CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Sabtu, 19 Januari 2008

Jerami -Jerami Patah

PADA SUATU MUSIM

Rinduku pada Dewi Anjani* adalah alunan seruling batang padi

yang membelah ngarai

Rinduku pada Putri Mandalike** adalah hembusan angin laut

yang menderu-deru

Hari ini aku melihat hujan

Teringatlah sungai di batas desa ..

Seberapa besar airnya mengalir?

Siapa sekarang yang sedang memancing?

Hari ini aku menyaksikan rumput ditanah berlumpur

Teringatlah sawah dibelakang rumah ..

Siapa sekarang yang sedang membajak?

Seberapa banyak nanti padi bisa dipanen?

Hari ini aku melihat gadis-gadis berdandan seperti turis bule

Teringatlah para dedare*** dan mantan pacarku dikampung ..

Seramai apakah sekarang jika malam mereka mengaji di santren?****

Siapa sekarang yang paling kuat menjinjing air dikepala?

Lalu aku mulai menyusun rencana

Siang ini aku mau mencari singkong di montong*****

Dan sehabis ashar memetik mangga dirumah paman

Semua itu untuk oleh-oleh waktu apel nanti di malam minggu,

Sungguh.. saat ini aku tiba-tiba ingat ibu dirumah!

(Bandung, Januari 2008)

*Cerita legenda rakyat Lombok tentang putri di gunung Rinjani

**Cerita legenda rakyat Lombok tentang putri di pantai selatan Lombok

***Gadis / perawan (bahasa sasak)

****Langgar / surau (bahasa sasak)

*****Ladang yang berbentuk bukit kecil, biasanya terletak ditengah persawahan dan biasanya juga digunakan sebagai lahan menanam singkong / ubi (bahasa sasak)

RIUH DI HATI SENDIRI

Kepada: Tahun Baru ‘kelas dua’

Sederet kalimat telah terkirim diawal tahun

Kata-kata tanpa taring lewat hape yang ketinggalan zaman

Sekedar memperteguh identitas yang selalu diperdebatkan

(Persetan dengan mereka karena aku hanya ingin menghormati Muhammad saja, atau juga empat lelaki sahabatnya)

Tidak ada gerimis atau hujan namun mendung sempat menggertak bumi

Semenjak siang ..

Selepas isya jalanan masih seperti malam-malam sebelumnya

Kecuali sederet kanak-kanak yang membawa obor berbaris-baris

(minyak tanah yang langka dengan harga yang membumbung tinggi tentulah bukan masalah buat mereka)

Hanya mereka yang mempersembahkan suara sebenarnya

(kelak kalau sudah besar mungkin mereka tidak akan pernah mau melakukannya lagi, buat apa? Malu dong pawai obor kayak ibu-ibu PKK.. Tahun baru kan cuma tanggal satu Januri saja.. itu kata artis di tivi-tivi)

Setelah semua berlalu dan malam mulai merangkak lebih pekat

Aku bersenandung riuh

Aku membakar petasan dengan suara bedug

dan kembang api yang beraroma dupa

Aku berjoget riang dalam irama gambus, gamelan, marawis,

atau tari-tarian masa lampau

Hanya yang berbeda dengan pawai obor kanak-kanak itu adalah

semua yang kulakukan tanpa suara tanpa rupa tanpa aroma

Hingga tetes embun dan jerami patah pun bisa kau dengar dalam hening

Dan wangi nafas bayi pun bisa kau hirup dalam sunyi

Sebab aku melakukannya didalam hati saja.. dihati sendiri..

Maaf, malam ini aku membenci pemuda masjid apapun ..

(Jatinangor, malam Tahun Baru 1429 Hijriyah)

MENANTI KATA

Ku pacu kuda cinta lewat pipi ranum

Berharap keringatmu menetes dari helaian rambut harum

Berlari jutaan kilometer dan tentulah ia kini haus

Apa komentarmu?

Muak aku dengan orang-orang yang mencintaimu

Sebab aku hanya ingin berkasihmu saja

Langit malam kelam meretak-retak

Lalu suara-suara berlompatan menghibur perasaan

Dengan riuh rendah rayuan angin berhembus

Jauh dan dingin namun kedap ..

Kuda cinta telah kutambat dilentik bulu mata ..

Dan sementara ini aku tidak ingin bersuara dulu

Hingga tetes embun dan jerami patah pun bisa kau dengar dalam hening

Bagaimana komentarmu?

(Bandung – Jatinangor, Desember 2007)

Ket: Aku memakai dua kalimat itu sama untuk dua puisi yang berbeda dan satu judul tulisan (Pada Suatu Musim dan Menanti Kata serta judul untuk Surat Buat Ai). Alasanku adalah karena aku mencintai identitasku sama seperti aku menyayangi dan mencintai wanita (itu) ciptaan Tuhanku .. (G. Sulye Jati)

Tidak ada komentar: