CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SELAMATKAN BUMI KITA : Iklan Layanan airbening21 Untuk Semua

Berbagi Apa Yang Bisa Dibagi

Senin, 05 Mei 2008

Aku dan Saya

Sulye Jati Menyebut Diri

Saya sangat suka dan respek dengan orang yang lebih muda dari saya atau perempuan (segala usia) yang baru saya kenal menyebut dirinya dengan kata “SAYA”. Setiap kata adalah makna dan makna dalam menyebut diri itu adalah simbol dan ‘posisi’. Tapi, mohon jangan komplain ya kalau untuk diri sendiri, khusus kepada 2 (dua) jenis makhluk diatas itu saya menyebut diri dengan kata “AKU”. Ingin tahu kenapa? Pemahman saya tentang sedikit sejarah kata dan makna membuat saya membuat statement seperti itu.

Kata SAYA berasal dari kata SAHAYA. Sahaya tentu semua orang tahu, berarti poisisi yang lebih ‘rendah’ atau ‘merendahkan’ diri. Dalam beberapa norma adat istiadat di beberapa daerah di Indonesia, sopan santun itu bisa dilihat dari seberapa jauh ia bersikap rendah didepan orang lain. Memang argumen ini penuh dengan muatan feodalisme, tapi pengertian dan pemahaman yang saya gunakan sekarang tidaklah sama dengan argument kata HAMBA SAHAYA di zaman Raja-Raja penindas dahulu kala (jika sekarang sudah tidak ada). Kata SAYA yang saya maksud bukan berarti TAKLUK atau TUNDUK, tapi lebih kepada hormat dan menjelaskan posisi. Peduli setan saya dengan segala tetek bengek kesetaraan gender. Yang jelas (menurut saya), muda harus hormat ke yang tua dan perempuan harus hormat ke laki-laki. Titik.. Saya (lagi-lagi) tidak peduli anda berasal dari keluarga siapa dan seberapa berkuasa keturuan anda. Sepakat..?! Tentunya saya juga akan bersikap seperti itu kepada anda atau orang lain siapapun itu, jika ‘syarat-syarat’ diatas memang terpenuhi.

Menyebut diri AKU? Tentu siapapun akan sepakat siapa saja yang selalu menyebut dirinya dengan kata AKU. Diantaranya Tuhan, Raja, Nabi dan segala jenis yang penting-penting lainnya. Bukan makud saya untuk menjadi orang penting. Namun saya hanya menyebut diri dengan kata AKU juga dikalangan atau orang-orang tertentu saja. Sebab, tentu saja saya mengerti ‘norma’ he..he..he.. jadi jangan khawatir. Untuk itu jika saya menyebut diri saya dengan kata AKU didepan (ketika ngobrol) anda, maka anda sudah mengerti. Sepakat??

Cuma yang saya rada-rada heran adalah ketika kata AKU dijadikan panggilan ‘sayang’. Hhuaaaa…ha..ha.. sangat tidak berdasar. Secara tidak sadar 2 (dua) orang yang sedang sayang-sayangan itu malah sedang berlomba merendahkan pasangannya sendiri ha..ha..ha..!! Yang pas menurut saya adalah, si cowo memakai kata AKU dan si cewe pake NAMA SENDIRI aja, misalnya; melati, mawar, dewi, ika, reni de eL eL.. atau pake aja panggilan ABANG dan lain-lain, sederhana kan? Dengan itu mereka tidak saling merasa diposisi nggak jelas.

Sudahlah.. bukan sesuatu yang menarik untuk dikomentari he..he..he..!!

Kostan “Pondok Nadin” Jatinangor, 5 Mei 2008

“Orang bijak selalu mengambil inspirasi dan ide dari hal terburuk sekalipun. Dan saya kebetulan sedang belajar bijak. Terus terang saja saya dapat inspirasi untuk tulisan ini dari sebuah komplain ’tersembunyi’ seorang kawan yang sama sekali belum lama saya ’kenal’ tanpa saya tahu wujudnya. Itu tidak penting bagi saya, toh menjalin perkawanan itu bebas dengan siapa saja tanpa harus ber-negative thinking. Kawan baru saya itu komplain tentang ’nama panggilan’.. dan untuk itu saya berterima kasih untuk ide yang kemudian muncul..“

-----0000----

Tidak ada komentar: