CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Sabtu, 24 Juni 2017

Kopi Lokal

MUSIM DINGIN


Di Lombok, ketika sudah lewat musim hujan dan saat masuk musim kemarau, ada masa dimana suhu dingin cenderung terasa menggigit. Embun dimalam hari turun lebih cepat dan tebal hingga terkadang terasa seperti ada gerimis kecil, dingin yang bagi sebagian orang membuat kulit terasa kering. Kabut dipagi hari juga terlihat lebih tebal dari biasanya. Masa ini biasa disebut dengan TELIH KEMBANG KOMAK.

Jika di Indonesia-kan, telih kembang komak itu artinya DINGINNYA KETIKA KACANG BERBUNGA .. saat yang tepat bagi petani untuk menanam palawija, setelah 2 kali menanam padi. Musim telih kembang komak juga membuat 'peta' berubah bagi penggemar 'kearifan lokal'. Di sesi ini 'Palm Wine' alias TUAK jadi tidak menarik untuk dinikmati, "terlalu dingin, bawaannya pengin pipis melulu," katanya. Tentu saja, karena tak ada tuak panas atau hangat.

Saatnya BREM alias air tapai atau air tapai ketan jadi pilihan menarik. Brem yang sudah diproduksi dari berbulan-bulan lalu oleh para peraciknya mulai dibuka, setidaknya brem yang disimpan semenjak musim kenduri kawinan sehabis panen tahun lalu. Bagi pedagang tetap, bremnya bisa diproduksi langsung sekarang. Cuma memang lebih nikmat yang disimpan lama, "dingin dimulut hangat diperut." Mengkonsumsinya juga tak mesti sebanyak tuak yang sekali 'ngumpul' bisa sampai berliter-liter ember (peko : sasak language). Kalau brem mah cukup beberapa botol saja.

Efek sampingnya? Melawan dingin dan melancarkan curhat.



Di posting di Bandung, 24 Juni 2017


------------------------------------

Tidak ada komentar: