CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Senin, 07 September 2009

NAIK PESAWAT : Persiapan Pulang Kampung Waktu Lebaran

" Warna Warni Mudik "
ilustrasi oleh : dari hasil browsing di internet saja




MUDIK LEBARAN 2009


- Merantau di jantung provinsi Jawa Barat ini, maka 2009 kemudian menjadi salah satu momen yang indah karena saya akhirnya bisa mudik juga. Langsung ke kampung halaman tempat saya dilahirkan dan dimana ibunda menunggu dengan cinta tiada tara ..

LEBARAN tahun ini insya Allah saya akan pulang. Berlebaran dikampung bersama keluarga, handai taulan dan kawan-kawan disana. Tentu banyak waktu untuk bisa pulang, tidak mesti lebaran saja. Tapi suasana lebaran akan berbeda, untuk itulah momen ini mendapat nama alias yaitu mudik. Ini sebenarnya acara khas untuk para perantau dari kampung. Bisa dilihat dari namanya, (m) udik yang berarti desa atau kampung. Mudik adalah pulang kampungnya seorang udik dari perantauan. Tapi entah kenapa, orang kota juga mudik. Padahal mereka bekerja atau sekolah di kota Jakarta atau London (mungkin juga New York) dan rumah asal mereka di kota Bandung atau Surabaya. Mungkin karena kosakata mudik sudah jadi bahasa baku Indonesia sehingga orang kota itupun harus ikhlas untuk disamakan dengan orang udik alias orang kampung. Tidak apa-apalah, sekali-kali orang kampung juga boleh menang .. hahaha!

Sudah empat tahun lebih saya tidak mudik. Biasanya saya pulang ke Bogor, berlebaran dengan keluarga sepupu yang tinggal di kota hujan itu. Bandung - Bogor via Puncak atau tol Cipularang via Jakarta tidaklah bisa disebut jauh. Cuma beberapa jam saja, jadi mudiknya tidak cukup berkesan seperti iklan-iklan lebaran di televisi. Merantau di jantung provinsi Jawa Barat ini, maka 2009 kemudian menjadi salah satu momen yang indah karena saya akhirnya bisa mudik juga. Langsung ke kampung halaman tempat saya dilahirkan dan dimana ibunda menunggu dengan cinta tiada tara.

Tiket sudah saya pesan jauh hari sebelumnya. Lebih tepatnya beberapa bulan sebelumnya. Ini saya lakukan agar bisa mendapat harga yang murah. Maklumlah, di negeri yang permai ini harga-harga selalu melonjak tinggi ketika lebaran. Mungkin mereka yang hobi menaikkan harga itu ingin juga mendapatkan untung yang fantastis dari peristiwa sekali setahun ini. Tujuannya (sekali lagi; mungkin) agar mereka mendapat banyak uang dan akhirnya bisa mudik juga seperti saya. Mudik memang dekat sekali dengan uang. Tak ada uang tak bisa (susah) mudik.

Tidak seperti kepulangan saya sebelum-sebelumnya, maka mudik kali ini agak spesial karena saya menggunakan pesawat terbang. Wow .. seperti cinta pertama pada umumnya (upss..), maka pengalaman pertama tentu juga menyenangkan dan mendebarkan. Begitu bosan rasanya mengingat jika harus pulang dengan bis yang akan menyeberangi dua selat dalam kapal feri. Untuk itulah, ketika tulisan ini saya ketik, perlengkapan mudik sudah 80 persen siap. Pakaian, sepatu, tas dan lain sebagainya telah dipisahkan termasuk sedikit oleh-oleh buat keluarga dan teman-teman. Pulsa siap untuk diisi, rambut harus dirapikan lagi. Mudik tentu beda dengan aktivitas sehari-hari. Tidak perlu saya jelaskan panjang lebar sebab semua tentu sudah sangat tahu.

Selain perlengkapan, saya juga sedikit banyak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pesawat terbang. Untuk info mengenai baling-baling, mesin pesawat hingga roda dan landasan pacunya bisa saya cari di internet. Tapi tentang ‘etika dan adat istiadat’ naik pesawat terbang dari bandara ke bandara? Alangkah baiknya bertanya langsung kepada mereka yang pernah menggunakan pesawat terbang. Naik bis, kereta api, kapal feri, dan angkot saya pernah dan sering. Naik pesawat terbang? Tentu tidak bisa disamakan dengan naik alat angkutan umum bin massal seperti itu. Agar ‘tidak tersesat dijalan’, maka saya ‘tidak malu untuk bertanya’. Ini penting, daripada saya nanti malu dan malu-maluin di bandara. Sok tahu kesampingkan dulu.

Saya mendapat tiket promo kelas ekonomi dengan harga yang (menurut mbak cantik penjual tiketnya) sudah cukup murah. Tapi tentu saja, si mbak itu tidak mengerti benar konsep murah untuk ukuran orang seperti saya. Ataukah saya yang tidak betul-betul paham aturan murah harga sebuah tiket pesawat? Entahlah, saya kali ini tidak begitu peduli. Yang penting mudik dan bisa secepatnya sampai dirumah.

Saya masih ingat betul, suasana ditempat penjualan tiket waktu itu. “Pesawatnya nanti berangkat jam 5-an sore. Mas sudah harus check in di bandara Soekarno Hatta satu jam sebelumnya, berarti mas dari Bandung sekitar jam 11 atau 12 siang. Oh ya, tiba di Mataram sekitar pukul 9-an malam. Via Surabaya ya .. Satu lagi, karena ini tiket promo jadi nggak bisa dikembalikan, di tukar, atau pindah nama. Tidak dipakai sama yang bersangkutan, tiket hangus..”.

Sangat manis si mbak penjual tiket menjelaskan segala sesuatunya dan saya (tentu saja) menikmatinya dengan cara mengangguk-angguk macam mahasiswa baru yang sedang registrasi daftar ulang. Dia memang cocok untuk melayani konsumen tiket, sudah cantik penjelasannya juga tajam akurat dan cerdas. Dengan cara pelayanan dan penyampaian yang begitu seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tidak lama saya bisa asyik masyuk menikmati si mbak tiket berceloteh. Saya harus segera keluar karena calon penumpang lain dibelakang yang antri sudah ingin segera dilayani juga. Mungkin ada yang kesal sambil ngedumel dalam hati karena saya cukup lama juga dilayani, maklumlah pelanggan baru. “Hhmmm, ketauan banget ni orang baru pertama kali naik kapal terbang.. huhh..”. Saya bergegas ngeloyor, “Ah.. bodo amat, bukan kamu juga yang ngebayarain tiketnya.. hehe..”.

…………………………………………
Rinduku pada Dewi Anjani 1) adalah alunan seruling batang padi
yang membelah lembah
Rinduku pada Putri Mandalike 2) adalah hembusan angin laut
yang menderu-deru
…………………………………………
(Pada Suatu Musim)

Didalam kamar kost, sambil membolak balik tiket pesawat tertanggal 11 September 2009, saya tiba-tiba sudah membayangkan seolah-olah saat ini saya sudah duduk-duduk didepan rumah saya di kampung. Menunggu kawan, sebab malamnya kami akan memukul bedug sambil takbiran bersama di masjid desa. Hhmmm.. Lalu saya tersenyum, lebih manis dari senyum si mbak cantik penjual tiket pesawat terbang itu.




Jatinangor, 7 September 2009







-------oooOooo-------

5 komentar:

Ifa mengatakan...

OH well, take care of your trip.. sampaikan salamku untuk keluarga, teman-temanmu dan juga kampung halamanmu yang pastinya amat sangat kamu kangenin..

Jati Wirachmat mengatakan...

Tentu ifa .. akan aku sampaikan saLam manismu itu :) jadi biar ga Lupa toLong nanti diingatkan Lagi ya hehehe ..

---------

Iklan Gratis mengatakan...

Mudik memang sangat mengasyikan....
apalagi jika segala persiapan serta segala rencananya berjalan mulus sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan...

bagi yang ingin mudik dengan kendaraan pribadi, maka diharuskan memeriksakan kondisi badan serta kendaraannya agar dalam kondisi baik.
agar dalam perjalanan tidak mengalami kendala...

selain kesehatan badan kita, kesehatan kendaraan juga sangat penting...
so, jangan egois, masa hanya badan aja yang diperhatikan sie, kan lkendaraan juga harus hehehe...

bagi yang ingin mudik dengan kendaraan umum, disarankan agar selalu menjaga kesehatan dan juga barang2 yang akan dibawa mudik...
klo bisa segala pernak-pernik yang mengundang mata para pencopet, untuk sementara disembunyikan atau disimpan saja, dan juga jangan membawa uang cash yang berlebih, agar bisa menjaga dari segala kemungkinan buruk..
apalagi sekarang dah jamannya penodogan dengan cara bius dan lain sebagainya...

bagi yang mudik, selamat mudik yah,
semoga selamat sampai tujuan dan juga bisa merayakan hari lebaran nanti sengan khusyuk bersama keluarga tercinta.
Mengembalikan Jati Diri Bangsa

Ninin Dahlan mengatakan...

koq gak lanjut... saya juga lagi mo terbang pertama kali niy... seorang diri... ke london... trus gimana akhir ceritanya tuch ???
^_^

Ninin

Jati Wirachmat mengatakan...

Ninin@ Lanjutnya lebaran depan aja, da ini mah special moment edition hahaha..