" Pojok Sepertiga Isi "
ilustrasi oleh : ambil dari Friendster http://profiles.friendster.com/15810554
ilustrasi oleh : ambil dari Friendster http://profiles.friendster.com/15810554
SEGELAS ASAP SEBATANG KOPI
Kepada; Danil Triardianto
Aku pernah ingin menyebutnya bajingan kaki langit
Sempat pula terpikir tentang ranting kering penyulut api
Namun akhirnya aku sapa dia, " si Penjaga Malam.. "
Segelas kopi, kepulan asap rokok dan coretan inspirasi
Apa kabar, Bung?
Seperti kemarin maka hari ini kita berbincang tentang sosial bobrok
Lalu menjelma seuntai cinta pada setangkai daun
Sekali ini bukan bunga esok pagi, Bung..
Sebab kau terkadang tidak percaya dengan kata-kata
Bulan sabit merah yang berjuang melawan gelap dan kita mengutuk wujud pasrah
Pernah pula disuatu masa kita berbincang ditepi kelam
Bagai anjing pasar kita mengeruk-ngeruk bara api
Pemantik romantis kita menyebutnya dihati sendiri
Dan untuk kesekian kali cinta menjadi lolongan saga
Aku ingat, Bung.. itulah kenapa nafas kita sempat megap-megap
Telah aku catat waktu dimana cerita harus menjadi sebuah jejak
Rentang perjalanan memang tidak mesti seperti air saja
Mengalir tanpa berkompromi dengan matahari, tanah dan udara
Harapan adalah cita-cita yang menjadi tujuan perjuangan
Lantang kau nyalakan itu walau hujan masih deras diujung malam
Bung.. esok hari itu tetaplah buah cinta pijar-pijar bibir matahari
Kau boleh menghangatkan rindumu menjadi gumpalan mesiu yang berdetak
Tetap saja bukan setangkai bunga, kawan..
*Sebab ".. perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.."
Itu kata si Burung Merak dan kita belajar mengubur dendam
Bung.. bulan saga, guyuran embun dan jerami patah adalah irama perlawanan
Dan kita masih menggenggam erat pahat sejarah
Tentang cinta, cita-cita, dan sebuah kepercayaan
Identitas ternyata bukan hanya sebaris nama dan seperangkat ciri khas
Setangkai bunga merah, seikat rindu masa lalu, selarik api dalam segelas kopi dan kita tertawa lepas
Ya..ya.. baiklah Bung, aku tidak akan berbohong
Suatu hari nanti sehabis revolusi yang tidak lagi sepi
Mungkin aku harus memanggilmu
Danil Triardianto saja ..
*dikutip dari kata-kata WS. Rendra
Jatinangor, 12 Agustus 2009
Jatinangor, 12 Agustus 2009
-------ooOoo-------
1 komentar:
terima kasih kawan, entahlah kita memanggil di kita ini apa dan peran apa pula dalam revolusi ini. hanya saja aku selalu bahagia bila ingat kita selalu mengakhiri pertempuran yang tidak pernah kita mulai dan tidak pernah pula kita pahami. semoga saja hari esok memang milik kita dan tidak ada lagi ilalang terbakar diantara tumpukan abu dari surat-surat yang terbakar oleh matahari jauh sebelum sampai ke tangan yang berhak.
Posting Komentar