CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Kamis, 10 April 2008

Tentang Kawan Sastra Yang Idiot

Kisah Cinta Sendiri si Pemuda ‘idiot’

(Tragisme Mengharu Biru Kuliah di Fak. Sastra Angkatan 2006)



Laki–laki memberikan cinta untuk mendapatkan seks dan wanita memberikan seks untuk mendapatkan cinta .. ah, ungkapan itu saya dapat di sebuah buku atau disebuah koran saya lupa lagi. Namun beberapa kali saya mengeluarkan kata–kata itu untuk melengkapi obrolan dengan beberapa orang kawan yang kebetulan temanya sedang membahas tentang itu. Tidak jauh dari curhat .. memang! Tapi, posisi saya sebagai orang yang dimintai pendapat membuat saya harus terlihat bijak dalam memberikan statement .. oalah, ada–ada ajah!

Sementara ini orang terakhir yang saya jejali (kembali) dengan kalimat suci itu adalah seorang kawan 2006 D3 Sastra Inggris berinisial L (Lingga; memang nama sebenarnya). Entah apa yang ada dalam pikiran si kawan ini. Tiba–tiba saja dikamar kostan yang sumpek itu ia menjadikan saya sebagai pendengar untuk berkeluh kesah tentang sebuah kisah percintaannya yang pilu. Saya menduga-duga ada kemungkinan ia melihat saya seperti sosok ‘Dr.Boyke’ untuk urusannya. Walaupun Dr.Boyke itu adalah seorang ahli kandungan dan (katanya) seks, tapi sama-sama ahli (begitu mungkin pikirnya) dan gratis (tentunya). Sialan juga kawan yang satu ini. Tapi hal yang lebih ekstrim lagi menurut saya adalah kawan ini sudah sangat menghakimi dengan mengkategorikan saya sebagai orang yang selalu kecewa. Jadi, cerita yang akan dia dongengkan lebih pas audiensnya. Cepat dapat tanggapan. Begitu mungkin pikirnya. Ah.. biarlah itu, hitung-hitung berbuat baik bisa berempati sama ’penderitaan’ orang.

Bang.. gua bener-bener suka sama tu anak. Cantik sih nggak, tapi sikap sama kepribadiannya yang gua demen banget. Anjir.. gue pengin jadi cowoknya dia..”, Entah kepribadian apa yang dia maksud, tapi sangat berapi-api kawan 2006 ini membuka obrolan. Setelah mukadimah yang ekstrim itu, kawan sastra yang mabuk kepayang itupun melanjutkan keluh kesahnya yang ternyata sangat panjang dan sungguh amat memakan waktu. Luar biasa untuk ukuran seorang pemuda ‘idiot cinta’ macam dia. Namun dari seluruh dongengnya hari itu saya kemudian bisa menangkap beberapa kesimpulan, diantaranya:

  1. Perempuan ‘goblog’ yang diimpi-impikannya berinisial M (mungkin Melati; bukan nama sebenarnya) teman sekelasnya sendiri dan saat ini ngekost di Pondok S (Syukron.. mungkin).

  2. Perempuan ‘goblog’ yang berasal dari Kota C penghasil Terasi Udang itu udah punya cowok (tentu saja orangnya bukan kawan sastra saya yang ‘idiot cinta’ itu).

  3. Kawan sastra 2006 ini belum menyatakan hasrat ‘seksualnya’ kepada ‘mempelai’ wanita itu (disimpan aja sendiri sampai bucat sendiri juga.. bego).

  4. Pernah ada selentingan kabar si perempuan ‘goblog’ itu udah tau kalau si pemuda ‘idiot cinta’ suka sama dia. Agar terlihat seperti sinetron di RCTI maka si perempuan ‘goblog’ mencoba mengetes si pemuda ‘idiot cinta’ dengan mencuekkannya sampai sekarang dan jadian sama orang lain (ini sih bukan ngetes, tolol..).

  5. Kawan saya 2006 ini punya hasrat yang amat sangat tinggi untuk mendapatkan perempuan ‘goblog’ itu dan apabila dibandingkan niatnya sampai mengalahkan keinginan Hitler untuk menguasai dunia.

  6. Jika memungkinkan, kawan sastra ini mau menjadi jalan untuk menutupi lumpur biar kalau si perempuan ‘goblog’ itu lewat sepatunya nggak kotor (uueeedaaaaann; dibaca dengan logat bencong yang sedang menggoda kakek-kakek).

  7. Kawan sastra ini nggak tahu kapan semua ini akan berakhir (saya sepakat.. hanya Tuhan Yang Maha Tahu..).

  8. Dan lain-lain yang rujit dan terlalu banyak (seperti jumlah pasir dipantai Pangandaran dan buih dilautan Pasifik jika saya masih terus saja nekat untuk menuliskannya), hingga kadang-kadang terlihat kawan sastra 2006 ini melakukan suatu strategi hiperbola yang sudah melampaui ambang batas kewajaran dalam interaksi sosial kehidupan manusia di muka bumi ini dari zaman Nabi Adam sampai dengan era 500 tahun kedepan. Walaupun kemudian saya membenarkan juga, jika untuk perihal cinta hal-hal seperti itu memang memungkinkan.

Ending-nya? Tidak (belum) ada, walaupun kalimat terakhir telah keluat dari mulutnya yang berbusa (saking bersemangat dan sedih). Untuk itu saya memberikan sedikit saran, “Teruslah berjuang.. kawanku yang hebat..!! Sampai tetes keringat terakhir (sampai iLFiL maksudnya), do’a para karuhun yang bersemayam di Gunung Manglayang akan selalu menyertaimu.. semoga sukses..”.

Setelah itu saya pun keluar dari kamar kostan yang pengap itu dan mulai mengetik tulisan ini.


Pondok Nadin - Jatinangor, Pebruari 2008


----------0000000-----------

Tidak ada komentar: