CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Kamis, 03 Desember 2009

SEBUAH KABAR DARI SELATAN : Catatan Dua Hari Di Selatan Jawa Barat

" Peta Penunjuk Jalan "
ilustrasi oleh: sendiri aja dengan bantuan adobephotosop CS2




*HIDUP ADALAH PERBUATAN
(selatan Jawa Barat: sebuah ekspedisi panjang menembus batas)



- Membelah dingin ketika matahari pagi masih sangat malu-malu untuk bersinar. Cuaca pun sangat bersahabat dan kami melaju dengan penuh semangat. Keluar dari kota Garut kami melaju diatas jalan penghubung antara kota Garut dan kota Tasik ..-


Mukadimah ..

INGIN menikmati suasana khas Jawa Barat? Jika anda memulai perjalanan dari Bandung, maka salah satunya adalah ikutilah jalur ini; Bandung – Nagreg – Garut – Cilawu – Salawu – Singaparna – Tasikmalaya – Ciamis – Banjar – Banjarsari – Cimaragas. Kalau anda memutuskan untuk mengakhiri petualangan di Cimaragas, maka kembali ke Bandung lewat rute Cimaragas – Banjar – Ciamis – Tasikmalaya – Rajapolah – Ciawi – Manonjaya – Malangbong - Limbangan – Nagreg dan meluncurlah pulang ke Bandung.

Saya akhirnya menulis rute dengan melewati tempat-tempat itu karena saya pernah berkesempatan untuk melakukan semacam long trip di daerah Jawa Barat bagian selatan melalui daerah-daerah yang telah saya sebutkan diatas. Jadi ini mah informasi data fakta (subjektif saya tentunya), bukan merupakan cerita-cerita semu dan hampa. Upsss .. hehee .. Mari kita menjelajah dalam sebuah tuturan ..

Sekuel hari pertama, 30 November 2009 ..

Ciri khas daerah Jawa Barat adalah daerah pegunungan. Hampir 10 (sepuluh) tahun sudah saya berdiam di bumi Dyah Pitaloka ini dengan 3 (tiga) tempat yang sudah saya anggap ‘kampung sendiri’, yaitu Bogor, Bandung, dan (kota) Jatinangor (sekarang saya ingin menggenapkannya menjadi empat, insya Allah.. doakan saja, amin..). Pengalaman bolak balik Bandung – Bogor sebenarnya telah mewakili persepsi saya akan kondisi Jawa Barat sebenarnya. Pegunungan dan persawahan dengan iklim yang relatif tidak terlalu panas. Di beberapa daerah sampai Indonesia bagian tengah sebenarnya iklim seperti itu bukan sesuatu yang ‘aneh’. Ada banyak daerah dengan suasana dan iklim seperti itu, tapi sepertinya kita harus mengakui bahwa pencitraan Jawa Barat sebagai provinsi ‘perbukitan hijau dan air mengalir’ memang satu-satunya di Indonesia. Bali atau Lombok misalnya, dengan alam yang cenderung sama pada beberapa tempatnya tapi lebih memilih pantai sebagai ikonnya. Ya nggak apa-apa, sesama Indonesia harus berbagi. Itulah kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan, sepakat..?! Disamping itu, Jawa Barat memiliki bentangan kebun teh yang luas dan banyak. Ini juga semakin mengukuhkan image persepsinya itu.

Pagi yang dingin dan masih cukup menggelutuk saat saya menunggu jemputan di Jatinangor. Tujuan perjalanan kali ini sebenarnya lebih dalam rangka tugas. Adalah koran terbesar di Jawa Barat yang akan melakukan pendataan lanjutan terhadap bangunan sekolah dan tempat ibadah yang rusak akibat gempa beberapa waktu lalu. Hasil pendataan ini rencananya nanti akan diaplikasikan kemudian dalam bentuk sumbangan sosial. Dimana dana sumbangan ini merupakan titipan dari para pembaca Pikiran Rakyat melalui “Dompet Amal Untuk Korban Gempa”, sungguh sangat mulia sekali. Saya yang kebetulan sering di freelancer-kan kemudian mendapat kepercayaan untuk ikut bersama dengan tim dari PR alias Pikiran Rakyat (hatur nuhun pak Haji..). Tugas saya sederhana sekali dan sama seperti tugas-tugas pada banyak kegiatan PR sebelumnya; dokumentasi photo (dalam hal ini gambar kondisi bangunan) dan sesekali notulensi saat audiensi dengan pihak sekolah atau pengurus masjid yang dikunjungi. Berhubung kepala Humas Pikiran Rakyat yang menjadi leader team adalah bekas orang redaksi maka beliau langsung saja mencatatnya sendiri, jadi tugas yang saya sebut terakhir malah tidak pernah jadinya saya lakukan. Sepertinya beliau lupa atau mungkin beliau lebih nyaman dengan gaya dan cara seperti itu, maklumlah wartawan .. hehe ..

Dari Bandung tim kami ini hanya berjumah 3 (tiga) orang yaitu bapak haji Humas, bapak haji Markom dan saya sendiri. Menjadi 4 (empat) karena ditambah kemudian dengan seorang wartawan di Tasik sebagai guide. Awal perjalanan kami di hari pertama itu melalui kota dodol; Garut. Membelah dingin ketika matahari pagi masih sangat malu-malu untuk bersinar. Cuaca pun sangat bersahabat dan kami melaju dengan penuh semangat. Keluar dari kota Garut kami melaju diatas jalan penghubung antara kota Garut dan kota Tasik. Sebuah jalan yang tidak terlalu lebar dan berkelok-kelok menyajikan pemandangan berbukit, rerimbunan pepohonan yang cukup, sungai dan hamparan persawahan yang sedang mulai di garap. Disini mohon untuk tidak terlalu mengebut, dengan kecepatan rata-rata saja. Agar aman dan anda juga bisa menikmati pemandangannya.

Cilawu adalah nama daerah yang kami lalui. Namun tujuan kami adalah sebuah SD di daerah Salawu; SDN 3 Salawu. Kondisi yang kami jumpai adalah para siswa belajar di 3 (tiga) buah tenda bantuan Departemen Sosial dan lembaga internasional UNICEF, sisanya belajar di masjid desa. Ada 1 (satu) kelas masih tersisa dan bisa digunakan. Kelas yang lain? AMBRUK bin JEBOL! Verifikasi di mulai dan saya pun jeprat jepret dari berbagai sudut dan posisi dengan kamera yang masih cukup baru. Setelah dirasa cukup, maka perjalanan kami lanjutkan kembali menuju kota Tasikmalaya melalui Singaparna. Namun sebelumnya kami berhenti dulu di sebuah masjid yang juga mejadi ‘korban’ gempa. Proses yang dilakukan lebih kurang sama. Habis itu, wuuussss .. meluncur kembali ..

Kota Tasik tidak kami singgahi sebab tujuan verifikasi data selanjutnya adalah daerah Ciamis, jadi disini kami cuma menumpang lewat saja. Tapi saat pulang nanti kami sempat berhenti di kota yang resik ini untuk membeli oleh-oleh. Perjalanan ke kota Ciamis sampai sudah. Istirahat sholat dan makan siang di kantor perwakilan PR, setelah itu mengunjungi SDN 2 Ciamis dan SDN 5 Ciamis. Kedua SD ini menyatu di satu lokasi, bertetangga habislah. Photo-photo segera dilakukan dan bapak Humas melakukan interview dengan kedua kepala sekolah SD tersebut. Sehabis itu kami menuju Desa Baregbeg untuk melihat sebuah masjid. Sore sudah cukup jatuh saat verifikasi di masjid Baregbeg ini selesai. Tinggal daerah Banjar dan itu akan kami lakukan keesokan harinya. Malam itu kami menginap di salah satu hotel (entah berbintang atau tidak, saya kurang tahu) di kota Ciamis. Cukup nyaman walau sempat mati lampu sampai 4 (empat) kali. Tapi menurut saya tidak cukup mengganggu meskipun sebelumnya sempat kaget. Tumben menginap di hotel yang listriknya bisa mati .. hehe .. aneh heueu ..

Sekuel hari kedua, 01 Desember 2009 ..

Begitu nyenyak kami terlelap hingga tidak terasa kami malah terbangun pukul sekitar 05.00 pagi. Sebenarnya saya sendiri ingin bangun pada subuh buta biar bisa menikmati sunrise di tanah Galuh ini, namun apa daya tidur terlalu nyaman.. maklumlah hehe .. Sholat, mandi, dan sarapan kemudian kami berkemas check out. Bersiap-siap meluncur ke Banjar, di lobi hotel telah menunggu seorang wartawan yang akan menemani perjalanan hari kedua ini.

Melintasi jalan raya antara kota Ciamis dan kota Banjar treknya sedikit berkelok-kelok dengan lebar jalan sedang-sedang saja. Lalu lintas ramai, maklumlah ini adalah rute utama menuju Jawa Tengah lewat selatan dan ke kawasan wisata pantai Pangandaran. Namun pemandangan kiri dan kanan jalan tetaplah menarik untuk dinikmati. Tujuan kami adalah kecamatan Purwodadi, sebuah daerah pebatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut akang wartawan, daerah ini penduduknya banyak suku Jawa juga. Dari namanya juga sangat Jawa sekali; Purwodadi. Suasana Jawa Barat sudah mulai hilang disini, udaranya agak panas dan kita seperti masuk ke perkampungan Jawa. Namun yang tetap adalah kearifan lokal penduduknya, begitu ramah dan bersahabat memberikan kepada kami senyum bersahaja di sepanjang jalan.

Sehabis gempa kondisi masjid di daerah tapal batas ini cukup mengkhawatirkan. Masjid ini merupakan (sepertinya) satu-satunya di kampung ini. Bersebelahan dengan sebuah madrasah yang bangunannya sudah usang, khas madrasah di kampung pelosok. Tidak banyak menunggu saya membidikkan ‘senjata’ untuk mengambil dokumentasi yang diperlukan. Sikat kiri kanan depan belakang dan didalam. Wawancara usai dan kami berpamitan. Perjalanan dilanjutkan melewati jalan-jalan desa yang kecil dan sedikit berlubang. Banyak yang saya lupa rute yang kami lalui sebab keluar masuk kampung dan jalan yang panjang berkelok membuat saya bingung. Tapi akhirnya kami keluar di Banjarsari dan diteruskan ke Cimaragas untuk istirahat di sebuah balong ikan milik akang wartawan. Disini suasana Jawa Barat kembali muncul, namun suasana panas masih ada. Tidak apa-apa karena semuanya bisa dilupakan oleh (sekali lagi) pemandangan yag aduhai. Tuhan memang Maha Besar menciptakan alam raya ini.

Ekspedisi ini berakhir di Cimaragas, sholat dzuhur dan makan siang kami lakukan disini. Setelah itu kami beranjak kembali ke Ciamis melewati daerah (saya lupa namanya) yang merupakan salah satu sentra penghasil rambutan di Jabar selatan. Daerah ini dibelah oleh sungai Citanduy yang perkasa. Menghadirkan suasana yang sungguh luar biasa. Sepertinya sayang kami harus terlalu cepat untuk pergi begitu saja, namun apalah daya waktu tidak mengizinkan. Akhirnya kami bertemu kembali dengan jalan raya dan kami meluncur menuju Banjar terus ke Ciamis. Dikantor perwakilan PR Ciamis kami berkemas sejenak untuk selanjutnya bersiap-siap pulang ke Bandung.

Di Tasikmalaya kami sempat berhenti untuk membeli oleh-oleh khas bumi resik ini; Renginang. Saat sore telah menyisakan hangat kuku, kami telah berada di jalan raya menuju Bandung. Perjalanan pulang kami lewat Rajapolah. Disinilah kami bertemu dengan pelangi yang begitu luar biasa. Saat itu gerimis baru mulai berderai menyentuh bumi. Sayang untuk melewatkan momen itu, kami pun mengabadikannya lewat beberapa jepretan. Daerah yang kami lalui dalam perjalanan pulang setelah Rajapolah adalah Ciawi, Manonjaya, dan Limbangan. Maghrib telah meluruh saat daerah Nagreg kami masuki. Setelah tanjakan Nagreg yang terkenal itu, disebuah pom bensin kami pun sholat mahrib.

Akhirnya ..

Mungkin corat coret ini tidak bisa menggambarkan dengan begitu utuh apa yang saya lihat dan saya rasakan. Keterbatasan saya dalam kemampuan mengolah kata mungkin adalah salah satu penyebabnya. Jadi saya menyarankan, jika berminat anda bisa melakukan perjalanan sendiri dengan rute tersebut diatas. Disini begitu banyak hal yang saya pribadi dapatkan dan rasakan di sepanjang aktifitas selama 2 (dua) hari itu. Sebuah pengalaman mahal dan luar biasa yang kami peroleh dan khususnya buat diri saya sendiri. Sebuah perjalanan menembus batas .. Sebuah ekspedisi membawa cahaya lentera yang menyentuh sisi-sisi terdalam seorang manusia yang mempunyai banyak keterbatasan. Tentang pendewasaan dan kekuatan diri .. Tentang kebersamaan dan profesionalitas. Akan pelajaran dan pengajaran diri, hingga akhirnya pelangi di Rajapolah itu (mungkin) adalah sebuah isyarat akan hadirnya banyak pelangi di semua tempat dan (tentu saja) di hati kami. Semoga ..



Bandung, 03 Desember 2009




Terima kasih kepada: Allah SWT Sang Pemilik Segala Kekuatan dan Takdir, Pikiran Rakyat untuk kesempatan dan kepercayaannya, ‘pelangi dan gerimis’ di Rancabango - Tarogong, akang pulsa di sebelah perwakilan kantor PR Ciamis beserta ibu warungnya, dan semua yang telah membuat perjalanan ini kemudian menjadi sungguh berarti .. Hatur nuhun pisan ..



*meminjam tagline Sutrisno Bachir dalam iklan kampanye citra dirinya




-------ooOoo-------

Tidak ada komentar: