk sebuah atau beberapa buah kepentingan. Penerapan demokrasi pun sebenarnya mempunyai nilai. Entah itu dari segi politik, sosial, hukum, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya. Kawan saya yang juga hebat dalam urusan propaganda dan ‘fitnah memfitnah’ ini rupanya sangat lihai dalam mencermati sesuatu. Sekali lagi saya sepakat 100 persen, sebab saya (sekali lagi) tidak punya alasan lain yang cukup hebat untuk membantahnya.

Ada yang menarik, jika semua orang punya nilai (baca; kepentingan) masing-masing maka sesungguhnya semua sisi hidup sebagian besar manusia di dunia ini adalah onani atau masturbasi semata. Saya yakin, apapun yang kita lakukan ujung-ujungnya adalah buat kita sendiri juga. Buat orang lain itu kalau ada sisa. Tapi sepertinya melihat sifat dasar manusia yang tidak mau kalah dan tidak pernah puas dengan apa yang ia dapat, maka dipastikan bahwa sisa itu tidak pernah (jarang sekali) ada. Negarawan, politikus, agamawan, sampai tukang becak semua punya peluang menjadi seperti itu. Klop sudah makna demokrasi dapat diambil sarinya; Dari Kita, Oleh Kita, Untuk Kita (sendiri). Onani yang spektakuler.

Kembali kepada soal tulis menulis dan onani. Beberapa penulis yang saya suka gaya menulisnya adalah Gunawan Muhamad yang pekerja Tempo dan Emha Ainun Nadjib si pemilik Kiyai Kanjeng. Sedangkan buku dengan cara penulisan terbaik (gampang saya mengerti dan enak dibaca) menurut saya adalah kumpulan cerpen “Keajaiban Di Pasar Senen” karya bapaknya almarhum Sukma Ayu, Misbach Yusa Biran yang orang Banten. Mereka saya rasa kalau onani telah berhasil memuncratkan pengaruhnya terhadap ketikan jemari saya, walaupun amatlah sedikit. Tidak apa, toh didunia ini tidak pernah ada yang orisinil karena semua ada pendahulunya. Begitulah kata kawan saya yang menyukai bidang kesenian, ketika saya memberikan penilaian bahwa lagu-lagu dan aransemen ciptaannya mirip dengan lagu-lagu dan aransemennya penyanyi Nugie dan Kla Project. Pembelaan yang baik dan untuk kesekian kali saya (harus) sepakat.

Klimaks dari onani kali ini adalah beberapa pertanyaan yang susah benar saya dapatkan jawabannya. Kenapa pekerjaan ala ‘demokrasi’ itu punya dua nama; ONANI dan MASTURBASI? Adakah yang membedakan diantara keduanya? Sebenarnya saya punya jawaban yang saya karang-karang sendiri. Cuma saya tidak enak memuncratkannya karena argumen saya begitu lemah dan gampang sekali dipatah dan diremukkan.

Dasar keilmuan saya adalah ilmu sosial, bukan ilmu pasti atau kedokteran. Maka jawaban tidak lengkap saya adalah; kata ONANI dan MASTURBASI itu ditemukan oleh dua orang yang berbeda. Masing-masing punya argumen yang sama kuat. Mereka mempunyai analisis yang didasarkan sebuah pengalaman yang luar biasa, namun ujung-ujungnya sama. Akhirnya biar adil, maka kosakata kamus dunia menggunakan kedua nama itu.

Mungkin saja.. atau ada yang punya jawaban lain? Tidak ilmiah pun tak apa yang penting bisa dimengerti minimal oleh kita sendiri. Kita onani saja, macam betul.. hehehe..


Jatinangor, 23 Desember 2008


Thanks and punten to: kawan Wiranta Yudha Ginting, kawan Danil Triardianto, kawan Lutfi Adam, Mas Galih, cerita tentang kawan Agus Rakasiwi di suplemen Kampus PR, Kelompok RSJ Fikom Unpad Jatinangor, dan Mbak Indah aka. Sarie di Lampung.



-----------------oooooo----------------

Senin, 15 Desember 2008

PUISI dan CATATAN : Ilustrasi Di Kaki Langit

" Perahu Di Lautan "
ilustrasi oleh : sendiri aja dikomputer seorang kawan yang baik


ILUSTRASI WAJAH


Sepenggalah mata dewa mengerling sejak gerimis terakhir pagi ini
Hinggap dilapisan ozon dan menguap sampai ke ubun – ubun langit
Lalu ada cerita pada daun – daun yang basah
Tentang wajah – wajah kita yang resah

Setengah raut dewi dalam tengadah malam membuka tirai
Merayu lapisan ozon agar tetes – tetes embun tidak terlambat subuh nanti
Lalu ada harap pada ilalang – ilalang yang menggigil
Tentang wajah – wajah kita di ujung doa,

Jatinangor, 9 Desember 2008



MENCARI KAKI LANGIT


Ramadhan 1429 H atau dalam angka masehi terbilang tahun 2008 jatuh pada bulan September. Sebuah ide cemerlang terlontar dari seorang kawan, “Kita adain buka bareng yuk..”. Buka bareng adalah istilah untuk berbuka puasa bersama. Yaph.. ide yang bagus. Sudah lama pula tidak berkumpul dengan kawan-kawan dari ‘masa lalu’. Cerdas juga inisiatif yang terlontar sebagai media untuk mengeratkan tali kekerabatan (mudah-mudahan) sampai ke masa depan.

Layaknya mengadakan sebuah acara bertema September Ceria saja maka rencana pun disusun. Sebar informasi hingga disepakati waktu dan tempat. Seperti yang saya duga sebelumnya. Kehangatan pun tumpah dalam rendevous kali ini. Kesederhanaan hidangan berbuka dan absennya beberapa kawan ternyata tidak mengurangi nuansa yang terbentuk. Seperti dulu, selalu mengalir dan renyah.

Dari banyak obrolan yang tumpah. Ada beberapa tetes sepertinya menarik untuk dihangatkan menjadi ‘segelas kopi atau secangkir teh’. Saya iseng-iseng menyebutnya pencarian kaki langit. Sebenarnya bukan berupa obrolan, namun lebih kepada beberapa pertanyaan yang tersirat (paling tidak untuk diri saya sendiri). Salah satunya adalah kapan kepompong-kepompong ini akan menjadi kupu-kupu dewasa? Kuat terbang dan mengalahkan sayap-sayap camar.

Menikmati senja dipinggir pantai saya pikir anda pernah mengalaminya (kecuali anda adalah seorang warga pegunungan yang tidak mempunyai waktu luang sama sekali seumur hidup untuk duduk-duduk dipasir pantai). Harus diakui pada umumnya disini otak manusia cenderung terjebak di warna siluet jingga cakrawala dan debur ombak sore semata. Batas langit ditengah samudera adalah batas pandang semu yang kita artikan hanya realita sebuah batas yang selesai sampai disitu saja.

Baiklah.. Coba kita bertanya kepada nelayan tua yang sedang memeprbaiki sampan, ”Apakah sepanjang umur mencumbu lautan, pernahkah mencapai garis batas yang ditengah itu?”. Seorang kawan saya yang pernah bekerja di jermal atau bagan ikan (tanpa merasa tereksploitasi sebagai pekerja dibawah umur) dan sering ikut melaut bercerita, bahwa ia tidak pernah menemukan batas laut. Garis yang terlihat sebenarnya adalah jalan untuk terus berlayar dan akhirnya akan sampai kembali kepada pantai diseberang sana. Semakin kita dekati ia akan semakin menjauh.

Okeh.. kita bikin perahu..!”, seorang kawan melontarkan ide segar. Tentu saya pribadi sepakat. Seorang kawan lainnya juga pernah memberikan saya ‘wejangan’ bahwa pelaut tangguh itu lahir ditengah lautan dan bukan didalam kelas. Bahwa untuk menjadi pelaut handal kita perlu untuk mengakrabi gelombang dan badai. Bukan bermanja-manja dengan ria-riak kecil ditepian. Sip.. Disepakati hingga akhirnya perahu tercipta dan semua kawan akan bisa berlayar bersama didalamnya.

Saya memastikan semua penumpang nanti pasti bercita-cita ingin mencapai garis batas langit yang indah itu. Dimana matahari yang hangat ada disana dan bintang-bintang dimalam hari akan terlihat sangat rendah hingga sepertinya gampang untuk kita raih. Namun ditengah debur ombak yang mulai memapas dinding sampan saya berpikir, “Kapankah kita akan berusaha mendekati kaki langit itu? Didalam perahu ini kita seperti tidak pernah mendayung dan layar pun tidak pernah kita naikkan.. Saya merasa perahu ini tidak pernah menjauh dari pantai..”.

Ah.. jangan-jangan kita sudah merasa bahwa tanpa berlayarpun sebenarnya kita sudah berada di batas kaki langit yang indah itu. Sebab, bukankah ujungnya tetap merupakan sebuah pantai? Kalau iya.. kenapa juga kita harus membuat sebuah perahu?

Ketika mencoret catatan ini saya dihibur oleh Bunga Seroja-nya Amigos, Genjer-Genjer lewat suara klasik Lilis Suryani, Ebiet G. Ade, Kla Project, dan Arwana. Tidak lupa (seperti biasa) segelas kopi hitam dan beberapa batang rokok sebagai 'kawan'. Memang tidak nyambung pula saat ingatan saya malah melayang pada kisah Nabi Nuh yang membuat bahtera ditengah gurun.


Jatinangor, 10 Desember 2008
Pukul 02:19 menjelang subuh



*Terima kasih kepada Bung Hari aka. Qtink atas wejangannya pada malam itu di Jalan Burangrang..



-----------00000000----------

Minggu, 07 Desember 2008

YANG DIBUAT YANG DIDAPAT (Menabur Angin Menuai Badai)


" SAWAH "
ilustrasi oleh : (dari) komputer seorang kawan yang baik




MENABUR BENIH


Dalam sebuah istilah dikalangan para petani, maka anda yang bukan petani pun biasanya sudah mahfum mengenai apa yang disebut dengan menabur benih. Sebenarnya istilah ini juga bernama menyemai. Ketika biji-biji gabah (sebagai benih) sudah bertunas maka kemudian ia akan disemaikan dalam bentuk jumputan-jumputan kecil tunas padi. Ini nanti akan tumbuh besar dan berbuah padi yang saat masanya tiba akan dipanen. Saya termasuk anak yang senang sekali melihat tunas-tunas padi yang sudah diikat dan siap untuk disebar ditengah sawah, dulu dikampung ketika saya masih kecil. Agak susah pula saya mendeskripsikan suasana kesibukan petani saat itu, jika anda memang orang kota yang seumur hidup sama sekali belum pernah jalan-jalan kedesa pada musim tanam padi tiba.

Berkeliaran sedikit diluar dunia petani, maka istilah menabur benih pun akan mempunyai berbagai macam pasangan makna. Sepasang pengantin baru akan menabur benih dari malam pertama pengantinannya sampai si istri mengalami mual-mual tanda ia sudah ngidam. Itu menabur benih dalam pengertian genetika untuk mendapatkan keturunan. Walaupun ada juga yang menabur benih tapi tidak ingin mendapatkan anak. Maka mereka akan memakai kondom atau alat kontrasepsi lainnya. Kalau ada ‘kesalahan’, maka siap-siaplah untuk beberapa jalan keluar. Beberapa diantaranya yaitu menikahi pasangan anda, menggugurkan kandungan atau anda kabur dari tanggung jawab. Maaf.. untuk dua solusi terakhir amat sangat tidak saya sarankan. Walaupun anda akan tetap melakukan dua solusi terakhir itu, maka jangan salah; anda akan tetap menuai hasilnya pula. Suatu saat nanti.

Saya rasa, kalimat bijak yang sering dilupakan orang adalah “Setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai benih yang ia tebar”. Guru pelajaran Bahasa Indonesia saya dulu waktu SMP pernah memberitahu saya tentang peribahasa “Siapa menabur angin, maka ia akan menuai badai..”. Dulu saya langsung merinding. Ngeri, badai kok dituai. Ngapain juga.. hehehe.. Tapi saat ini saya kembali berpikir tentang peribahasa itu.

Beberapa kawan yang saya kenal baik telah terancam di DO (drop out) oleh pihak fakultas tempat mereka kuliah. Sebagian lainnya akhirnya dipindahkan keprogram lain agar mereka bisa menyelesaikan mata kuliahnya yang masih tersisa lumayan banyak. Sebab diprogram sebelumnya mereka sudah kehabisan jatah waktu maksimal untuk masa tempuh studi. Kuliah selama 14 semester alias 7 tahun dengan sukses mereka lewati tapi tak sanggup mereka akhiri dengan sebuah wisuda yang membanggakan. Konsekuensi? Ya itu tadi.. alih program.

Membaca koran Pikiran Rakyat Bandung untuk edisi musim haji ini, kita bisa melihat cerita-cerita tentang orang yang menabur benih. Bukan hanya kisah mengagumkan akan sebuah perjalanan yang mabrur. Namun ada juga kisah mengenai orang-orang yang menuai hasil kurang baik di Tanah Suci. Menurut alkisah, apapun yang dilakukan dulu akan ‘diperlihatkan kembali’ di Tanah Suci. Anda mungkin sudah mengerti itu. Maaf.. agak njelimet juga jika saya ceritakan kembali disini. Jadi saya sarankan saja anda membaca koran itu selama musim haji ini.

Pada dasarnya, segala sesuatu yang kita lakukan (setiap hari) adalah proses kita menabur benih. Hari ini anda bekerja maka nanti akan menerima hasil berupa upah atau gaji. Kalau anda tidak menerima gaji maka orang atau perusahaan yang tidak memberi anda gaji itu nanti akan menuai ‘upah’ juga dari perbuatannya ‘menganiaya’ anda dengan tidak memberikan anda upah bekerja. Baiklah sederhana saja; kita melakukan suatu kebaikan maka nanti hasil yang kita dapat adalah baik. Kita membuat suatu keburukan maka tentu saja poin yang didapat akan buruk. Sebuah proses yang adil.

Ibu saya adalah salah seorang di dunia ini yang sangat tidak suka menggunjing dan menyalahkan orang lain. Walaupun si orang tersebut sudah benar-benar salah. Seorang pejabat yang sudah jelas-jelas lalim sekali pun. Beliau selalu berkata, “Biar sajalah. Kita jangan terlalu menyalahkan dan menghujat. Kalau kita seperti itu maka nanti suatu saat kita juga akan dihujat..”.

Saya terkadang tidak sependapat dengan beliau. Si pejabat itu memang sudah seharusnya dihujat. Kita tidak sedang menabur benih untuk suatu saat nanti kita akan menuai hujatan juga. Tapi kita sedang ‘memberikan’ hasil dari apa yang pernah diperbuat oleh si pejabat itu selama ia berkuasa. Dengan kalimat lain, si pejabat itu sedang menuai hasil dari apa yang pernah ia tabur dulu. Ya salah satunya lewat hujatan dan ‘hukuman’ yang sekarang kita berikan sebagai sebuah hukuman sosial (biarpun ia bisa lolos dari hukum negara). Sesuatu yang lumrah bukan? Toh tidak ada yang pernah menyuruh ia berkuasa. Dia sendiri yang mau. Selama ia menjadi penguasa pun kita yang menggajinya lewat pajak dan hasil kekayaan negeri ini. Tapi biarpun anda setuju dengan argumen saya itu, ibu saya tidak akan pernah sepakat. Beliau lebih suka selalu ber-positive thinking. Tidak apa-apa, biarlah.. namanya juga orang tua dan tinggal dikampung. Biasanya selalu seperti itu.

Terlepas dari seluruh catatan diatas, pada intinya manusia memang akan menuai apa yang selalu dikerjakannya. Apapun dan siapapun itu. Saya menemukan sebuah ungkapan; “Tidak ada pekerjaan yang tidak akan digaji”. Semua akan mendapatkan hasil dari apa yang dilakukannya. Anda? Akan mendapatkan juga tentunya. Apapun bentuknya..



Pondok Nadin – Jatinangor, 2 Desember 2008




-----------00000000----------

Rabu, 03 Desember 2008

BOSAN : Melupakan atau Mengenang?

" Dibawa Terbang "
ilustrasi oleh : airbening21


BOSAN MENULIS


Beberapa hari belakangan ini saya tiba-tiba merasa jenuh untuk menulis ataupun mencoret-coret monitor komputer lewat adobephotosop atau corelDRAW seperti kebiasaan saya selama ini. Entahlah.. yang pasti tiba-tiba saya merasa nggak konek aja. Tapi mencari kesibukan lain untuk mengisi waktu adalah masalah baru buat saya. Ujung-ujungnya tentu bingung lagi. Nonton film atau mendengar lagu bukanlah ide yang cukup cemerlang. Cepat bosan euy.. nge-game? Maaf.. saya bukanlah gamers yang tabah dan betah.

Hal paling bodoh dan tolol yang saya lakukan kemudian adalah menumpahkan ‘curhat’ tentang kebosanan saya menulis dengan cara menulis. Itu artinya ya saya menulis lagi dong.. Menyadari itu saya kemudian merasa jadi sangat tumpul dan mandul untuk mencari solusi. Sebenarnya sih saya suka membaca. Tapi saat ini saya tidak (pernah) punya cukup dana untuk membeli buku baru yang saya inginkan. Meminjam sama teman? Tidak begitu banyak teman yang bukunya sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saya cuma ingin mengisi waktu. Itu saja.. Kalau harus baca novel setebal tembok gedung DPR saya mendingan mundur. Emangnya gw dosen..

Disini kemudian saya teringat dengan kakak saya dulu di kampung. Suatu hari ia merasa sangat sebal dengan seseorang (yang kebetulan saya kenal), masih tetangga juga. Ketika kekesalannya memuncak ia mengumpat, “Tai.. saya nggak peduli sama orang itu. Biarin ajalah.. jangan dipikirin, cuekin aja. Sekali lagi, jangan peduliin orang itu..”.

Sambil mengucapkan itu ia terus saja membicarakan kekesalannya. Bosan mendengarnya saya iseng berceloteh, “Katanya nggak akan peduli, tapi kenapa ngomongin terus?! Kalau emang nggak peduli ya udah diem, atau obrolin hal-hal yang lain.. kalau diobrolin terus berarti masih peduli dong..”. Mendengar itu kakak saya langsung diam.

Beberapa kawan saya ingin sekali (katanya sih) melupakan masa lalunya yang indah dan tragis (campur-campur). Mereka kemudian meminta saya untuk mengedit beberapa photo kekasihnya itu. Ada juga yang meminta dibuatkan film pendek sejenis klip dengan memakai slide dari photo-photo koleksi ‘masa lalunya’ itu. Menurut saya ini adalah orang paling gila. Bagaimana bisa lupa jika pada prakteknya mereka justru melakukan sesuatu untuk mengenang. Pada akhirnya percuma juga sumpahnya untuk melupakan itu diucapkan lewat bibirnya yang getir dan kelu.

Seorang kawan dekat saya ketika sedang berada di Jogjakarta pada suatu malam mengirim SMS. Saya menduga ia mengirimkan saya SMS sambil minum dan mabuk (mungkin di Malioboro atau dipinggir jalan lainnya). Disitu ia mengatakan bahwa minum dan mabuk itu bukanlah media untuk melupakan sesuatu (mantan pacar atau kecengan misalnya), tapi minum dan mabuk adalah media untuk mengenang. Dengan itu maka tiap tetes yang dinikmati menjadi punya makna. Oh shit.. mengapa tiba-tiba ia menjadi begitu cerdas dengan pikiran seperti itu. Mungkin nanti saya akan memberikan ia saran untuk mengerjakan Laporan Tugas Akhirnya-nya sambil mabuk saja. Tidak apa-apa kalau dengan cara itu ia menjadi lebih brilian dan bersemangat. Dari pada kondisi normal tapi mentok. Kapan lulus kuliahnya kalau begitu.. iya kan?! Hehehe saya cukup cerdas juga nih..

Terlalu banyak contoh disekitar kita. Dari presiden, politikus, anggota dewan, tokoh masyarakat, kiyai, rampok, garong dan lain sebagainya. Copet teriak copet pun terjadi. Saya pun yakin, kita juga sering melakukan hal bodoh itu. Niatnya tidak ingin melakukan dan menjauhi hal itu tapi malah kita lakukan (dengan atau tanpa sadar). Bersumpah untuk melupakan tapi malah terjebak dalam lamunan panjang yang penuh romantisme syahdu tai kucing. Macam betul saja.. Itu seperti seorang maling atau perampok yang melarikan diri dari penjara Polresta Bandung Timur dan memutuskan untuk bersembunyi di penjara Polresta Bandung Tengah. Ya sama aja bego..

Sudahlah.. rokok sudah habis dan sisa kopi pun sudah dingin. Waktu telah menujukkan pukul 04.13 subuh. Saya ingin menikmati adzan subuh dulu dan kemudian tidur.. istirahat.. ngantuk juga..


Pondok Nadin – Jatinangor, 30 November 2008


* Terimakasih buat kawan saya Ajat AXL atas SMS-nya pada malam yang fana itu.. Semoga cepat lulus kawan, sehingga cepat pula kau bisa melamar gadis pujannmu itu..



----------00000---------

Selasa, 25 November 2008

Lingkungan VS Kekasih

gambar / ilustrasi diperankan oleh model :
si Dela yang cerewet


MENCINTAI LINGKUNGAN
(seperti mencintai kekasih..)



Intro 1

Seorang kawan saya memang harus diakui, bahwa ia harus dimasukkan ke dalam kelompok manusia pemaaf dan penyabar. Tidak gampang meledak dan berkobar-kobar. Senantiasa berkepala dingin dan relatif tenang dalam menyikapi segala masalah yang datang. Sepertinya suatu saat nanti ia lebih cocok untuk menjadi seorang ustadz (semacam Syaikh Puji dan lain-lainnya), daripada menjadi seorang pegawai negeri dilingkungan kecamatan atau pemda kabupaten.

Jadi bisa dimaklumi kalau saya kemudian jadi agak kaget ketika suatu malam ia marah-marah sambil (sedikit) mengutuk-ngutuk seseorang yang saya tidak kenal. Setelah ditanya barulah saya tahu alasannya. Seseorang beberapa hari belakangan ini suka mengirim SMS ‘tidak jelas’ kepada pacarnya. Mungkin seseorang yang sedang menyukai pacar kawan saya atau juga orang iseng yang nggak ada kerjaan. Saya perhatikan isi SMS-nya. Rupanya memang harus dikategorikan dalam kelompok SMS iseng. Merasa tidak nyaman (atau nggak suka) si cewek akhirnya lapor kepada pacarnya. Entahlah.. kalau seandainya si cewek juga suka sama si pengirim SMS. Apakah ia akan lapor juga? Mana saya tahu.. Tapi saya curiga si cewek udah kenal sama si pengirim SMS. Sepertinya..

Tapi sebenarnya sih hal seperti itu mah bukan sesuatu yang heboh banget. Saya pikir kawan saya itu juga pasti pernah melakukan hal yang sama. Saya sendiri juga sering menerima SMS iseng, saya cuekin aja. Namanya juga iseng hahaha.. Kalau ingin ‘aman’ sih, ya jangan pakai HP dan jangan bergaul sama sekali. Diam saja dikamar dan jangan berhubungan dengan manusia lain kecuali dengan pacarnya sendiri. Hehehe.. selesai perkara..


Intro 2

Seorang kawan yang lain pada suatu malam yang dingin datang tergopoh-gopoh menemui saya. Ia bermaksud meminta bantuan untuk diantarkan ke dokter. Sekilas saya perhatikan tidak ada yang aneh dengan kondisi kawan yang satu ini. Biasa-biasa saja dan terlihat sehat.

Ke dokter mau ngapain? Kayak yang sehat-sehat aja.. emang siapa yang sakit?”, saya mencoba untuk memastikan rasa penasaran.

Dengan mimik yang serius kawan saya menjawab, “Bukan saya.. cewek saya yang sakit. Demamnya tambah tinggi, kayaknya dia kena malaria. Kemarin malam malah ngigau terus. Saya khawatir nanti malah kenapa-kenapa.. ayo dong anterin bawa dia ke dokter..”.

Wah..wah.. bahaya juga tuh, ayo.. mau sekarang langsung? Orang tuanya udah dikasih tau belum”. Saya mencoba menenangkan kawan saya ini sambil sedikit bercanda, “kok tau dia ngigau? Emangnya ente tidur bareng dia..? hehehe..”.

Dengan sedikit senyum garing kawan itu menukas, “Eits.. ngaco, ya nggaklah.. emang kayak yang lain, tinggal satu kamar ngekost berdua. Ketauan ortu bisa dipenggal kita punya leher hehehe.. Teman satu kostnya yang ngasih tau. Orang tuanya belum saya kabarin. Biar saya aja yang urus dia dulu...”.

Cepat saya potong, “…Trus kalo nanti kenapa-kenapa? Siapa yang tanggung jawab? Ini masalah nggak sepele loh.. masalah orang sakit dan masih dalam tanggung jawab orang tuanya. Emang ente suaminya?! Cuma pacar doang kaleee.. jadi takut nih..”.

Kawan itu jadi nggak sabaran, “Alaaaahh.. banyak omong, udahlah.. itu masalah nanti, sekarang ente mau bantuin nggak??”.

Oke..oke.. ya udah atuh.. ayo berangkat!”, saya nyengir. Malas debat masalah yang kayak begini. Dimana-mana seorang pacar itu selalu merasa lebih berhak dan lebih merasa sok ingin bertanggung jawab ketimbang orang tua pacarnya sendiri. Padahal negara dan agama nggak pernah mengatur hak dan kewajiban orang pacaran. Tapi manusia aja yang terlalu berlebihan. Kebanyakan nonton sinetron kali ya.. hehehe.. masa bodolah..


*********


Dua kasus diatas adalah masalah biasa (sudah dianggap lazim) dalam sudut pandang kehidupan sekarang. Seorang pacar yang sangat cemburuan (protektif) dan terkadang terlalu menonjolkan hal yang berlebihan dalam kapasitas hubungannya. Baik dan sah-sah saja membantu orang lain (apabila itu kita anggap bagian dari konteks hubungan sosial antar sesama manusia). Tapi kalau perhatian dan ‘kebaikan’ itu hanya sebatas untuk orang-orang tertentu saja, semisal pacar, maka menurut saya menjadi aneh. Kalau pacar saya melakukan kejahatan, yang repot nanti juga siapa yang harus ikut berurusan dengan kepolisian atau Tuhan misalnya? Tentu saja orang tuanya, atau suaminya jika ia sudah menikah. Pacar? Hhmmm.. entahlah.. hehehe..

Berbicara tentang mencintai dan dicintai, saya jadi ingat ketika suatu malam sendirian nongkrong dipinggir jalan. Berteduh diemperan tukang photocopy menunggu hujan reda. Guyuran air dari langit yang mencurah deras telah membuat jalan raya didepan saya sekilas mirip sungai besar. Air cokelat dengan begitu leluasanya mengalir diatas jalan membawa kerikil dan bermacam-macam sampah. Saya tertawa kecil (sendiri saja). Ada yang aneh, bukankah air itu mengalir di selokan atau sungai? Ini kok mengalir dijalan. Lha.. selokan atau drainasenya kemana?

Saya tahu pasti. Disisi jalan itu ada saluran air yang cukup lebar. Air yang datang mengalir deras itu datang dari bagian yang agak tinggi. Aahhh… sampah pasti telah menyumbat saluran air dan banyak bagian saluran yang telah tersumpal berbagai macam material. Tidak ada yang perduli dan terlihat bertanya, “kenapa kok air nggak masuk selokan dan apakah nanti tidak akan banjir?”. Air mengalir karena tidak ada pohon-pohon yang menampung lewat akar-akarnya yang perkasa. Tidak ada yang perduli dan terlihat bertanya, “kenapa kok air kayak yang menghantam jalan dan apakah nanti tidak akan banjir?”.

Saat ini manusia memposisikan lingkungan seperti seorang budak belian zaman jahiliyah. Boleh disiksa dan dipakai sesukanya. Ngapain juga dicintai?! Lingkungan sakit buat apa diperduliin. Lingkungan dirusak tangan-tangan jahil buat apa dicemburuin. Toh lingkungan itu bukanlah kekasih saya, ia cuma budak. Saya berhak untuk menyakiti dan merusaknya. Tapi saya tidak punya kewajiban untuk menjaga, merawat dan mencintainya sepenuh hati.

Bah… saya jadi pusing. Saya ngeri aja kalau nanti suatu saat lingkungan ngambek. Banjir menghantam, air bersih lenyap, suhu udara memanas sehingga gampang terjadi kebakaran, sampah merajalela dan penyakit dimana-mana. Saya khawatir jika suatu saat nanti saya punya pacar (manusia beneran), kemudian lingkungan cemburu dengan pacar saya. Ia akan mengeringkan sumuir-sumur penduduk dan membuat pohon-pohon meranggas. Terlalu mahal konsekuensi yangt harus saya bayar. Waduh…

Aku memimpikan sungai yang bersih dan selokan yang terbebas dari tumpukan sampah yang menyumbat. Sampah yang dibuang dan diurus sebagaimana mestinya. Pohon-pohon yang rindang. Udara untuk bernafas yang bersih dari berbagai macam polusi.

Jika.. ya jika saja, semua orang memposisikan lingkungan seperti kekasihnya sendiri. Ia tentu akan cemburu melihat lingkungan dijahilin. Ia pasti akan marah melihat lingkungan disakiti dan dirusak. Ia selalu akan menjaga dan merawat lingkungan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab yang tinggi. Ia akan mencintai dan menyayangi lingkungan selayaknya seorang kekasih yang ia puja-puja.

Jika.. ya jika saja..


Jatinangor, 24 November 2008



----------000000000----------

PUISI : Pada Suatu Musim dan curhat aja

gambar / ilustrasi oleh sendiri aja


PADA SUATU MUSIM


Rinduku pada Dewi Anjani 1) adalah alunan seruling batang padi
yang membelah lembah
Rinduku pada Putri Mandalike 2) adalah hembusan angin laut
yang menderu-deru

Hari ini aku melihat hujan
Teringatlah aku akan sungai di batas desa ..
Seberapa besarkah airnya mengalir?
Siapa saja kawan sekarang yang sedang memancing?
Di kota ada kawan bercerita bahwa jalan-jalan telah berubah jadi bengawan
Lalu orang-orang berlomba mencari ikan diruang tamu dan dihalaman rumah
Aaahhhh .. Seperti orang gila mencari daging segar ditempat pembuangan sampah
Tapi entahlah, jika tadi malam ada yang kena jatah dimutilasi

Hari ini aku mendengar tentang geliat lumpur masih saja menyiksa ujung timur Jawa
Teringatlah aku akan sawah dibelakang rumah ..
Heeeeiii .. Siapa sekarang yang sedang membajak?
Seberapa banyak nanti padi bisa kita panen?
Tapi jangan lupa .. Setelah bulir-bulir beras kita simpan dilumbung
Marilah kita mengayuh perahu tua ini menantang samudera
Lupakan saja harga bahan bakar yang terus mencabik-cabik buritan sampan
Tenaga kita masih sangat perkasa untuk mendayung sampai diujung gelombang
Memuncratkan mimpi-mimpi tentang kematian para pelaut dimasa lalu
Satu purnama saja tahanlah rindu buat atap rumah kita
Sambil menebar jala pada camar-camar nanti kita bisa bercerita
Bahwa darat dan laut adalah cinta kita pada hujan dan kemarau

Hari ini aku melihat gadis-gadis berdandan seperti turis bule
Teringatlah aku akan para dedare 3) dan mantan pacarku dikampung ..
Seramai apakah sekarang jika malam mereka mengaji di santren? 4)
Hohoho .. Siapakah sekarang yang paling kuat menjinjing air dikepala?
Jika aku melempar sesenggak 5) cepat kau balas yang mesra

Aaahhh .. Aku sudah mulai lupa.. Karena tadi malam aku hampir saja menabrak pelacur berbanderol 20 ribuan disimpang jalan
Kasihan.. Ia terlalu ketakutan, tergesa-gesa ia melihat serombongan Satpol PP seperti malaikat maut yang hadir untuk mengadili kemaluannya
Ingin sekali aku berteriak ditelinga para penjaga ketertiban dan moral itu

Suruh mereka berhenti lalu berilah mereka makanan dan jaminan pekerjaan..!! Adililah kemaluan orang-orang pintar yang mengumbar bejat dikolong meja. Juga pemuda gadis belia yang mewakili zaman globalisasi hanya sebatas urat farji..

Sambil mengingat mantan pacar aku malah muntah digelas tuak..
Lupa.. bahwa aku sendiri juga bejat. Sial … !!

Pada suatu musim..
Buaian desah semilir gugur mayang
6) memberikan sebuah inspirasi
Aku harus menyusun rencana
Siang ini aku mau mencari singkong di montong
7)
Dan sehabis ashar memetik mangga dirumah paman
Semua itu untuk oleh-oleh waktu apel nanti di malam minggu,

Sungguh.. saat ini aku tiba-tiba ingat ibu dirumah!


(Bandung, November 2008)


1) Cerita legenda rakyat Lombok tentang putri di gunung Rinjani
2) Cerita legenda rakyat Lombok tentang putri di pantai selatan Lombok
3) Gadis / perawan (bahasa Sasak)
4) Langgar / surau / mushola (bahasa Sasak)
5) Pantun (bahasa Sasak)
6) Lagu dari daerah Lombok
7) Ladang yang berbentuk bukit kecil, biasanya terletak ditengah persawahan dan biasanya juga digunakan sebagai lahan menanam singkong / ubi (bahasa Sasak)



Dari airbening21:

Untuk puisi PADA SUATU MUSIM, sebenarnya pernah diposting dengan judul yang sama dan isi yang lebih ringkas. Pada kali ini mengalami proses editing dengan menambahkan beberapa larik untuk menceritakan makna yang mungkin lebih luas lagi. Pernah dibacakan pada acara Parade Seniman Gadungan di Fikom UNPAD Jatinangor tanggal 20 November 2008.





SEBUAH CERITA DARI TANAH KERING


Gerimis hari itu menyapa singkat
Hei.. Apa kabar?
Sebelumnya sempat juga terlihat mendung syahdu
Yang melambaikan janji bulir-bulir bening mencurah
Tanah retak pun menyambut sapa
Dengan alunan syair debu dan deraian daun gugur yang bercerita
Ada harap ..
Gerimis akan melanjutkan tariannya
Dengan guyuran kisah hujan yang menggenang
Tapi gerimis tak pernah jadi hujan
Rinai yang hadir hanya sekedar melepas basah yang fana
Lalu hari itu pun sama saja dengan hari-hari kemarin ..


Bogor, 10 November 2008


------------000000000--------------


Kamis, 20 November 2008

FROM JATINANGOR TO CISALAK - SUBANG WITH LOVE


AYO KE SUBANG LEWAT RANCAKALONG


Jalur menuju ke Subang dari arah Sumedang (Tanjungsari) salah satunya adalah melalui daerah Rancakalong. Dengan jalan yang relatif kecil namun beraspal cukup bagus. Sepanjang jalan ini menampilkan panorama khas Jawa Barat pada umumnya.

Melewati punggung-punggung perbukitan kita akan disuguhi suasana alam pedesaan dengan hamparan sawah dan kebun yang rindang. Cuaca agak dingin akan kita jumpai setelah melewati Rancakalong. Menurut seorang kawan, daerah ini bernama Leuweung Tiis. Dari namanya saja yang kalau di Indonesiakan berarti hutan yang dingin, maka anda pasti sudah mengerti. Saya rasa ini adalah trek puncak dari tanjakan diketinggian. Suasana hutan yang masih rimbun banyak pula kita temui disepanjang perjalanan.

Anda jangan berpikir sepanjang perjalanan akan sepi dan menyeramkan. Sudah dua kali saya berkunjung dan perjalanan cukup ramai tentunya. Sebagai salah satu jalur alternatif dari Sumedang ke Jakarta via Subang, maka jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan roda empat. Warung-warung sebagai tempat peristirahatan juga akan banyak kita jumpai disepanjang jalan. Jarak tempuh dari pertigaan Citali (Sumedang – Bandung) ke Subang sekitar satu sampai satu setengah jam. Dalam kondisi tertentu mungkin mendekati angka dua jam saja.

Namun jangan terlalu lengah. Banyaknya tikungan dengan pembatas jalan yang sangat minim, akan membuat kita harus ekstra hati-hati. Perhatian Pemerintah Jawa Barat khususnya Pemda Subang dan Pemda Sumedang sepertinya belum menjadikan sepanjang jalan cantik ini sebagai skala prioritas bersama yang mesti disegerakan. Jadi, dengan tetap konsentrasi mari nikmati saja pemandangannya. Untuk kecepatan, berdasarkan pengalaman maka saya menyarankan maksimal sekitar 60 km/jam untuk sepeda motor dan 40 km/jam untuk mobil. Setelah melewati Cisalak mungkin anda bisa lebih cepat lagi karena jalan sudah lurus dan agak lebar.

Sekitar duapuluh atau tigapuluh menit sebelum masuk Kota Subang, kita akan melewati daerah bernama Cisalak. Tidak ada pohon salak yang terlihat bergerombol sehingga daerah ini disebut Cisalak. Walaupun ada mungkin tidak begitu banyak atau saya yang kurang informasi. Tapi, kecamatan yang satu ini merupakan salah satu tempat sumber mata air yang dikelola oleh PT. Aqua. Kondisi air yang jernih menjadikan daerah Cisalak cukup sejuk. Air yang mengalir di sungai sepanjang tahun dari mata air dihutan sekitarnya akan cocok buat kita untuk berphoto-photo ria.

Selain itu hamparan kebun teh dengan buah-buahan khas Subang yaitu Nanas yang dijajakan dipinggir jalan dengan harga murah, menjadikan jalur dan daerah ini sebagai salah satu prospek wisata seperti Puncak (Bogor) dan Lembang dimasa depan. Tentu saja dengan tetap menjaga keasrian dan kealamian lingkungannya. Sip..


Jatinangor, 19 November 2008



------------00000000-----------

Senin, 17 November 2008

PUISI : Tentang IduL Fitri 1429 H.

puisi - puisi karya Sang Penari Air
(id: FW)



PERMOHONAN MAAF

Begitu banyak perbuatan yang ku lakukan
Untuk mencari keridhaan-Mu
Dari hal yang kecil hingga hal yang besar
Ku jalani dengan penuh kesungguhan

Begitu banyak ujian yang kuhadapi
Hingga hal yang dilarang pun kujalani
Aku bersujud .. Memohon pada-Mu
Dengan setulus permintaan maafku

Di negeri-Mu.. Inilah permohonan ampunku
Sebening embun pagi yang membasahi bumi
Sedalam lautan yang Engkau ciptakan
Dan seikhlas sujudku saat menyembah-Mu

Tiada pemberian terindah
Selain kata maaf
Tiada perbuatan termulia
Selain memaafkan ..

“ Selamat Hari Raya Idul Fitri
Dari nurani untuk seisi bumi.. “

Bandung, 30 Ramadhan 1429 H.



FITRI INI UNTUK SEMUA

Akhirnya bulan nan agung pun melepas salam pamit
Di pipi selalu saja ada buliran air mengalir
Menggenapkan langkah menjemput lembar yang suci
Kegembiraan kemudian menggelayut ditiap detak hati

Hasrat ini telah memberi warna bagai pelangi
Yang terlahir dari tiap-tiap jiwa
Kegembiraan ini bukanlah pukulan paku
Melainkan untaian tarian air
Yang memahat batu-batu dengan sempurna
Dan memberi kesejukan bagi yang merasakannya
Fitri ini biarkan menjadi fitri untuk kita semua ..

Bandung, 1 Syawal 1429 H.



MENYAMBUT HARI KEAGUNGAN

Awal malam telah dimulai dalam musik Ilahi
Yang membenamkan matahari
Pada himne yang khusyuk pada kegelapan yang pekat
Gema takbir pun dikumandangkan

Alunan Asma Agung yang mengusik kalbu
Bertalu-talu menghidupkan panca indera yang bisu
Hingga esok mentari menyambutnya
Dengan senyuman yang hangat

Bila hari fitri mendekap bumi
Maka biarkan menangis hati ini
Mereka-reka kembali apa yang telah dijalani
Dalam hari-hari yang terkadang tak pernah aku mengerti,

Bandung, 1 Syawal 1429 H.




* dari airbening21: Terima kasih untuk sumbangan puisinya ..


-------------000000000------------

Sabtu, 01 November 2008

Curhat Kunang – Kunang


Rata PenuhSemua Orang Kecuali Dia


Simaklah diam-diam ..

Semua orang silih berganti menanyakan kabar tentang aku. Tapi ada yang tidak pernah (lagi) menanyakan kabar tentang aku, yaitu orang yang selalu kutanyakan kabarnya…

Semua orang mengirimkan aku SMS bercerita tentang hari-harinya. Tapi ada yang tidak pernah (lagi) mengirimkan aku SMS, yaitu orang yang selalu kukirimkan SMS…

Semua orang (sepertinya) rindu kepadaku. Tapi ada yang (sepertinya) tidak (lagi) rindu kepadaku, yaitu orang yang selalu kurindukan…

Semua orang ketika tidur akan ‘mengikutkan’ aku dalam mimpinya. Tapi ada yang tidak pernah (lagi) memimpikan aku, yaitu orang yang ketika aku tidur sering kuimpikan…

Semua orang mencintai aku. Tapi ada yang (sepertinya) tidak (lagi) mencintai aku, yaitu orang yang aku cintai…

Hidup itu harus berani..”, seorang kawan menghakimiku. Yah.. aku berani dan pemberani. Aku berani berjuang dan berani bermimpi..


(Bandung, 28 Oktober 2008 – ketika Hari Sumpah Pemuda)


PROLOG (kesiangan)
Monolog diatas adalah kata hati seekor kunang-kunang pada suatu malam yang basah. Itu bisa direkam oleh voice detector canggih yang terbaru keluaran PT. Dirgantara Indonesia. Begitulah kira-kira kurang lebihnya mah..




-----------000000----------

Kamis, 23 Oktober 2008

ROMANSA EMBUN


Aku Harus Datang
(tentang setangkai mawar dan sebaris pesan yang dulu..)


Mungkin sebuah penghayatan yang begitu panjang jika aku kemudian selalu saja terpikir. Mungkin sebuah renungan yang begitu dalam jika aku kemudian selalu saja merasa gelisah. Setangkai mawar dan sebaris pesan dulu ku titip lewat embun dan cahaya bintang yang (mungkin) masih tergeletak.. Sepertinya sampai sekarang masih saja tersangkut di luar jendela kamar. Aku tidak ingin setangkai mawar menjadi layu. Aku tidak mau sebaris pesan menjadi buram. Aku selalu teringat. Kesalahan aku meninggalkan ia disana. Mungkin ia setiap malam kedinginan. Gimana ya kabarnya sekarang? Maafkan aku.. Dulu aku berpikir ia akan dijaga dan dirawat dengan baik. Tapi sampai sekarang aku belum mendengar sama sekali kabar tentangnya. Mungkin nanti aku sendiri yang harus datang kesana untuk mengetahui keadaannya. Yah.. aku harus datang dan mengetuk pintu dengan tanganku sendiri..

***************

Disudut malam dua kunang-kunang saling bercerita.

Kunang 1 memberikan pandangannya, “Memang seperti itu alurnya. Saat kita mencintai maka perjalanannya adalah perjalanan kita, cerita tentangnya adalah cerita tentang kita juga. Aku adalah dia dan dia adalah aku. Sebuah asa yang bersatu dalam gerimis dan tarian air..”.

Lalu untuk mewujudkan asa itu apa yang engkau lakukan?” Kunang 2 bertanya lirih.

Sambil menghela nafas Kunang 1 menjawab, “Mengejar matahari saat pagi tiba dan menunggu bulan ketika senja telah datang..”.


Jatinangor, 22 Oktober 2008


----------000000000----------

RENUNGAN Pkl. 05.30 PAGI dan SELARIK PESAN



Penjahat Kelamin



Di dunia yang fana ini –khususnya Indonesia- terlalu banyak sebutan atau istilah yang berlaku sebagai bahasa yang seolah-olah formal atawa resmi. Semua dibuat-buat sekehendak hati saja. Untuk hal itu anda tidak perlu sekolah di jurusan Sastra Indonesia atau Sastra Papua Nugini, anda karang-karang aja sendiri dan sering-seringlah sebut istilah ciptaan anda itu di muka umum. Cari sedikit-sedikit momen yang pas, maka besar kemungkinan ‘bahasa’ kreasi anda akan jadi ‘bahasa nasional’. Ya paling tidak dikalangan tetangga atau teman dekat anda.

Begitupun dengan singkatan. Selalu saja dipelesetkan. Seperti judul tulisan ini yang saya dapat entah kapan saya sudah lupa lagi. Anda jangan berfantasi atau mengkhayal yang macam-macam kalau saya akhirnya membicarakan istilah PENJAHAT KELAMIN. Buang jauh-jauh isi otak kotor anda. Simpan rapat-rapat pikiran ngeres anda. Sebab yang akan saya rumpiin disini teh tebih pisan tina unsur-unsur nu kararitu patut.. Ieu mah leres, sanes heureuy.. Namun untuk menyamakan tingkat intelektual dan pengetahuan kita, saya ingin bertanya dulu kepada anda. Apakah anda tahu arti kata PENJAHAT? Anda paham apa yang dimaksud dengan KELAMIN? Saya berharap anda tidak terlalu tolol dan idiot untuk sama sekali tidak mengerti. Jika anda sudah tahu ya sudah, cukup..

Walaupun banyak (telah menjadi ‘kosakata’ umum) orang telah se-ia se-kata jika istilah penjahat kelamin itu ditujukan untuk para laki-laki yang doyan mengumbar hawa nafsu bejatnya dengan segala macam perempuan (yang mau menjadi penampung bejat yang diumbar). Tapi pernahkah terpikir oleh anda jika istilah penjahat kelamin bagi sebagian manusia lainnya itu berkonotasi berbeda? Nggak percaya? Coba tanya sama anak kecil yang habis di sunat, “Penjahat kelamin itu siapa saja sih?”. Dengan penuh dendam yang membara dan berapi-api mereka akan menjawab lantang, MANTRI PUSKESMAS dan DUKUN SUNAT…!!”.

Saat ini istilah penjahat kelamin sering disingkat menjadi PK. Untunglah waktu dulu menjadi panitia Ospek di kampus, saya masuk di Departemen Logistik dan tidak terpikir sama sekali untuk bergabung di Departemen Pembimbing Kelompok. Why? Sebab mungkin nanti kemudian saya akan merasa sebal sendiri. Mengetahui diri saya menjadi anggota Departemen PK. Tapi, sebenarnya singkatan PK itu tidak hanya sama dengan salah satu bagian dari kepanitiaan Ospek di kampus saya saja. Banyak hal lain yang lebih hebat menyandang singkatan yang sama dengan (P)enjahat (K)elamin.

Beberapa diantaranya;
  1. Sebelum berkamuflase menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), maka ketika pertama kali dibentuk nama organisasi politik (dan katanya dakwah juga) ini adalah Partai Keadilan (tanpa Sejahtera). Biasa disingkat PK.
  2. Jika dalam suatu kasus anda kalah dipengadilan, anda bisa menjadi menang (atau paling tidak vonis hukuman jadi berkurang) dengan cara mengajukan PK (Peninjauan Kembali). Tidak selalu harus berbalik anda jadi pemenang, tapi setidaknya anda kemudian menjadi punya sebuah peluang.
  3. Jika anda menjadi mahasiswa Diploma 3 Fikom Unpad, maka anda akan mengetahui bahwa dalam struktur pengelola Diploma 3 dibawah Dekanat itu ada posisi atau jabatan yang dibawahi oleh Ketua Program. Sebuah jabatan yang ‘bergelar’ PK. Seperti PK 1, PK 2, PK 3. PK disini merupakan singkatan dari Pembantu Ketua (1, 2, 3).
  4. Dulu pada masa Orde Baru, nama Departemen Pendidikan Nasional adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kalau disingkat menjadi Departemen P dan K (rada mirip dikitlah hehehe..).
  5. Ibu-ibu di tingkat desa atau kelurahan sampai dengan tingkat provinsi bergabung dalam kegiatan PKK. Hhhhhmmm.. ini mah mulai nggak nyambung, tapi nggak apa-apalah.. heu..heu.. maksa dikit hehe...
  6. Kalau anda ‘ditinggal pergi’ oleh seseorang yang sangat anda sayangi dan cintai, kemudian anda ingin ‘bersama’ kembali. Maka salah satu caranya adalah anda melakukan PK (Pendekatan Kembali.. oouugghhh..).
  7. Dan mungkin masih banyak lagi PK-PK yang lainnya. Anda sendiri (mungkin) juga punya data-data lain yang berhubungan dengan PK itu. Coba diingat-ingat..

Corat coret saya kali ini memang terlihat agak ngelantur dan terkesan kurang kerjaan banget. Namun sebenarnya saya hanya ingin mengajak semua yang membaca tulisan ini untuk sekali-sekali (kalau kebetulan anda sedang nyantai tidak ada kerjaan) mencoba melihat suatu hal dari sisi dan makna yang berbeda. Dian Sastro Wardoyo atau Luna Maya kalau kita ganti namanya menjadi Maemunah dan Suharti, lalu dua makhluk itu kita lihat dari belakang (punggungnya) apakah akan tetap sama wujud dan persepsi kita bahwa itu adalah tetap Dian Sastro Wardoyo atau Luna Maya? Mungkin tiap orang punya pendapat berbeda. Jadi mari sekali waktu kita ‘bercanda’ dengan sesuatu yang aneh hehehehe..

Selarik pesan ..
Mengakhiri celoteh tidak bermanfaat saya kali ini, saya hanya ingin menitip pesan kepada seluruh kaum wanita yang secara kodratnya saya kasihi (ini serius loh). Jagalah diri kalian sebaik mungkin. Pelihara kelakuan dan tingkah laku serta tutur kata kalian dengan sebaik-baiknya. Sopan dalam bersikap dan santun dalam berpakaian. Percayalah.. begitu banyak ‘binatang buas’ diluar sana yang senantiasa ‘mengincar’ kalian. Para PK (asli) yang terkadang gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan masa depan dan kehidupan kalian. Persiapkan diri karena suami-suami dan anak-anak kalian dimasa depan menanti kalian dengan segala rasa cinta dan kasih sayang yang dalam akan belaian seorang ibu yang baik. Oke.. mmmmuuuaaacchhh.. God Bless You..


Jatinangor, 21 Oktober 2008


--------ooooo--------

Minggu, 12 Oktober 2008

Welcomeback :)


Memulai sebuah episode adalah menapak sebuah langkah. Untuk ribuan atau jutaan langkah kedepan. Mungkin kita mengulang atau memulai, namun yang pasti sebuah spirit yang datang (lagi) mesti dijadikan dorongan untuk kita terus menjadi lebih baik. Terima kasih .. Akhirnya kita berjumpa kembali .. Tegurlah bila aku salah .. Ingatkan bila aku lupa ..

Mari kita menari dan beraktifitas kembali. Cerita tentang perjalanan *bukanlah pukulan kepada paku, melainkan untaian tarian air yang memahat batu-batu .. Special Thanks to LittLe AngeL ..


*petikan puisi "FITRI INI UNTUK SEMUA"


Jatinangor, 12 Oktober 2008

Minggu, 21 September 2008

TERIMA KASIH dan SAMPAI JUMPA LAGI ..

MOHON MAAF UNTUK SEMENTARA ISTIRAHAT ..



Seseorang bertanya, "..Jika hari ini adalah hari mencintai dan membenci sedunia, maka apa yang ingin kamu benci dan cintai..?".

Tidak perlu lama aku merenung karena aku langsung menjawab dengan masing-masing dua hal, "Aku ingin membenci segala kegagalan dan membenci segala hal yang membuat aku dibenci.. Lalu aku juga ingin mencintai sebuah kesempatan dan mencintai dirimu dua kali..".

Ini adalah posting aku yang terakhir untuk sementara ini. Entah kapan aku bisa mem-posting lagi sebuah tulisan. Mohon ada yang bisa memberikan aku alasan kenapa aku harus menulis lagi..

Terima kasih.. Aku sendiri berharap dapat kembali 'bersetubuh' sesegera mungkin dengan blog yang sebenarnya sangat aku cintai ini.. mudah-mudahan saja.. amin!

Mohon maaf untuk segala kekhilafan.. Sampai jumpa lagi ..



-------OOOOOO-------

de Javu


* FATWA PUJANGGA
de Javu Bersama Sebuah Lagu Lama



“.. Telah kuterima / suratmu nan lalu .. / penuh sanjungan kata merayu / syair dan pantun tersusun indah .. sayang / bagaikan sabda fatwa pujangga … / …..”.
(Fatwa Pujangga)


Sudah lama sekali saya mendengar dan tahu lagu itu. Fatwa Pujangga judulnya. Entah kenapa saya suka. Mungkin sama dengan kegemaran saya juga untuk mendengarkan lagu-lagu nostalgia lainnya. Saya terkadang merasa aneh dengan diri saya sendiri. Hobi saya dengan lagu-lagu lama, keroncong, lagu atau musik daerah dan yang (dikatakan orang) kuno-kuno lainnya. Kesederhanaan musik dan kejujuran blak-blakan syair yang apa adanya (mungkin) membuat saya begitu gandrung untuk mendengarkannya, sambil sesekali juga mendendangkannya. Walaupun suara saya pas-pasan tapi biarlah, toh saya bernyanyi untuk diri saya sendiri.

“..Telah lama kau tinggal sayang / Telah lama kau pergi sayang / Ingatkan kau pada diriku.. yang rindu padamu…. / ..”.
(Dalam Kerinduan)

Banyak lagu jadul atau jebod yang saya hafal liriknya. Saya menghafalnya juga tidak pernah niat banget. Dengar-dengar sedikit dan besok lusa sudah bisa saya senandungkan walau cuma sedikit-sedikit. Hehehhehe.. aneh juga, tapi begitulah adanya.

“.. Aku pulang dari rantau.. / Bertahun-tahun di negeri orang / Oh.. Malaysia../…
Reff: .. Kekasih hatiku/ Pun telah pula hilang / Hilang tiada pesan / Aduhai sayang../ Cinta hampa.. Hidupku pun merana ../ ..”. (Semalam Di Malaysia)

Kalau lagi sendiri malam-malam, terkadang saya sering mengkhayal (selain melamunkan ‘malaikat kecil’ andai saja dia mau ‘menemaniku’ malam-malam). Saya ingin membikin sebuah tempat, mungkin sejenis kafe (atau apapunlah namanya..) dengan taman yang asri. Lokasinya ada dua, yang pertama di daerah pegunungan yang sejuk (mengingatkan saya pada sebuah tempat, aagghhh..). Kemudian yang kedua dipinggir pantai. Disini, musik yang diperdengarkan adalah khusus lagu-lagu jadul saja. Tidak ada tempat buat lagu-lagu modern semacam Peterpan, Nidji, Radja, dan segala kawan-kawannya. Kenapa? Karena sudah banyak tempat yang memutar lagu-lagu mereka. Ditempat (yang saya khayalkan..) ini paling modern lagu yang diputar adalah Ebiet G. Ade, Broery Marantika atau Chrisye. Edun yah heu..heu..

Reff: “.. Tiap sore kunantikan / Disimpang tiga titian.. / Dengan debar kasih sayang / Kata Mesra Pengharapan.. / .. Tapi apalah sebabnya / Tiada kabar berita / Tujuh senja kunantikan / Namun dikau tiada datang ../.. “. (Diambang Sore – Amigos)

Yah.. begitulah .. Lirik yang saya rasa sangat ‘telanjang’. Tidak bertele-tele dengan segudang retorika rayuan gombal. Musik dan liriknya mengalir saja. Jiwanya adalah alam bebas. Kolaborasi antara manusia dengan alam sekitarnya bersama segala suasana yang sering kita jumpai sehari-hari. Namun tidak jarang pula kita akan disuguhi sebuah keteguhan dalam keikhlasan yang dalam. Tipikal pengembara kelana.

“… Bila suatu hari / Dia membuat kecewa dihati / Batin ini tak kan rela / Mendengarmu.. hidup menderita ../ …”. (Pamit – Broery M.)

Saya menyadari kalau saya adalah seorang manusia dengan tipe yang romantik melankolis.. halah..halah.. hahaha, tapi bukan cengeng loh hehee mohon dibedakan ya. Saya suka puisi, saya suka suara alam, saya suka malam, saya suka pagi, saya suka senja, saya suka kejujuran. Selalu saya katakan itu. Sebab bahasa terbaik menurut saya adalah bahasa kalbu, sebuah lisan nurani yang mengejawantahkan tentang kejujuran. Sebuah penyesalan selalu lahir setelah ada kebohongan. Yang biasanya mendera-dera…

“.. Kini kau rasa / Pahit getirnya cinta ../ Mengapa kau lepaskan / Kini jadi sesalan / Kasih entah kemana /…….
Terbayang – bayang .. / Manis dalam kenangan / Kini baru kau rasa / Kasih tiada duanya / Cinta tiada taranya …/
Reff: …. Semakin lama kau coba / Melupakan dirinya / Semakin dalam kau rasa …/ ….”
(Kini Baru Kau Rasa – Dewi Yull)

Sebuah comment yang sangat cantik di blog ini mengatakan bahwa ia ingat dengan ‘kenangan’ dan ia memberikan isyarat ingin ‘kembali kepada’ masa itu. Nah, itulah salah satu alasan (sedikit edialis) yang paling mendasar kenapa saya sering menemani lamunan saya dengan lagu-lagu lama adalah apa yang disebut dengan de Javu. Memang tidaklah begitu bagus terlalu tenggelam dengan kenangan. Namun ketika saya sedang begitu mumet dalam teka teki hari esok maka salah satu cara (paling murah dan mudah) buat saya agar bisa sedikit rileks adalah de Javu dengan backsound lagu-lagu lama. Dengan begitu (paling tidak), saya kemudian bisa menjadi orang yang dapat menghargai sebuah masa lalu.

Tidak semua masa lalu itu harus ditinggalkan karena ada hari kemarin yang bisa kita rajut kembali. Tergantung kita sekarang untuk memilih dan memilah, mana yang harus kita buang (menjadi pengalaman sejarah) dan mana yang bisa kita urai untuk disemai kembali. So..?! Tuhan telah ‘menitahkan’ kita untuk cerdas, agar kita bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik buat kita.

“.. Semogalah Dik.. kau tak putus asa sayang / Pasti kelak kita kan berjumpa ../.. (Fatwa Pujangga)

Yah, (sekali lagi) begitulah.. Inilah saya, selalu apa adanya..



Jatinangor, 21 September 2008



* Judul sebuah lagu


--------00000000-------