CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Jumat, 11 April 2008

Beternak Bintang


Kenapa Kita Tidak Buat Jadi Lelucon Saja?

Dengan Begitu Kita Menjadi Senang .. Ah!



Sudahlah kawan ..

Mari tanganmu sini kita bicara dengan mata saja

Terlalu rumit kata-kata untuk dapat kita cerna


Disini saja kawan ..

Jangan begitu cepat kau memasung cerita

Bukankah waktu kita masihlah panjang?


Mari .. Mari sini!!

Give me five ..

Lalu biarkan kita tertawa

Keras dan terbahak ..


Gerbang Unpad, 9 April 2008

ketika Jatinangor malam hari mati lampu, 3 hari sebelum pilkada Jawa Barat


*******


Beternak bintang saja!!”, ide cemerlang itu terlontar begitu saja dari mulut kawan saya yang cerdas itu. Ia adalah seorang lulusan D3 Periklanan Fikom Unpad angkatan 2002 yang ahli dalam bidang menggambar atau melukis. Sepertinya malam yang sempit sehabis hujan telah memberikannya sebuah inspirasi yang aneh. Saya terperangah sesaat. Tapi kemudian ada sebuah gerbang imajinasi terbuka disitu. Ha..ha..ha.. saya mengerti. Keanehan memang kadang-kadang bermanfaat.

Malam itu kami berdiskusi rada alot, yang selintas orang lain berlalu lalang lihat akan menyangka kami sedang berdebat hebat. Kami disini adalah saya dan beberapa kawan yang berpikiran maju (termasuk juga kawan penggambar atau pelukis tersebut). Mengemas sebuah bahan obrolan (walaupun itu sebenarnya biasa saja) agar jadi menarik memang merupakan hobi kami. Dan setelah agak lama kami kemudian sepakat. Semua orang harusnya mulai belajar beternak bintang. Tujuannya agar malam tidak menjadi begitu gelap. Sehingga ketika ada kawan yang mulai salah arah (baca; bingung), maka dia boleh mengambil cahaya-cahayanya. Tanpa izin pun tak apa. Sebab dasar dari dibuatnya peternakan bintang ini memang punya misi sosial (social respons; begitu istilah kawan-kawan saya dari kelompok jaket merah maroon).

Tapi agar dia bisa mandiri, disarankan agar semua juga belajar beternak. Saya pribadi sangat sepakat. Kenapa? Saya melihat beberapa kawan sepertinya banyak yang mulai kehilangan ‘arah penyesalan’ (istilah saya seperti itu). Niat ingin ke Bogor, tapi stres berat ketika tidak bisa mampir di Sukabumi. Padahal nanti saja kita ke Sukabumi, setelah selesai urusan di Bogor. Hooo..ho..ho.. jadi pusing juga saya. Kehilangan arah? Ah.. Macam betul saja ..


----oooo-----

Tidak ada komentar: